Saturday, September 14, 2019

Mojang Sunda



    Apa yang terlintas dalam benak pembaca ketika mendengar tentang gadis sunda atau seringkali disebut Mojang Priangan?
Pasti yang terlintas pertama kali adalah kata “Cantik”, dan memang tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan orang mengatakan seperti itu. Meskipun definisi cantik bagi setiap orang itu berbeda-beda, namun secara garis besar orang-orang menilai perempuan cantik itu adalah perempuan yang berkulit putih atau kuning langsat atau sawo matang, hidung mancung, bentuk wajah oval, dan tubuh langsing.

    Kenapa kali ini aku membahas tentang Mojang Sunda, karena akhir-akhir ini aku sangat senang sekali mendengar lagu-lagu sunda, tarian sunda dan segala macam tentang budaya orang sunda, dan salah satu daya tarik dari semuanya tidak lepas dari Mojang Sunda yang membawakannya, seperti penyanyinya yang rupawan dengan suara halimpu (merdu), atau penarinya dengan wajah ayu dan keluwesan gerakannya, semua seakan menjadi nilai lebih bagi kebudayaan sunda itu sendiri.

    Berbicara kembali tentang lagu dan budaya sunda, anak angkatku juga tengah berkecimpung dibidang itu. Dia seringkali menyanyi dan menari jaipong, baik dalam acara-acara festival ataupun ketika diundang dalam acara-acara tertentu. Dia juga bergabung dalam sanggar tari  jaipong. Pertama kali melihat video dia menyanyi dan menari, aku sungguh kagum. Aku sempat berpikir bahwa dia telah salah memilih SMK dengan jurusan Teknik Pembuatan Kain sebagai studi lanjutannya, karena sebetulnya bakat dan minat dia lebih banyak dibidang seni. Hal ini diperkuat dengan kemampuan dia dibidang matematika dan fisika yang terbilang masih kurang. Aku mengetahuinya beberapa hari yang lalu ketika dia belajar mengerjakan PR Matematika bersamaku dan saat itu aku tampak seperti seorang guru yang galak karena dia benar-benar susah mengerti pelajaran eksak dan perkalian dasarpun dia masih tertinggal jauh.

    Mengetahui bahwa Dea kurang paham pelajaran Matematika dan Fisika tidak serta merta membuatku men-judge dia bodoh, tapi aku mengerti bahwa kemampuan dia lebih banyak pada bidang yang lain, seperti menari. Dia memiliki kemampuan kinestetik yang tidak aku miliki, karena dulu aku sangat sulit sekali menghafal gerakan tubuh, baik saat olahraga atau ketika megikuti karate, sedangkan bagi Dea, menghafal gerakan tubuh itu sangat mudah. Dari sini aku bisa menarik kesimpulan bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda-beda dan kita tidak sepatutnya men-judge seseorang dengan sebutan negatif ketika dia lemah dalam salah satu bidang, tapi justru kita harus mencari tahu keahlian dan minat dia di bidang yang lainnya. Tapi, lepas dari semua itu, matematika atau hitungan dasar harus bisa kita kuasai, karena hitung-hitungan dasar akan selalu dibutuhkan dimanapun, baik saat belajar, berdagang atau ketika bekerja. Itu yang aku tekankan kepada Dea, bahwa dia wajib menguasai perkalian dan pembagian, tidak boleh tidak. Aku cukup keras ketika berperan sebagai seorang guru, karena aku ingin dia bisa mengerti, paham dan bisa lebih disiplin.

    Kembali pada pembahasan tentang Mojang Sunda, Dea merupakan Mojang Sunda yang banyak disukai oleh orang yang melihatnya, meskipun sebagian besar mereka mengira Dea keturunan chinese, tapi dia adalah Mojang Sunda asli (meskipun tidak pernah ada yang bisa memastikannya, karena silsilah orang tua kandungnyapun masih abu-abu). Tapi, apapun suku dan ras dia yang sebetulnya, dia lahir dan besar sebagai orang sunda dan dia sangat menyukai budaya sunda, sehingga sebutan Mojang Sunda sangat pas baginya.
Karena Dea, aku jadi sering mendengar lagu sunda dan melihat tarian sunda. Aku bahkan jadi tahu beberapa kata-kata dalam bahasa sunda yang sebelumnya tidak aku ketahui, seperti “Balaka”, artinya terbuka. Intinya, Dea sangat sunda sekali,hehe.
Kalau melihat kembali ke masalalu saat aku masih sekolah, pelajaran Bahasa Sunda aku sering mendapat nilai pas-pasan dan aku merasa pelajaran Bahasa Sunda lebih sulit dibandingkan Bahasa Inggris.

    Dea, selalu identik dengan kata “sunda” dikepalaku. Ketika mendengar lagu sunda atau ketika melihat tarian sunda, maka dengan seketika aku akan ingat kepada Dea. Sehingga bisa dikatakan bahwa masing-masing orang memiliki identitas tersendiri dalam ingatan kita. Seperti ketika aku melihat sesuatu yang berbau chinese, maka aku akan ingat E, atau ketika aku melihat pantai, maka aku akan ingat kepada Biru, dan terakhir ketika aku mendengar kata “Jakarta”, fashion, kucing, maka dengan seketika aku akan ingat kepada cinta pertamaku “Jingga”.

    Dan untuk Mojang Sunda, maka aku akan menyematkan kata itu untuk Dea. Seperti salah satu lirik lagu di bawah ini yang menggambarkan tentang gadis sunda:


Mojang Priangan 

Angkatna ngagandeuang,
berjalan dengan lemah gemulai
Bangun taya karingrang
tidak ada beban
Nganggo sinjang dilamban
memakai kain diwiru
Mojang priangan
gadis priangan

umat imut lucu
senyum-senyum lucu
sura-seuri nyari
riang gembira
Larak-lirik keupat
lirik sana-sini
mojang priangan
gadis priangan

Diraksukan Kabaya
berpakaian kebaya (pakaian khas sunda)
Nambihan cahayana
menambah cahaya (maksudnya di wajah)
Dangdosna sederhana
berdandan sederhana
Mojang priangan
gadis priangan

Mojang anu donto
Gadis yangn molek
Matak sono nu nempo
rindu yanng melihat (maksudnya kalo orang liat bikin ketagihan)
mun tepung sono ka...
jika bertemu rindu ke
mojang priyangan
gadis priyangan

Gareulis maranis
cantik, manis
Disinjang lalenjang
(sinjang=kain khas yang dibuat rok)
Estu surup nu nempo
senang yang melihat 
mojang priangan
gadis priangan




No comments:

Post a Comment