Thursday, July 16, 2020

14 Juli 2020



    Ada yang berbeda dari ulang tahunku kali ini. Dalam situasi pandemik dan beberapa daerah di Kota Bandung masih masuk dalam zona merah, rasanya aku tidak ingin mengingat ulang tahunku sekarang. Terlebih lagi UMKM sepertiku sangat terdampak sejak ditetapkannya PSBB, namun bulan Juli kali ini aku mendapatkan kembali partner yang bisa menyemangati dalam segala hal, entah bisnis ataupun tempat curhat.


    Setelah sempat menghilang pada bulan April 2019, sekarang kita kembali menjalin hubungan silaturahmi yang sempat terputus. Dia banyak menyemangati saat aku jatuh dan putus asa. Usianya memang 6 tahun lebih tua dibandingkan aku, sehingga dia bisa menjadi sosok kakak yang dewasa dan bisa menenangkanku disaat aku sedih.


    Dihari ulang tahunku, dia rela menunggu selama satu jam, setelah aku mengantarkan pesanan sepatu ke pabrik dan sebelumnya berkumpul dengan keluarga. Kita bertemu sekitar pukul 15.00 di Kiara Payung, lalu kita makan di rumah makan Cibiuk, karena beberapa cafĂ© masih tutup. Rumah makan Cibiuk juga sangat sepi, tapi aku sangat suka suasana sepi, karena kita bisa bebas ngobrol tentang apa saja.


    Sore itu, kita banyak membicarakan tentang diri masing-masing dan tentang pernikahan. Kita bisa begitu lepas tertawa dan bercanda. Aku selalu nyaman bercerita kepadanya, meskipun kadang-kadang dia banyak menceritakan tentang A atau B, tapi hari itu dia tidak banyak menceritakan tentang orang lain.


    Tidak pernah ada yang spesial dihari ulang tahun, selain rasa syukur masih dikelilingi oleh keluarga yang utuh dan orang-orang yang menyayangiku dengan tulus.

Terimakasih untuk keluarga, sahabat dekat dan orang-orang yang selalu ada dalam suka dan duka. Aku bahagia.


Tak pernah lagi aku melihat iring-iringan air mata pada bendera duka dihari jumat.

Satu titik telah hilang diantara garis pena yang terlupa..

Entah dimana hampa masih menelurkan anak kesedihan

Seperti tiupan balon-balon dan cahaya lilin yang hampir pudar

Potongan-potongan kue juga kadang berduka oleh irisan pisau

Seperti luka yang dibuat oleh seringai-seringai tawa

Kadang kita hanya sedang pura-pura,

Atau bahkan kita tengah bersandiwara di balik etalase bahagia

Entahlah..

Aku sudah lupa..







Tuesday, July 7, 2020

Bunga Kertas



    Airmata senja tertahan di balik wajahnya yang tengah memucat di balik terang bulan. Rumput-rumput kering dan pantulan cahaya tanpa siluet malam tengah berarak mengiringi rasa sakit yang dia ciptakan sendiri dengan torehan-torehan luka.


    Hati bergumam tentang khayalan. Tentang rencana-rencana yang lalu runtuh oleh babak baru dari skenario kebohongan. Dia, dengan antrian nama-nama yang tersembunyi di balik sandiwaranya akan kata “setia”. Dia, dengan drama tanpa judul yang berkali-kali menyisakan airmata di akhir ceritanya. Dia, dengan tawanya yang khas yang akan menyeringai ketika mampu membuat tangis berkeliaran jatuh pada rasa sakit.


    Aku selalu salah menjatuhkan rasa. Menanam benih dan menyemai cuaca tanpa tahu aturannya. Aku terlalu mudah percaya akan janji dan ucapan kata-kata dari bibir-bibir sang pendusta. Aku tak pernah paham akan kemarau yang meruntuhkan dinginnya penghujung malam. Aku tak pernah mengerti akan hujan yang kerapkali datang diantara linangan airmata kesedihan.


    Guguran bunga kertas dalam hati seakan menandai awal dari nyeri yang dia hadiahi dibulan Juli. Bulan dimana angin menerbangkan sepucuk harapan ditengah tandusnya pengharapan. Bulan dimana tanggal-tanggalnya mengoyak rasa lupa tentang diri yang kian terlupa akan kata “dicintai”.


    Kini, tak ada lagi tempat bagi judul-judul puisi yang  telah tergerus oleh norma dan realita. Materi yang lalu menjembatani hati kian memenangkan pertaruhan antara sang pecundang dan pangeran. Kalah, dan hari-hari akan semakin penuh oleh sorak-sorai pemuja uang.


    Sepi telah kembali menjadi bait-bait yang paling diminati ketika kasih sayang tercabik-cabik oleh luka dan kebohongan. Sendiri kini menjadi bab baru dari tahun-tahun paling menyeramkan dari tragedi-tragedi menyakitkan akan kehidupan. Selamat datang luka, aku kembali berduka.