Beberapa minggu ini, tepatnya satu minggu di bulan Februari, aku mendapatkan seorang teman dengan latar belakang seorang psikolog dan desainer. Mulanya aku banyak bertanya kepadanya tentang masalah psikologi, sehingga aku menceritakan banyak hal kepadanya, termasuk tentang keluarga dan beberapa pengalaman hidup yang menyakitkan di masalalu.
Dia kemudian menganalisis kasusku dari sudut pandang ilmu psikologi dan memberikan saran yang cukup membantu aku untuk bisa memperbaiki kesehatan mental yang selama ini terlanjur sakit dan terluka.
Menurut analisisnya, aku seharusnya menyembuhkan dulu perihal trauma di masalalu sebelum masuk ke jenjang pernikahan, karena jika kita masih membawa trauma hingga masuk ke pernikahan, maka pengalaman pahit itu akan terulang lagi, misalnya kita adalah seorang anak korban KDRT, maka jika bayangan-bayangan KDRT masih membekas dalam benak, maka kelak kita akan kembali menjadi korban KDRT dalam pernikahan.
Selain membahas tentang trauma masalalu, dia juga sangat antusias dan terbuka membahas tentang orientasi seksual, LGBT dan masalah-masalah yang berkaitan dengan psikologi. Dia sangat smart, wawasannya luas dan dia adalah pendengar yang baik.
Selain seorang psikolog, dia juga adalah seorang desainer. Sungguh asyik bisa berteman dengan orang yang membawa dampak positif bagi hidup kita. Dia bahkan mau mempromosikan salah satu produk aku, yaitu pembalut kain. Aku sangat berterimakasih bahwa dia sangat bersahabat dan saling memberikan keuntungan satu sama lain. Semoga hubungan pertemanan kita bisa terus berlanjut dan terus memberikan efek yang positif, baik bagi diri sendiri, maupun bagi bisnis kita masing-masing.
Terimakasih Anas, alhamdulilah karena masukannya, aku berusaha untuk menjaga kesehatan mentalku sekarang. Dan alhamdulilah juga, setelah aku posting pembalut kain yang dia endorse, hari ini sudah banyak pembeli-pembeli baru yang mulai memakai pembalut kain.
“Terkadang bukan siapa yang berjalan bersamamu, tapi siapa yang membantumu untuk bisa berjalan. Bukan siapa yang menggandengmu, tapi siapa yang menopangmu.”