Dan dia pun jatuh, seperti Jingga yang aku namai cinta, seperti Biru yang tak luput dari buaian rindu, dan seperti udara yang hilir mudik tiba-tiba.
Bintang berwarna hijau dan langit yang tiba-tiba gemerlap cahaya. Memeluknya hingga rasa terpana dalam etalase usia. Kita menjadi buta dalam buncahan, tuli dari suara-suara bisikan nurani dan mencandu waktu yang kerapkali mengeratkan perjumpaan.
Aku mendapatkannya, entah hati atau raga, atau bahkan kepura-puraan yang dia tutupi dengan syarat yang mencekik akal sehat.
Kita tengah bermain dalam api. Aku ingin segera melarikan diri. Dia adalah ular berbisa yang kerap menari dan menaklukan hati. Dia tengah memeluk dengan sebilah golok yang dibungkus dengan kelembutan kata-kata dan kepura-puraan paras wajah.
Hijau lahir dari kacamata kekaguman, tumbuh karena siraman pertemuan dan jatuh karena cumbu yang kemudian berakhir rindu.
Matanya ganas, geraknya liar dan tariannya penuh dengan siasat. Aku terbelenggu dan juga terpikat, bintang hijau yang bersembunyi di balik kerang kepolosan. Entah sampai kapan kita beramain dalam pentas kebohongan. Aku dengan hasratku dan dia dengan obsesinya.
Kita adalah dua orang tanpa satu tujuan yang jelas. Dia ingin berlari ke timur dan aku ingin terbang ke barat. Aku ingin makhluk bernyawa, sedang dia hanyalah pemuja harta.
Kita tak pernah menemukan titik temu. Kita terikat karena nafsu yang menjerat. Aku lelah, namun aku tak bisa melewatkannya. Dia atmosfer baru yang baru saja meretas jadi candu. Aku menggilainya dan dia menjatuhkan rasanya.
Kita adalah sepasang bintang yang tak pernah bisa berterus terang. Dia lagu tanpa lirik, dan harmoni yang tak bisa disenandungkan. Aku ingin mengakhiri sesuatu yang tak pernah dimulai. Aku ingin memulai sesuatu yang sulit diakhiri. Aku jatuh dan dia menangkapku. Kita tengah menjalaninya, jalinan tanpa nama. Kita tak terikat, namun penuh dengan hasrat.
Aku ingin melihatnya setiap kali membuka mata, hingga bunga-bunga tumbuh bermekaran dan kupu-kupu bersenandung jatuh memadu kasih.
Ada apa dengan rasa? Dengan salah yang kemudian menjadi tak bersalah. Dengan “sayang” yang lantas menjadi belaian-belaian kemesraan. Ada apa? Kapan kita memulainya? Aku jatuh cinta.
No comments:
Post a Comment