Tadi
malam kau datang lagi melalui siluet yang menembus dimensi lain dalam
pikiranku. Pada labirin mimpi yang sengaja aku ingat hingga senja. Biru, andai
kau tau saat malam tak segelap biasanya. Andai kau benar-benar di sini seperti
mimpi tadi malam. Andai kau tak seperti batu nisan yang tak bisa berbicara
apa-apa. Andai kau bisa berkata terus terang tentang apa yang kau mau, tentang
dirimu.
Jangan menganggap benar apa yang kau
anggap benar. Matamu tak bisa berbicara lebih banyak selain menangkap objek
yang ia lihat. Tanyakan saja pada hatimu, apa yang berkecamuk dalam birumu kali
ini. Kusut, hatinya ingin berbelok menuju dermaga yang tanpa hingar-bingar
manusia. Mungkin sendiri akan membuatnya lebih baik atau setidaknya ia dapat
menghayati rasa sakitnya tanpa ada yang memaksanya untuk tersenyum setiap pagi.
Biru, ku kira kau akan memanggilku
biru setiap waktu. Ku kira tak secepat ini aku harus melepas laut dan senja
yang sering kau renungi dalam diam. Aku masih ingin bercengkrama denganmu,
seperti laut yang berderu pada langit saat sore hari. Aku masih tak ingin
kemana-mana, karena dalam namaku masih disematkan kata “biru”.
Jangan percaya pada mata yang
membuatmu gusar hingga meneteskan kesedihan. Karena apa yang kau lihat hanyalah
kabut yang menutupi keindahan bunga-bunga pada pagi hari. Karena hatiku tak
akan ku biarkan terbuka di mana-mana, tak akan ku biarkan semua orang
melihatnya. Dan apa yang kau lihat kali ini bukanlah berasal dari hati. Apa
yang kau yakini hanyalah sebuah dongeng pengantar tidur seorang anak kecil yang
merasa kesepian.
Bahkan anak itu tak bisa lagi memilih
garis mana yang akan dia teruskan. Lurus ataukah berbelok arah. Tapi, kalau
matamu pernah melihatnya berjalan lurus, itu karena dia sedang tertidur
sebentar saja, karena saat ia terbangun, ia ingin kembali pada dermaga yang
begitu hening, dermaga yang membuatnya terlelap dalam kehangatan, dermaga
rahasia.
Biru, jangan pernah kau bakar
surat-surat itu atau kau sobek potret wajah yang pernah kau lihat begitu dekat.
Karena isi hatiku tak pernah berubah sejak kau memutuskan terbang tanpa ada
lagi nama biru.
Aku masih birumu, bisakah kau datang
lagi seperti malam itu? Aku rindu..