Berjalan jinjit dengan mata tertutup
Ada hujan di atas pinangan jarum jam
Detaknya menelungkup bulatan hitam
Oh, andaikata rembulan menengadah
Berjelaga pada hamparan yang riuh ricuh
Deras,
Melihat sepasang mata tanpa bola
Kelopaknya menguning, hijau tua
Muram..
Bisakah kau lukiskan?
Keriput-keriput pada raut kusut?
Lelah menelaah senja pada garis-garis yang menua
Di puncak Semeru
Kau lalu menggulung waktu
Menunggangi jarak yang seakan menerkam debaran rindu..
Sepucuk surat tengah berkidung,
Menyanyikan rasa yang terlantar dari jauh
Menghantarkannya meski jalanan penuh batas-batas
Dimana? Kau dimana?
Tersesat..
Kau?
Siapa kau?
Kau siapa?
Berputar..
Bumi ini..
Ini bumi!
Kulihat semua berwajah sama
Sama rupa, sama bentuk, sama rasa..
Ini cinta?
Bukan..
Adalah hasrat yang terkepung bilangan matematika
Logikanya tergerus kepakan sayap-sayap asmara..
Patahkan saja!
Lumpuhkan geraknya!
Tak ada lagi pintu disana..
Aku berbalik!
Mengunci keruhnya setitik!
Pada bara api yang memercik..
Datangi!
Jejak-jejak menggelapar
Dilangit-langit bertali
Menjuntai..
Sebaris
Dua baris
Tiga baris
Berbaris-baris
Tak lekas kau baca!
Buta?