Thursday, March 2, 2023

Mengenang Senja

 



Selamat datang Maret, semoga bulan Maret penuh dengan kejutan manis dan kebahagiaan, aamiin.

Malam ini, tadinya aku tidak sedang ingin menulis, namun ketika aku melihat video-video tentang Frenn dan Becky lagi (pemeran Khun Sam dan Mon dalam serial Thailand Gap The Series), aku jadi teringat masalalu kembali, terutama saat kuliah.


Sebelum ini, aku pernah menceritakan bahwa karakter Khun Sam dalam serial Gap The Series mirip denganku, namun saat aku melihat kedekatan Frenn dan Becky didunia nyata, terutama ketika Frenn sangat memanjakan Becky, aku jadi teringat lagi kisahku dulu bersama sahabatku Rina.


Malam ini, aku ingin bercerita lagi tentang Rina, sahabatku semasa kuliah. Saat itu, aku cukup terkenal dikampus ketika mendapatkan penghargaan sebagai Mahasiswa Terbaik. Biasanya setiap tahun dikampusku selalu ada dua predikat yaitu mahasiswa dan mahasiswi terbaik, namun tahun itu hanya aku yang mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa terbaik. Aku juga memenangkan beberapa lomba saat Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa dan saat itu aku sering jadi perwakilan untuk cerdas cermat ekonomi nasional. Berbeda dengan Rina, mulanya dia tidak terlalu menonjol dibidang organisasi, hingga akhirnya saat aku sakit, dia mulai aktif di BEM dan menjadi ketuanya. Saat Rina aktif di BEM, saat itu aku tengah menjabat sebagai ketua Senat Fakultas Ekonomi dan Ketua Himma Manajemen. Dikelas, kita juga merupakan rival, meskipun kita bersahabat.


Kembali pada kedekatan Frenn dan Becky, dimana Frenn begitu memanjakan Becky, aku jadi teringat dengan Rina yang saat itu sangat memanjakanku. Rina adalah anak bungsu dari dua bersaudara, sehingga dia tidak mempunyai adik. Aku lupa bagaimana mulanya aku bisa dekat dengan Rina, tapi yang aku ingat adalah sikap-sikap dia yang begitu memanjakanku.


Tahun-tahun itu adalah tahun paling penuh keceriaan selama aku kuliah. Aku yang pada dasarnya kurang perhatian di keluarga, karena keluargaku selama ini acuh, dingin dan jarang ada interaksi, kemudian mendapatkan banyak perhatian dan kasih sayang di kampus, terutama oleh Rina.


Saat kita semua makan siang dikosan, Rina selalu menyuapi aku di depan teman-teman. Dan jika aku menginap, dia selalu memelukku sampai pagi. Dia tidak pernah melepaskan tanganku saat kita pergi kemanapun. Dia benar-benar menganggapku seperti anak kecil. Dia selalu membuka botol minuman untukku, walaupun penampilanku sejak awal kuliah tomboy, tapi aku memang selalu ingin dilayani oleh orang lain.


Pernah satu waktu, Rina mengajakku ke rumahnya di Purwakarta, di rumahnya dia selalu menyuapiku dan dia tidak pernah membiarkanku makan sendiri. Kita banyak menghabiskan waktu berdua, ke kebun binatang, ke undangan kakak kelas yang menikah, dll. Dia adalah orang yang paling mengerti aku. Orang paling dewasa yang sangat sabar dengan sifat kekanak-kanakanku. Saat aku sakit, dia pakaikan kayu putih hingga ke telapak kakiku, memakaikan kaos kaki dan terus memelukku walaupun dihadapan semua orang.


Saat Fakultas Ekonomi mengadakan acara malam keakraban dan kebetulan saat itu aku menjabat sebagai ketua, Rina juga tidak segan memanjakanku di depan teman-teman. Aku sedang sakit saat acara berlangsung, sehingga saat tidur, Rina terus memelukku, mengambilkan air minum hangat untukku. Kita sangat dekat, sampai-sampai banyak rumor yang beredar bahwa kita pacaran. 


Aku tidak pernah ambil pusing dengan ucapan orang-orang. Aku bahkan memakai kalung yang sama dengan Rina (Kalung hati yang terbelah dua yang saat itu sedang trend). Tahun itu, aku juga memutuskan pacarku Dani yang merupakan kakak kelas di kampusku. Rina ingin kita fokus. Rina juga memutuskan pacarnya di Malaysia (Rina pernah magang di Malaysia dan pacaran dengan orang Malaysia).


