Friday, March 24, 2023

SURI (Bagian 22)

 


“Kalau suatu hari kita punya anak yang menyukai sesama jenis, kamu mau gimana sayang? Apa kamu mau mendukung atau melarang?”


Suri bertanya tiba-tiba ketika kita sedang berada di dalam dikamar. Aku yang mendengar pertanyaan seperti itu sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Aku tertegun beberapa saat, begitupun juga dengan Suri.


“Sebaiknya kita jangan memikirkan hal yang belum terjadi. Aku ga tahu harus jawab apa. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya lahir dan tumbuh dengan baik. Jadi, aku ga mau berandai-andai membayangkan sesuatu yang di luar kapasitasku.”


Suri lalu memegang tanganku dan matanya menatapku dengan serius.


“Kalau kamu berada diposisi ayahnya Rossa, kamu mau gimana? Apa kamu mau melakukan hal yang serupa, yaitu menolak habis-habisan hubungan anaknya yang menjalin hubungan  dengan sesama perempuan, atau kamu bakal ngebiarin hubungan terlarang itu asal anak kamu bahagia?”


Lagi-lagi Suri melontarkan pertanyaan yang sangat sulit aku jawab. Aku tidak bisa membayangkan sama sekali jika aku berada diposisi sebagai ayahnya Rossa. Aku juga tidak bisa membayangkan bagaimana ketika aku harus memilih antara taat kepada aturan-Nya dan melukai perasaan anakku, atau aku abaikan aturan Tuhan untuk mendukung cinta yang terlarang.


“Kalau kamu sendiri?”


Aku bertanya balik kepada Suri karena aku merasa tidak yakin dengan jawabanku.


“Kok nanya balik? Aku ingin tau jawaban kamu dulu sayang!”


Suri bersikeras untuk mendengar jawaban dariku. Aku lalu menghela nafas panjang karena aku merasa pembahasan kita kali ini sangat berat. Bagimana tidak, dulu aku adalah penyuka sesama jenis. Dulu, ketika aku berada di posisi sebagai anak yang menyukai sesama jenis, aku sangat mengharapkan dukungan dari siapapun, termasuk dukungan dari orangtuaku, namun ketika aku harus menempatkan diri sebagai orangtua dan membayangkan anakku adalah penyuka sesama jenis, rasanya aku sulit untuk menerima kenyataan itu.


“Aku ga akan pernah siap jika aku memiliki anak yang menyukai sesama jenis. Dan kalaupun sampai terjadi, lebih baik aku tidak mengetahuinya sama sekali. Aku memang seorang pengecut yang kadang-kadang tidak bisa menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan hati nuraniku. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu, ga ada yang bisa ngalahin kasih sayang Tuhan sama kita. Itu yang aku rasakan saat aku terpuruk. Ga ada tuh perempuan-perempuan yang aku puja setengah mati yang mau membantu aku saat susah. Ujung-ujungnya yang ada cuma Tuhan. Seperti kasusku saat terlilit hutang, cuma Tuhan yang akhirnya menolong dengan mengubah jenis kelaminku secara tiba-tiba dan kemudian menghadirkan kamu dalam hidupku. Itu adalah anugerah tak terkira yang kemudian membuatku sangat cinta kepada-Nya. Jadi, kalau sudah cinta, apa kamu kira aku bakal melawan Dia? Itu sama saja aku tidak tahu berterimakasih.”


Suri hanya tersenyum mendengar penjelasan dariku. Dia seperti sudah mengetahui tentang keputusan yang akan aku ambil jika suatu hari anakku menyukai sesama jenis.

“Ohh, sekarang aku paham! Itu artinya kamu akan bersikap seperti ayahnya Rossa, yaitu menolak hubungan mereka. Bukan begitu?”


Aku tidak mengiyakan apa yang dikatakan Suri, sebab aku tidak ingin bersikap keras seperti yang dilakukan oleh ayahnya Rossa. Aku punya cara tersendiri yang menurutku tidak akan melukai hati siapapun.


