Suri sudah tertidur pulas ketika tangan Anna memeluknya dari belakang dengan sangat erat. Wangi tubuh Suri membuat Anna tak kuasa menciummi punggung Suri yang memang hanya tertutup tanktop. Dia lalu mendekatkan bibirnya ke leher Suri yang indah meskipun cahaya lampu kamar tampak remang-remang. Lidah Anna kemudian menjilati telinga Suri dengan penuh kelembutan. Suri tiba-tiba terbangun karena merasa sesak ketika Anna memeluknya terlalu erat. Suri merasakan sesuatu yang menggelitik diperutnya ketika Anna masih beringas menciummi punggung dan menjilati daun telinganya, sehingga tanpa terasa celananya basah karena dia mulai terangsang dengan apa yang dilakukan Anna terhadapnya.
Suri lalu membalikkan badan, sehingga mereka kini tidur berhadapan. Tangan Anna masih melingkar ditubuh Suri. Pelan-pelan, dengan mata masih terpejam Suri lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Anna. Bibirnya kini tepat berada di atas pipi Anna. Anna yang sudah sangat bernafsu lalu mendaratkan bibirnya di atas bibir Suri. Dia lalu mengulumnya dan mengemut bibir Suri yang lembut. Suri masih pura-pura tertidur ketika Anna melakukan itu. Namun, lambat laun Suri jadi semakin terangsang. Dia lalu membuka mata dan membalas ciuman Anna.
Suri lalu terbangun dan mengubah posisinya sehingga kini dia duduk di atas badan Anna. Suri mencium kening, hidung dan bibir Anna. Tangan Suri lalu masuk ke dalam baju Anna yang memang sudah tidak mengenakan bra. Dia lalu meremas payudaranya. Anna menggeliat keenakan. Mulut Suri kini turun ke bawah. Dia menjilati leher dan telinga Anna, hingga kemudian tangannya menyingkap baju Anna, dan mulutnya mendarat di atas puting payudara Anna yang kini sudah mengeras. Suri lalu melahap puting Anna dan mengemutnya, sedang tangan kanannya kini tengah memainkan vagina Anna yang mulai terasa basah.
“Arrghhhhh…”
Badan Anna terus menggelinjang hingga dua jari Suri masuk ke dalam lubang vaginanya. Anna semakin tidak bisa mengontrol dirinya. Badan Anna kini bergerak maju mundur mengikuti ritme jari Suri yang terus menusuk-nusuk vaginanya. Jari Suri kini sudah basah oleh lendir yang ke luar dari vagina Anna.
Anna yang hampir berada dipuncak kenikmatan, kini membalikkan badan dan mengubah posisi mereka. Anna sekarang duduk di atas Suri. Dia lalu membuka semua baju Suri sehingga Suri kini telanjang bulat. Anna juga melepas semua kain yang menutup badannya. Dia kemudian mencumbu Suri dengan penuh gairah. Suri mendesah seraya menjambak rambut Anna yang tergerai indah. Dua gundukkan milik Suri dan Anna kini beradu dan saling bergesekan, sehingga puting mereka semakin mengeras. Anna lalu melakukan scissoring sex dengan menyilangkan kedua kakinya diantara kaki Suri, sehinga posisi mereka kini mirip seperti gunting. Vagina Anna kini sudah menempel dengan vagina Suri. Klitoris mereka saling bergesekkan, sehingga lendir terus keluar dari dua vagina itu.
“Arghhhhh, Anna sayang jangan berhenti…”
Suri terus mendesah dan mengeluarkan kata-kata erotis kepada Anna, sehingga membuat Anna semakin bernafsu dan terus menggesekkan vaginanya di atas vagina Suri. Mulut Anna kini mendarat di atas payudara Suri. Dia menjilatinya dan menghisapnya dengan penuh nafsu.
Suri semakin melayang dalam rasa nikmat yang tiada tara. Dia hampir saja orgasme ketika Anna tiba-tiba menghentikan aktivitasnya dan mengambil sesuatu di dalam tasnya.
