“Sayang, kamu pernah baca buku karya Neville Goddard ga? Yang judulnya The Law of Assumptions?”
Tanyaku kepada Suri yang kini sedang mengeringkan rambut. Suri berpikir sejenak lalu duduk di sampingku.
“Yang mirip-mirip sama The Law of Attractions kan?”
Ujar Suri seraya menoleh ke arahku.
“Iya mirip-mirip, cuma kalau The Law of Assumptions itu malah lebih cepet terwujud.”
Suri lalu mengangguk mendengarkan penjelasan dariku.
“Coba jelasin deh biar aku paham.”
Pinta Suri dengan penuh rasa penasaran.
“Di youtube juga udah banyak sih dibahas. Jadi, aku jelasin garis besarnya aja ya.”
Suri kembali mengangguk. Dia kemudian bersiap-siap untuk mendengarkan penjelasan dariku. Wajahnya terlihat antusias, seperti seorang anak yang ingin mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh ibunya.
“Intinya gini, misal saat aku ingin banget pulang ke Bandung, tapi aku ga ada uang buat pulang. Aku bayangin aja kalau saat ini aku sudah berada di Bandung. Rasakan suasana sejuknya kota Bandung, dll. Aku harus menyulap Bali menjadi Bandung dalam pikiran dan perasaan aku, sehingga keinginan untuk pulang udah ga ada lagi karena aku sudah berada di Bandung dalam imajinasiku, walaupun pada kenyataannya aku masih berada di Bali. Dengan berlatih seperti itu terus menerus, maka suatu saat entah bagaimana caranya aku bisa pulang ke Bandung dengan cara yang tidak terduga. Neville Goddard bahkan selalu mengadakan pelatihan, dimana setiap peserta yang mengikuti training wajib membayangkan sebuah tangga, dimana peserta tersebut harus berimajinasi bahwa dia tengah menaiki tangga tersebut. Lakukan itu berulang-ulang sebelum tidur sehingga semua terekam dalam alam bawah sadar. Kalau berhasil, peserta itu akan benar-benar menaiki tangga didunia nyata. Dan Neville Goddard hanya akan melanjutkan pelatihannya jika anak didiknya itu sudah benar-benar menaiki tangga di dunia nyata. Aku pernah melakukan ini sayang, waktu aku butuh uang satu millyar dan setiap malam aku bayangin dan rasakan bau uangnya, aku pegang tekstur uangnya dan aku rasakan buncahan-buncahan bahagia memegang uang bertumpuk-tumpuk, lalu aku melupakan keinginan punya uang satu millyar karena aku sudah memilikinya. Nah, akhirnya kan aku dapat uangnya dari kamu yang tidak aku kenal sebelumnya dan tidak terbayang dalam pikiranku kalau aku akan dapat uang sebanyak itu dengan cara yang tidak terduga.”
Suri terus mengangguk saat aku menjelaskan dengan panjang lebar inti dari teori The Law of Assumptions. Dia kemudian memandang ke arahku dengan wajah serius, seperti sedang menyimpan banyak pertanyaan yang ingin dia utarakan.
“Amazing ya! Terus maksud kamu tiba-tiba bahas ini kenapa?”
Aku lalu tersenyum mendengar pertanyaannya. Aku kemudian menatap lekat mata Suri seraya menaruh kedua tanganku di pundaknya.
“Mau ga bantu aku latihan? Malam ini aku pengen berimajinasi seolah-olah aku sedang menghadiri acara penghargaan film dan aku memenangkan beberapa kategori, diantaranya adalah film terbaik dan produser terbaik. Nanti kamu pura-pura jadi MC terus manggil aku ke panggung. Nanti aku pura-pura pegang piala dan mengucapkan sepatah dua patah kata di atas panggung kaya arti-artis itu. Gimana?”
Suri menggaruk kepalanya tanda ia masih bingung dengan maksud penjelasanku.
“Bukannya biasanya kamu berimajinasi dalam pikiran aja? Kenapa sekarang harus praktek didunia nyata?"
Ujar Suri heran. Aku lalu menatap dia kembali seraya tersenyum.
“Aku pengen pendapat kamu saat nanti aku mengucapkan terimakasih dan berpidato di panggung. Apa udah bagus atau belum? Terus aku juga pengen ngerasain sensasi kemenangan itu sama kamu juga. Jadi bukan cuma di kepala aku doang.”
Suri lalu mengiyakan permintaanku. Dia kemudian bersiap-siap untuk menjadi MC. Sedang aku bersiap-siap menunggu Suri memanggiku. Perasaanku mulai deg-degan tak karuan, seolah-olah aku memang sedang menghadiri acara Festival Film Indonesia.
“Pemenang film terbaik FFI 2023 adalah….”