“Enggak juga! Aku ga akan ngusir anakku dan memutuskan secara paksa hubungan antara anakku dengan pacarnya. Aku hanya akan memberi dia pemahaman dulu secara halus. Menjelaskan kepada anakku tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Tentang Tuhan dan tentang pengalamanku ketika aku diberikan kasih sayang secara terus menerus oleh Dia yang tidak bisa aku dapatkan dari manusia. Selebihnya, keputusan tetap berada ditangan anakku, apa dia mau mendengar nasehatku yang memang sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan dia, atau dia akan bersikeras untuk tetap mempertahankan hubungan dengan pacarnya. Karena yang terpenting aku sudah memberi dia masukan, selebihnya itu urusan dia sama Tuhan. Seorang nabi saja hanya bisa memperingati dan tidak bisa memberi hidayah, apalagi aku manusia yang banyak dosa. Kamu tahukan, Nabi Muhammad aja tidak bisa membuat pamannya masuk islam padahal pamannya sangat baik dan selalu membantu Nabi saat memperjuangkan agama islam? Terus Nabi Nuh juga ga bisa menyelamatkan anaknya yang memang belum diberi hidayah, dan kasus-kasus lain yang semakin membuatku sadar bahwa kita cuma bisa ikhtiar, selebihnya ya semua berada di Tangan Tuhan. Tapi, satu hal yang harus kamu ingat, aku ga akan pernah memaksa anakku menikah dengan laki-laki ketika dia memang tidak mau. Dan kalau sampai anakku memutuskan untuk tidak menikahpun, aku juga tidak akan mempermasalahkan, asalkan dia sudah tahu tujuan hidup dia yang sebenarnya dan dia juga sudah mengerti kalau hidup ga abadi. Aku akan lebih menekankan anakku untuk lebih mencintai diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain. Itu saja!”


Suri mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengarkan penjelasan dariku. Aku tersenyum melihatnya yang sepertinya setuju dengan pendapatku.


“Ya aku setuju sih dengan pendapat kamu! Ahh, baru membayangkan punya anak yang memiliki kasus seperti ini aja kepalaku udah pusing dibuatnya, apalagi kalau punya banyak anak, banyak juga yang harus kita pikirin, karena setiap anak punya masalahnya masing-masing. Ternyata berat juga ya menjadi orangtua!”


Suri menghela nafas panjang saat harus membayangkan betapa beratnya beban ketika harus menjadi orangtua. Dia lalu merebahkan badannya di atas kasur dan menghela nafas kembali.


“Ternyata lebih enak ngurus kucing ya!”


“Kenapa emangnya?”

Tanyaku heran mendengar Suri yang tiba-tiba mengatakan hal seperti iu.


“Ya ngurus kucing itu ga harus sebingung ngurus manusia. Kucing mau seks bebas dan melahirkan diluar nikah juga ga berdosa dan kita juga ga kebawa dosa. Kucing mau ngelakuin seks sesama jenis juga ga dosa dan kita ga ikut berdosa. Tapi, kalau manusia? Tidak seenteng itu kalau ngurus manusia. Kayanya lebih enteng banget ngurus hewan, tinggal kita kasih makan dan tempat tinggal udah cukup. Kita ga perlu susah payah ngajarin hewan peliharaan tentang moral dan etika, apalagi agama!”


Aku tertawa mendengar pendapat Suri yang memang ada benarnya juga. Aku lalu mengelus rambut Suri dan mengecup pipinya yang tampak menggemaskan itu.


“Kalau begitu, kamu nyesel ga kita mengadopsi anaknya Dee? Mereka kan anak manusia, bukan anak kucing,hehe.”


Suri lalu cemberut dan mengerutkan keningnya sambil menatapku.


“Kalau itu sih aku ga nyesel! Yang penting kan nanti kita udah ngasih yang terbaik buat anak-anak, mulai dari pendidikan, materi dan pemahaman agama, selebihnya itu urusan dia sama Tuhan. Bukan begitu?”


Aku mengangguk dan tersenyum kepada Suri yang memang sudah paham dengan penjelasanku tadi.


“Betul! Udah pinter banget sekarang sayangnya aku,hehe!”


Kita berdua lalu berpelukan dan mulai memejamkan mata tanpa banyak pertanyaan tentang apa dan mengapa.

***


“Aku mau cerai!”

