Saturday, April 15, 2023

Perempuan Penyeduh Kopi

 



Aku adalah dedak dari kopi yang biasa diseduh setiap pagi. Endapan manis dan pahit yang masih tersisa dalam gelas. Aku pernah hanyut dalam rasa yang mereka bilang “nikmat” . Aku pernah tertawan dalam seduhan air panas yang menjadikan kopi dan gula menjadi satu rasa dalam indera perasa. Namun, aku juga pernah tertinggal menjadi ampas yang tidak bisa dinikmati lagi. Dibiarkan tinggal di dalam gelas kotor untuk kemudian dibilas dan hilang seketika.


Aku lalu takut untuk masuk kembali ke dalam gelas. Berbaur menjadi kopi dan gula untuk diseduh oleh air panas. Aku takut menjadi satu rasa yang terbiasa dibiarkan habis tanpa sisa. Aku takut dengan waktu yang kerap membiarkanku hanyut, namun tidak membuatku baik-baik saja. Aku takut untuk bertatap muka dengan penyeduh kopi yang membuatku jatuh kali ini.


Kau datang tadi malam. Meletakannku dalam gelas kosong yang sebetulnya enggan untukku tempati lagi. Kau datang tadi pagi dan membuat mataku sulit untuk terpejam kembali. Kau datang disaat aku enggan untuk dibawa pulang. Kau datang dan membuat tarian jarum jam terdengar lebih nyaring dari suara hatiku sendiri.


Kau perempuan penyeduh kopi tanpa gula. Kau biarkan aku hanyut apa adanya. Menjadi pahit yang bisa kau nikmati dalam satu rasa asli. Kau membuat aku menjadi dedak yang bisa diseduh berkali-kali. Kau menjadikanku ampas yang bisa mengenali dirinya sendiri. Kau adalah penikmat kopi sejati, sebab kau tidak membutuhkan gula untuk membuat lidahmu jatuh hati.


Sayang, kini aku bisa bersemangat lagi untuk memulai hari. Untuk menjadi secangkir kopi dalam gelasmu pagi ini. Terimakasih telah membuatku terbangun dan mengucapkan selamat pagi. Ajarkan aku untuk kembali menjadi segelas kopi yang tidak takut lagi untuk jatuh hati. Ajarkan aku menjadi puisi. Menjadi dedak-dedak kopi yang selamanya tetap dedak kopi. Aku ingin bisa mencintai lagi. Sekali lagi, sampai aku lupa bahwa aku pernah merasa “patah” dan “tidak berarti”. Ajarkan aku untuk menjadi kata “selamanya” dan “tidak terganti”. Aku hanya ingin merasa berharga dan tetap baik-baik saja. Ajari aku untuk mencintaimu, dalam kata “malu” yang aku sebut “rindu” dan dalam kata-kata “dusta” yang sebetulnya memang “cinta”. Aku jatuh cinta. Padamu penikmat kopi tanpa gula. Aku tergila-gila!


1 comment:

  1. Bagus dan aku suka jangan berhenti buat cerita yah

    ReplyDelete