Suri tidak melanjutkan ucapannya sehingga membuat jantungku semakin berdebar-debar dan tidak sabar mengetahui siapa pemenangnya.
“SURI yang diproduseri oleh Indy dan diproduksi oleh Galeri Potensi Productions House. Kepada perwakilan dari film SURI, kami persilahkan untuk naik ke atas panggung.”
Mendengar nama film SURI disebut, aku menangis dan merasakan kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Aku kemudian berjalan menuju panggung untuk menerima penghargaan. Suara tepuk tangan penonton terdengar begitu nyata ditelingaku. Ucapan selamat juga banyak aku terima dari para peserta yang hadir.
Tanganku gemetar saat menerima piala penghargaan dari tangan MC. Lalu dengan mata berkaca-kaca, aku mulai berbicara di hadapan semua yang hadir ditempat ini.
“Assalammualaikum, Wr, Wb, Selamat Malam semuanya! Subhanallah, saya sungguh tidak bisa berkata-kata selain mengucapkan syukur alhamdulilah kepada Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat dan keajaiban dalam hidup saya. Untuk orangtua, keluarga dan istri saya terutama, saya mengucapkan banyak terimakasih atas dukungannya selama ini. Untuk kru film, pembaca novel dan penonton film SURI, saya mengucapkan banyak terimakasih atas apresiasi dan antusiasmenya terhadap novel dan film SURI. Saya mendedikasikan film ini untuk teman-teman yang masih berjuang dalam mewujudkan mimpi-mimpinya sekalipun mimpi itu sangat mustahil bagi manusia. Dan saya berdiri di sini untuk memperlihatkan semua keajaiban itu. Bahwa bagi Tuhan tidak pernah ada yang mustahil sama sekali. Dia mengubah jenis kelamin saya dalam sekejap dan mendatangkan seorang istri yang sangat luar biasa yang saat itu datang untuk melunasi hutang-hutang saya dan menikah dengan saya yang memang tidak punya apa-apa. Sebagai rasa syukur saya, saya kemudian membuat film ini agar semua orang yang sekarang putus asa bisa bangkit kembali dan berjuang tanpa rasa lelah. Mungkin itu saja yang ingin saya sampaikan, terimakasih!”
Suara tepuk tangan dari penonton terdengar sangat riuh. Aku menangis haru melihat semua pencapaian dan kerja kerasku selama ini. Tapi, yang paling utama adalah aku terharu atas kasih sayang Allah yang tidak terkira. Sungguh hanya Dia yang paling mencintaiku dengan tulus.
“Kamu luar biasa sayang!”
Ucap Suri seraya mengusap airmata yang jatuh dipipiku. Dia lalu mendaratkan ciumannya dipipiku, lalu memelukku dengan erat. Aku lalu membelai rambutnya dan mencium keningnya.
Kita berdua bertingkah seperti semuanya adalah nyata, padahal kita tengah berakting.
Suri lalu mengambil handphonenya lalu memutar musik klasik romantis. Dia kemudian mengajakku berdansa. Aku yang tidak terbiasa dengan hal-hal romantis, lalu menatap Suri seraya menahan tawa.
“Kalau mau ketawa ya ketawa aja, ga usah ditahan gitu!”
Ucap Suri dengan wajah cemberut. Dia lalu mematikan musik di handphonenya dan berdiri membelakangiku.
Aku yang melihat dia marah, lalu memeluknya dari belakang. Suri lalu menepiskan tanganku. Aku kembali memeluknya, tiba-tiba dia berbalik dengan senyum sumringah.
“Ah, aku baru inget ada lagu yang cocok buat kamu. Lagu itu lagi viral juga.”
Ucap Suri sambil tersenyum lebar. Dia lalu mengambil kembali handphonenya, lalu memutar lagu yang dia maksud sambil cekikikan.
“IIIIIH UDAH GEDE MASIH NENEN!!”
Itulah bunyi lagu yang Suri maksud. Dia lalu tertawa dan mengolok-olokku dengan lagu itu.
“Mirip kamu deh! Iiiiiih, udah gede masih nenen!! Hahahaha.”
Suri semakin puas mentertawakanku. Aku yang melihat sifat kekanak-kanakannya kini ikut tertawa dibuatnya.
“Dasar ya kamu, kayanya ga ada satu haripun tanpa ketawa. Dasar KUNTI, hahahaha!”
Ucapku sambil menggelitik dia yang masih mengolok-olokku.
“Ya mendinglah kunti, daripada kamu. IIIIIIIH UDAH GEDE MASIH NENEN, HAHAHAHAHA!”
Suri kembali menyanyikan lagu itu hingga membuatku sangat malu mendengarnya. Aku lalu berusaha memeluk dia, namun dia berlari ke tepi ranjang sambil tertawa. Aku lalu bisa memeluknya juga dari belakang saat dia tanpa sengaja hampir tersungkur di depan ranjang.
