Thursday, March 16, 2023

Menjadi Diri Sendiri


 

Beberapa minggu ini tanpa terasa aku mulai rutin menulis fiksi setiap hari ditengah kesibukannku mengurus beberapa usaha. Mulanya aku hanya menulis untuk menghilangkan penat dan mengeluarkan imajinasi yang banyak berkeliaran dikepala, namun tak disangka ketika aku membagikannya kepada orang-orang yang aku kenal dan grup baru yang baru saja aku ikuti, mereka menyukai cerita yang aku buat, hingga mereka dengan setia menunggu kelanjutan kisah dalam cerbungku. Aku lalu membuat akun fizzo karena ada yang meminta aku untuk membuatnya. Hingga satu waktu aku memberanikan diri menulis kelanjutan cerita dengan sedikit vulgar karena aku terbawa arus penulis fizzo yang rata-rata menulis kisah dewasa. Dan tidak disangka, pembaca setiaku ternyata semakin menyukai cerita-cerita vulgar itu, hingga membuatku semakin bersemangat untuk menyisipkan adegan vulgar dalam lanjutan bab-babnya.

Aku lalu terbawa arus dan hanyut dalam keinginan pembaca dan lupa untuk menjadi diriku sendiri. Aku menulis adegan vulgar perempuan dan laki-laki hanya untuk menyenangkan pembaca hetero seksual, sedangkan aku menulis adegan seks sesama perempuan hanya untuk menyenangkan pembaca lesbian. Hal itu kemudian menjadi boomerang bagi diriku ketika terlalu fokus pada keinginan pembaca, bagaimana tidak, ketika aku menulis seks hetero, pembaca lesbian tidak menyukainya dan sebaliknya pembaca hetero kecanduan adegan-adegan seks hetero. Hingga aku mulai berpikir lagi, apa yang sebetulnya ingin aku tulis?


Saat aku mulai kembali menulis cerbung yang berjudul SURI, sebetulnya aku hanya ingin menjadikannya media afirmasi agar proses visualisasi dalam kepalaku bisa dengan lebih mudah mengalir. Dari dulu aku tidak pernah berniat untuk mencari uang dengan menulis, mengarang lagu atau melukis seperti kesukaanku selama ini, karena jika aku melakukan itu maka aku akan kehilangan rasa bahagia saat aku menekuni hobiku. Dan imajinasiku tidak akan menjadi natural sebab aku fokus mengejar uang. Aku tidak ingin hal itu terjadi, sehingga aku memutuskan untuk tetap menjalankan perusahaanku untuk mencari uang dan bukan dari hobi menulisku. Jika suatu hari karyaku bisa diapresiasi atau dibuat buku bahkan difilmkan, itu aku anggap sebagai bonus, tapi bukan sebagai tujuan awal yang aku kejar ketika berkarya.


Namun, kemarin-kemarin aku kehilangan idealisme itu dan mulai menjadi seorang matrealis yang mulai berpikir bagaimana caranya agar karyaku bisa disukai pembaca dan menghasilkan uang. Aku sudah berbelok arah dari tujuanku sebelumnya. Aku yang bahkan tidak pernah menulis adegan-adegan vulgar, kini mulai berani menuliskannya hanya demi pembaca. Dan aku merasa aku sudah tidak menjadi diriku sendiri.


Hari ini aku memutuskan untuk mengubah apa yang sudah keliru aku lakukan kemarin. Aku akan mulai menjadi diriku sendiri yang sejak dulu lebih menyukai novel-novel romantis puitis yang lebih memotivasi dibanding dengan cerita-cerita vulgar yang membuat pikiran pembaca melayang kemana-mana.


Tadi pagi aku sempat kaget juga ketika istri dari partner bisnisku yang juga seorang pengusaha dan guru bahasa inggris ternyata menulis juga di fizzo dan ceritanya juga sangat vulgar. Aku benar-benar tidak menyangka. Dan setelah aku tanya, ternyata dia menulis sebagian cerita vulgar untuk menarik banyak pembaca. Dan memang benar, karya-karya dia banyak dilihat orang sejak lima bulan terakhir. Sungguh disayangkan memang ketika kita kemudian menghilangkan jati diri dan diganti dengan kemauan pasar. Seniman dan pebisnis kadang-kadang memiliki tujuan dan kesenangan yang berbeda, sehingga akan sulit jika kemudian tujuan untuk membuat sesuatu yang indah dari seorang seniman diubah sejak awal menjadi sesuatu yang bersifat materi. 


Sekarang, aku akan kembali pada tujuan awal dimana aku akan menjadikan kegiatan menulisku sebagai latihan mendisiplinkan diri agar konsisten dalam menulis fiksi. Aku tidak akan terlalu memikirkan pembaca dan permintaan pasar terlebih dahulu, sebab aku tidak mencari uang dari menulis.


Aku adalah seorang pebisnis yang sejak SD sudah mulai berjualan. Aku lalu konsisten untuk menjadi seorang entrepreneur yang memang secara turun temurun dilakukan oleh keluargaku. Hampir semua keluarga tidak ada yang bekerja dan justru membuka usaha sendiri.

Dan sekarang aku akan kembali menempatkan uang sebagai tujuan dari bisnisku dan menulis sebagai hobiku, bukan sebaliknya. Dengan begitu aku merasa lebih bahagia dalam berkarya.

Semangat!!

Mari kembali menjadi diri sendiri!!


No comments:

Post a Comment