Entah apa Namanya hubunganku dengan Rina saat itu. Dia sering menganggapku adik dan aku menganggap dia kakak. Aku merasakan kasih sayang seorang kakak yang hilang terutama ketika kakakku baru menikah dan sudah jarang berinteraksi. Tapi, jika hubunganku dengan Rina disebut sebagai kakak adik, kenapa kita merasakan kupu-kupu dalam perut?

Kita juga sering cemburu satu sama lain.


Melihat Becky yang kekanak-kanakan dan sangat dimanja oleh Frenn, aku seakan melihat diriku yang saat itu begitu kekanak-kanakan dan dimanja oleh Rina.

Sungguh, diantara semua pengalamanku mengenal orang lain, Rina adalah orang yang paling berkesan. Meskipun, kita berakhir menyedihkan karena Rina tidak tahan dengan rumor yang beredar dan dia memilih untuk “membersihkan diri” dengan memilih laki-laki itu yang kemudian menjadi suaminya hingga saat ini.


Setelah kehilangan Rina, hidupku memang sedikit berantakan. Aku sulit fokus dan mengalami depresi yang berkepanjangan. Kehilangan Rina adalah awal dimana aku mengenal pahitnya hidup saat itu. Setelahnya, aku menjadi pribadi yang kembali “dingin” dan sulit untuk tertawa lepas. Aku memang mendapatkan banyak pengganti yang lebih dari dia. Setiap saat, setiap aku kehilangan, aku selalu mendapatkan orang yang lebih secara fisik dan karier, tapi tetap saja yang tidak akan pernah terlupakan adalah orang yang pertama kali menumbuhkan kasih sayang dan melukai begitu dalam.


Rina, adalah kenangan termanis saat usiaku masih belasan sampai menginjak angka 20 tahun. Nyaris seperti usia Becky saat ini. Becky juga sangat terlihat ketergantungan kepada Frenn seperti aku ketergantungan kepada Rina kala itu. Tapi, dari pengalaman-pengalaman pahitku dimasalalu, sekarang aku bisa menjadi pribadi yang lebih dewasa, kuat dan tidak bergantung kepada orang lain.


Aku masih ingat hadiah terakhir Rina untukku saat aku tengah menangis, yaitu dia memberiku sebatang lilin yang menyala. Dia mengatakan bahwa lilin itu berharga sebab dia mau mengorbankan dirinya untuk orang lain. Dia memberiku lilin, karena menurutnya pengorbananku untuknya mirip dengan lilin yang rela mengorbankan dirinya sendiri.


Aku bahagia melihat dia sekarang, dimana dia sudah menyelesaikan gelar masternya dan mau lanjut S3. Dia juga sudah menjadi ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Dia juga sedang meniti karier di pemerintahan. Dia juga pernah mengirimkan pesan terakhir saat kita sudah lost contact, dimana dia juga merasa bangga denganku, dengan pencapaian-pencapaian sebagai entrepreneur dan dia selalu yakin bahwa aku akan sukses.


Terimakasih Rina, untuk banyak pengalaman manis dan pahitnya dimasa muda. Pengalaman bersaing, disayangi, dimanjakan, dicintai, hingga pengalaman depresi dan kehilangan. Tapi, dari semua yang terjadi, aku sadar bahwa mentalku tengah dilatih terus menerus untuk kuat. Sebab aku adalah seorang pengusaha dan seniman, aku harus memiliki mental yang kuat, tidak cengeng, tidak mudah putus asa dan bergantung kepada orang lain.


Aku yakin, kelak kita akan bertemu lagi saat kita sedang berada di puncak karier. Kamu sebagai wakil rakyat atau rektor dan aku sebagai pengusaha dan penulis (aku harap kelak ada karyaku yang bisa difilmkan dan kamu bisa menontonnya). Aamiin.


Kupu-kupu dalam perut itu sudah lama tiada, namun kenangan tentang kamu akan abadi selamanya. Sebab kamu adalah pondasi ketika aku belajar untuk mandiri dan tidak patah hati.


“Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan, Simpulnya jatuh dipelupuk hati yang tertambat cinta. Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa. Disela kehangatan adalah aku pandang satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan. Andai saja selalu bersama setiap masa sehati.

Suratan Tuhan kita di sini menapaki cerita bersama. Cinta berkawan karena sehati dalam kasih Illahi. Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat Panjang. Simpan rapi harapan, berkawan selamanya.” (Edcoustic-Cinta Berkawan, lagu kesukaan Rina saat itu).



Bersama keponakan. Senyuman bahagia seperti inilah yang sering aku alami saat dulu mengenal Rina. Bahagia.


No comments:

Post a Comment