“Posisi doggy style nih,hahaha”
Celetukku kepada Suri. Suri lalu membalikkan badannya dan kembali cekikikan.
“Doggy beneran sih kalau ini, hahaha! IIIIIH UDAH GEDE MASIH NENEN!!”
Suri lalu menyanyikan lagu itu lagi dan tertawa. Aku kemudian mendekatkan wajahku ke wajahnya yang masih mengoceh seperti anak balita.
“Kamu kalau nyanyi itu lagi, aku nenen beneran nih!”
Ucapku yang semakin mendekat ke wajah Suri. Suri tersenyum malu-malu lalu tangannya memegang kemaluanku yang kini sudah berada tepat di atas tubuhnya.
“Coba pengen liat bayi dewasa aku nenen, hehehe.”
Ucap Suri menggoda seraya tak melepaskan tangannya yang masih mengelus-elus penisku yang masih tertutup celana. Aku yang sudah mulai terangsang, lalu membuka celanaku dan memperlihatkan batang penis yang sudah berdiri dengan sempurna dan siap untuk menembakkan rudalnya ke dalam vagina Suri.
Tanganku dengan cepat membuka baju Suri sehingga kini payudaranya terpampang jelas di depan wajahku. Mulutku langsung melumat dan menghisap puting payudaranya, sedangkan tanganku pelan-pelan menggesekkan kepala penis ke atas vagina Suri yang masih memakai celana dalam.
“Ahhh terus sayang!!”
Aku lalu membuka celana dalam Suri yang mulai basah oleh lendir kenikmatannya. Kemudian aku menggesekkan kembali penisku di atas klitorisnya yang sudah membesar. Sungguh nikmat ketika penis dan vagina saling bergesekkan.
“Cepet masukin!!”
Pinta Suri yang sudah tidak sabar untuk merasakan keperkasaan penisku malam ini. Aku lalu membalikkan badannya dan menyuruhnya untuk nungging. Sekarang posisi dia sudah membelakangiku dengan badan yang membungkuk. Pelan-pelan aku lalu memasukan penisku yang sudah mengeras ke vaginanya.
“BLASS!!”
Semua batang penisku kini amblas di dalam vagina Suri. Penisku terasa hangat dan seperti diremas-remas dalam vaginanya. Aku lalu bergerak maju mundur dan kedua tanganku meremas payudara Suri.
“Arrrrghhh, enak sayang!!”
Ucap Suri mendesah manja. Kini tanganku menjambak rambut Suri pelan, hingga posisiku sepeti orang yang tengah menunggang kuda. Aku lalu mempercepat gerakan penisku dan terus menyodok vaginanya. Lidahku juga tidak tinggal diam. Aku menjilati lehernya, punggung dan seluruh tubuhnya. Dia menggelinjang-gelinjang dan vaginanya seakan menghisap penisku dengan kuat.
“Aku mau keluar nih!!”
Ucap Suri. Vaginanya terasa semakin menghisap penisku sehingga penisku juga tak kuasa ingin memuntahkan sperma ke rahimnya.
“Aku juga nih!!”
Celetukku yang juga hampir orgasme. Aku lalu membalikkan badannya, lalu mempercepat gerakan penisku. Aku kemudian menghujamkan penisku dengan kuat seraya meremas pantat Suri saat spermaku meledak dan membanjiri vagina Suri. Spermanya sebagian tumpah dan keluar dari vagina istriku. Aku tidak langsung mengeluarkan penisku. Aku mendiamkannya sesaat dalam vagina Suri dan merasakan kehangatan yang luar biasa nikmat.
“Enak banget ya.”
Ucapku menatap wajah Suri. Dia mengangguk seraya tersenyum. Aku lalu melumat mulutnya yang berwarna merah muda, lalu mengulum lidahnya seperti permen yang terasa begitu nikmat.
“IIIH UDAH GEDE MASIH NENEN!!”
Lagi-lagi Suri nyanyi itu di saat penisku masih berada dalam vaginanya. Dia cekikikan yang melihatku sudah muak dengan lagu itu.
“Kamu nyanyi itu lagi, nanti aku…”
“AKU APA??”
Tanya Suri memotong pembicaraanku, lalu matanya melotot ke arahku tapi mulutnya tersenyum malu-malu.
“Aku lanjutkan ronde kedua, hahaha”
Suri tertawa mendengar aku ingin lanjut ronde kedua.
Malam lalu bergulir cepat ketika aku dan Suri terus mencoba macam-macam posisi bercinta seperti yang tergambar dalam buku KAMASUTRA.
Bersambung…
No comments:
Post a Comment