“Sayang, kenapa berhenti?”
Suri tampak kecewa dan dipenuhi tanda tanya ketika Anna berhenti padahal Suri sudah hampir orgasme. Anna lalu memegang sebuah benda panjang dan memperlihatkannya ke arah Suri. Dia lalu tersenyum nakal.
“Dildo?”
Tanya Suri malu-malu. Anna mengangguk, seraya memasukkan dildo berkepala dua itu ke dalam vaginanya dan vagina Suri. Vagina mereka sekarang terhubung karena adanya dildo di dalam vagina mereka. Anna lalu bergerak maju mundur, sehingga dildo itu mencapai titik g-spot kedua perempuan itu. Tangan Anna dan Suri juga tidak tinggal diam, mereka saling meremas dan memainkan payudara pasangannya.
“Arghhh sayang, aku keluar”
Suri lalu berteriak saat cairan keluar dengan deras dari vaginanya. Tangannya meremas pantat Anna karena dia tak kuasa menahan nikmatnya orgasme yang dia rasakan kali ini.
“Aku juga ke luar nih, arghhhhh..”
Kini Anna yang menggelinjang dan mengeluarkan cairan orgasmenya di atas vagina Suri. Mereka lalu terkulai lemas dengan keringat yang membasahi kedua tubuhnya yang telanjang bulat. Anna lalu mencium bibir Suri dan memeluknya.
“I love you sayang.”
“Love you too.”
Ujar Suri yang kemudian tertidur dalam pelukan Anna.
***
“Zzzzzzzzzz…”
Aku terperanjat dengan nafas ngos-ngosan saat merasakan handphone ku bergetar beberapa kali hingga membangunkanku.
“Ternyata cuma mimpi..”
Aku mengelus dadaku dan beryukur bahwa apa yang aku saksikan tadi hanyalah mimpi. Tapi, meskipun hanya mimpi, aku merasakan bara api mulai berpijar di dalam dada.
“Jangan-jangan mereka emang bener-bener ngelakuin apa yang kaya dimimpi tadi ya? Ga bisa dibiarin memang. Kurang ajar Suri kalau emang kaya gitu. Bisa-bisanya dia selingkuh saat kita baru saja menikah beberapa hari.”
Aku terus mengumpat dalam hati dan tidak bisa tenang sebelum tahu apa yang sedang mereka lakukan sekarang. Aku lalu mengambil handphone ku dan mengirimkan pesan kepada Suri.
“Kamu jangan sampai berbuat aneh-aneh sama Anna, soalnya aku biasa tahu. Aku udah pasang kamera pengintai.”
Aku tidak langsung mengirimkan pesan itu dan membaca kembali berulang-ulang. Aku takut prasangka ini malah memicu pertengkaran yang seharusnya tidak terjadi. Aku kemudian menghapus pesannya dan beranjak menuju wastafel. Aku lalu mencuci muka dan berusaha mendinginkan rasa cemburu yang masih melanda.
Tiba-tiba handphoneku bergetar kembali. Dengan cepat aku mengambilnya untuk memastikan siapa yang menelpon dini hari seperti ini.
“Hah, Amar??”
Ujarku dalam hati. Mau apa Amar nelpon jam segini? Aku lalu menghela nafas panjang sebelum mengangkat telpon darinya. Aku lupa mengabari dia tentang apa yang terjadi belakangan ini. Aku bahkan tidak mengundang dia ke pesta pernikahanku.
“Hallo..”
Suaraku masih terbata-bata ketika harus berbicara dengan Amar. Bagaimana tidak, sudah hampir satu tahun dia menghilang tanpa kabar. Sebelum bertemu dengan Suri, Amar adalah satu-satunya laki-laki yang membantuku saat aku tengah terlilit hutang. Dia bahkan rela menghadang para penagih hutang yang memakai jasa debt collector. Amar juga melamarku saat itu, hanya saja aku memberi dia syarat agar menyediakan uang satu millyar untuk melunasi hutang-hutangku, baru setelah dia bisa, maka aku siap menikah dengannya. Amar mengiyakan, namun kemudian dia menghilang dan tidak pernah ada kabar. Sampai kemudian aku berubah menjadi laki-laki secara tiba-tiba, aku tidak pernah mengetahui keberadaan Amar.
