Tak lagi sama,
Tak akan sama,
Angin, hujan dan setetes gerimis ditahun ini..
Sapaan dedaunan dan ranting-ranting berjatuhan
Gemercik air dan sisa dinginnya udara malam,
Nama-nama kubiarkan tergeletak tanpa abjad,
Bersama kalimat-kalimat yang tak selesai aku rangkai..
Mata,
Ini mataku masih terbelalak
Pada sisa dini hari yang jamak,
Gaduh?
Biar saja,
Kubiarkan bergemuruh
Sisa hasratku yang utuh
Runtuh...
Banyak nama merumah,
Kumpulan rasa tumpah ruah
Hati yang seakan hanya terminal tempatnya singgah
Atau bak ampas kopi yang akhirnya terbuang jadi sampah..
Aku mengamatinya,
Dia, dia dan dia dalam maya,
Mengendus baunya dari ujung termin lara
Aku hitung buih-buih dosa,
Menghamburkan sisa putus asa,
Meletup-letup, mengeja, mendewasa..
Bait-bait yang kubiarkan terhempas jadi ampas,
Kenangan manis yang kubiarkan mati tak berpeti
Aku, kesendirian dan nyanyian tanpa umpan,
Biarkan menunggu di tepian penuh angan,
Kau, kau dan kau
Aku sakau
Galau..
Langit hitam,
Deburan ombak,
Tatapan kosong,
Pikiran kalut..
Dia terjaga,
Menatap lurus dari belakang..
Menengadah..
Mengulurkan ruang,
Dan diujung remang malam
Bayang-bayang terlukiskan,
Debaran rindu, tumpukan kebingungan
Setitik kesalahan,
Selamat jalan,
Pantainya, pantai kenangan,
Pangandaran..
Ada titik-titik,
Berjalan berhamburan..
Tanda tanya dan tanda seru
Semua menari dalam pikiran
Untuk siapa?
Aku menerka,
Mengira-ngira
Kata perkata
Terbata-bata
Ah, lagi-lagi aku tanyakan
Untuk siapa?
Yang kau tulis dalam debaran
Merah merona masih tersimpan
Dalam ingatan,
(Nostalgia, Maret Kelabu 2015
Menguliti waktu,
Tidur dalam duri bunga-bunga tanpa kelopak
Ada senyuman kecut
Sekedar penanda bias kegetiran
Kau pikir siapa?
Berjalan angkuh dalam bahasa diam yang kau pecundangi,
Meludahi, lantas tak kembali..
Laut yang kau kira biru,
Hanyalah gambaran bahasa pengecutmu yang gagu..
Gali dan kubur saja
Kata-kata dalam sajakmu yang dungu..
Itu bukan rindu..