Ujar Anna tiba-tiba di hadapan Aku dan Suri yang kini sudah berada di Kantor. Anna lalu menangis sesenggukan dalam pelukan Suri. Dia yang kini sudah menjadi sekretarisku memang sudah kita anggap sebagai keluarga, sehingga Anna tidak segan untuk curhat dan mengeluarkan isi hatinya seperti yang pagi ini dia lakukan kepada Aku dan Suri.


“Ko tiba-tiba? Coba kamu jelasin dulu kenapa?”


Anna lalu melepaskan pelukannya dan mulai bercerita dengan airmata yang masih mengalir dipipinya.


“Suamiku ternyata gay! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri waktu dia memasukkan penisnya ke dalam penis laki-laki lain! Bukannya malu dan minta maaf, tapi suamiku malah marah dan menyuruh aku pergi. Terus dia ngelanjutin kegiatan seksnya sama laki-laki itu.”


Aku dan Suri kaget mendengar penjelasan dari Anna tentang kelakuan suaminya itu. Aku lalu membayangkan wajah suaminya yang pernah aku lihat sewaktu di Bali.


“Suami kamu tuh ya, udah jelek ga tau diri lagi! Kamu sih, kenapa mau-maunya jadi simpanan si botak yang udah jelas-jelas punya istri? Apa cuma gara-gara dia pimpinan preman terus kamu merasa aman? Aman itu kalau deket sama Tuhan, bukan sama preman! Tuh kamu liat deh sekarang otak si preman ada dimana? Di dalem lubang tai!”


Aku lalu tertawa setelah mengucapkan kata-kata itu, sehingga membuat Suri melotot ke arahku. Suri juga sebenarnya terlihat menahan tawa ketika aku mengucapkan “lubang tai”, tapi Suri berusaha untuk menahan dirinya agar tidak tertawa karena dia merasa tidak enak dengan Anna.


“Huss!! Kamu kalau ngomong dijaga!”


Ucap Suri yang melihatku masih cekikikan di saat Anna masih berada dalam keadaan sedih.


“Ya udah tar aku urus si botak itu! Aku ga akan takut sama preman!”


“Tapi kamu takutnya sama mantan yang tiba-tiba ngajak balikan!”


Celetuk Suri yang lupa kalau Anna juga mantanku.


“Eh maaf Anna, maksudnya mantan yang nagajak balikan itu bukan kamu ya,hehe!”


Tambah Suri yang merasa tidak enak dengan ucapannya yang seakan menyindir Anna. Anna hanya tersenyum melihat kelakuan tidak biasa dari Aku dan Suri yang masih bisa bercanda dan cekikikan di situasi seperti ini.


“Ga apa-apa kok! Makasih banget ya kalian udah mau dengerin curhat aku dan bikin aku terhibur juga pagi ini. Aku jadi pengen ketawa juga inget lagi kata-kata Indy yang nyebut suamiku si botak penyuka lubang tai, hahahaha!”


Anna kini tertawa lepas saat mengucapkan kata-kata itu, membuat Suri yang sedari tadi menahan tawa kini bisa tertawa terbahak-bahak.


“Tuh enak kan ketawa!”


Ucapku melihat dua orang wanita cantik itu kini tertawa bersama.

***


Selagi ada waktu, maukah aku tunjukkan bagaimana hangatnya sinar mentari?

Bola api yang tetap berpijar jauh di luar bumi..

Siapakah yang membuatnya tetap berpijar?


Selagi ada waktu, maukah aku tunjukkan bagaimana luas dan dalamnya lautan itu?

Aliran air yang tetap tenang dan tidak meluap tumpah menjadi musibah..

Siapakah yang membuatnya tetap diam ditempatnya?


Selagi ada waktu, maukah aku tunjukkan kokohnya gunung-gunung yang menancap dalam tanah?

Pasak-pasak bumi yang membuatnya tidak pernah goyah..

Siapakah yang membuatnya tetap berdiri dan memasung dalam kerak bumi?


Selagi ada waktu, maukah aku tunjukkan siapa dirimu?

Makhluk pembantah yang kadang lupa tentang siapa penciptanya!

Siapakah yang membuatmu masih bernafas dan hidup dengan bebas?


Bersambung…

No comments:

Post a Comment