“Hai, apa kabar? Maaf, aku mengganggu waktu kamu. Aku juga minta maaf karena selama ini aku menghilang tanpa ada kepastian. Tapi, asal kamu tahu, waktu itu aku sedang berjuang untuk mencari uang yang kamu minta. Aku lalu pergi ke Arab Saudi dan bekerja di sana. Nomor ini sengaja aku tinggal di Indonesia dan aku titipkan pada adikku. Saat itu aku hanya ingin fokus. Uang hasil aku bekerja memang tidak mencapai satu millyar, tapi ada satu kejadian tidak terduga ketika aku menyelamatkan seorang ibu-ibu warga negara Arab yang nyaris terbakar dirumahnya. Aku lalu menyelamatkan dia sebelum petugas pemadam kebakaran tiba. Badanku juga ikut terbakar sebagian, tapi akhirnya kita selamat. Karena merasa hutang budi, anaknya yang merupakan pengusaha memberiku uang yang jika dirupiahkan jumlahnya sebanyak satu millyar. Dan itu adalah nominal yang memang aku perjuangkan habis-habisan. Aku hampir pingsan tak percaya dengan apa yang terjadi. Sekarang aku bisa melamar kamu karena aku sudah memegang uang itu. Aku sudah di Jakarta sekarang dan besok aku pulang ke Bandung. Semoga aku belum terlambat untuk bisa menjadikan kamu istri aku.”
Mendengar penjelasan dari Amar, aku tidak bisa berkata-kata. Aku merasa terharu dengan perjuangannya dan aku tidak ingin merusak kebahagiannya saat ini. Ingin sekali aku mengatakan bahwa sekarang aku sudah menikah, namun lidahku kelu. Aku perlu bertemu langsung dengan dia dan menjelaskan semuanya terutama tentang perubahan jenis kelaminku.
“Mar, nanti setelah aku pulang ke Bandung, nanti aku kabari kamu. Ada yang mau aku jelaskan, tapi ga sekarang.”
“Suara kamu kenapa? Terdengar sedikit berat kaya laki-laki?”
Tidak aneh ketika Amar kemudian merasa penasaran dengan perubahan suaraku, sebab sekarang jenis kelaminku sudah berubah. Memang sejak menjadi laki-laki, banyak sekali perubahan terjadi dalam tubuhku, termasuk suara, hanya saja aku masih memiliki kulit wajah yang lembut karena tidak tumbuh kumis dan janggut di sana. Aku sangat bersyukur untuk hal itu, meskipun dokter menyarankan aku untuk terapi hormon, namun aku menolaknya. Aku tidak suka memiliki rambut di wajah, sebab akan menghilangkan kelembutan saat berciuman.
“Nanti aku jelaskan sekalian setelah kita ketemu.”
Aku lalu menutup telpon Amar dan merebahkan badanku di atas kasur. Aku sudah tidak bisa tidur lagi. Pikiranku hanya tertuju pada mimpi tadi malam dan pada Amar yang baru saja pulang ke Indonesia.
“Ahhh, pusing banget jadinya..”
Aku lalu beranjak ke kamar mandi dan mengguyur tubuhku dengan air dingin. Segar rasanya setelah banyak pikiran negatif berkeliaran di kepala. Kini saatnya aku untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa dan berharap bahwa hari esok akan baik-baik saja.
Dini hari sebelum senja, bunga merekah di atas tangan putri raja. Ada rekah menyala dalam rahasia. Ada sunyi mengendap dalam gagap tarian sang pengembala.
Katanya, jarak hanyalah ilusi..
Lalu apa yang hakiki?
Bersambung…
No comments:
Post a Comment