Friday, February 28, 2014

Duniaku

 

Aku ingin bercerita sedikit tentang duniaku. Tentang mimpi yang kemarin baru saja kita lewati. Tentang sebuah pertengkaran kecil yang berakhir dengan buncahan-buncahan kebahagiaan yang berujung rindu. Aku tertawa kecil jika mengingatnya, mengingat semua hal, terutama tentang peran kita saat ini. Sadar bahwa kita telah menempati peran yang memang itulah diri kita yang sebenarnya. Tentang posisi atau mungkin porsi. Jika diibaratkan, aku mulanya adalah A, namun karena konflik dengan seseorang, maka aku mengubahnya menjadi B, demikian denganmu. Kamu yang mulanya B, namun ketika denganku, kamu menjadi A. Namun kini, aku mulai menyadari, bahwa kita telah mengubah peran itu tanpa sedikitpun perencanaan dan semua mengalir begitu saja. A kembali menjadi A dan B menempati perannya sebagai B. Ibarat payung dan tas. Ada yang harus melindungi dan ada yang harus dilindungi. Payung memiliki tanggung jawab untuk melindungi tas yang dibawa seseorang agar tidak terkena hujan.
Memiliki peran seperti payung ibarat menjadi seorang kakak, dia harus melindungi adiknya, berusaha membuatnya nyaman, menjadi tempatnya bersandar dikala sedih dan gelisah.
Menjadi payung ibarat menjadi tulang punggung dalam keluarga, dia mempunyai peran untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Ada senyuman kebahagiaan yang aku rasakan, ketika menyadari bahwa kini keluarga itu telah utuh, dan semuanya telah menempati perannya masing-masing, serta kehadiran dua orang yang menyempurnakan sebuah hubungan. N dan T. Sempurnalah sudah, karena aku merasa bahwa kini aku benar-benar dihidupkan, dalam kehidupan..



Saturday, February 15, 2014

Kata-kata


 
Ada sesuatu, tentangmu… tentang keterasingan yang aku rindukan.. tentang senyuman, tentang biduk airmata yang lapuk.
Di sudut-sudut ruangan yang terasa redup.. dipelosok hati..
Sudah lama, terlalu lama..
Sendiri yang aku pijaki jalanan-jalanan gaduh.. bungkam..
Terasa lain.. tentangku.. tentang bahasa itu..
Tentang diri yang kini bisu, beku..
Kau renggut masaku..
Melemparku, memenjarakan aku pada sosok yang tak aku kenali..
Sementara di sana kau berpesta.. pada gemerlap masa, tempat keterasinganku..
Dan aku pergi…
Tak ku kenali lagi sorot matamu kala itu..
Dengannya kau memecah rasa.. melerai sedikit airmataku yang terabai..
Empat tahun sudah dan tiada lagi rasa.. namun semua masih tersisa..
Kau tak melihat, dari awal lagi aku merangkak.. membangun bukit kepercayaan..
Mengukir sedikit demi sedikit mimpi ditengah cibiran kebencian..
Kau lupa.. kau alfa..
Pada nurani mana mampu kau urai sedikit tentang kita??
Padanya yang membakar penuh gejolak didada..
Amarah yang kubiarkan reda.. tapi takkan reda..
Tak sama seperti rasa yang mungkin tlah tiada..
Kau, dia dan sepenggal kisah kita..
Biar ku bingkai..biar  ku lempar.. biar kubakar..
Dan biarkan binasa pada ruang hampa tanpa asa..
Hingga kulupa..
Hingga terlupa..
Sepenggal kata..
Tentang kita..

Sunday, February 9, 2014

Syair Duniaku


Masih saja begini.. Aku lupa jalan pulang. Berputar pada lingkaran tanpa ujung. Pada rona merah mana hatiku mampu berdebar-debar??  Melukiskan ujung gelisahku yang lupa akan kata-kata.
Masih saja begini.. menua dalam bias senja, sementara yang lain telah berlari mengejar titian mimpi..
Kadang sulit.. menyalakan lilin sedang tak ada secercah api di sini. Dan aku lupa, dimana rumah jiwaku berada..
Berjalan saja.. kubiarkan begini adanya.. bersorak sorai, namun aku tak mendengar. Kurasakan sepi.. menatap bias-bias yang memapah beriringan, bergandengan tangan.
Aku berjalan dengan caraku.. dalam etalase terisolasi yang aku asingkan di sini tanpa keramahan.
Jangan mengusikku.. biarkan aku terkunci sendiri.. menyesapi sedikit memori yang membekas dalam hati..
Lurus saja.. teruskan jalanku.. aku tak peduli. Jangan biarkan aku berbalik, atau biarkan aku melirik.. kanan atau kiri, sama saja.. aku masih begini.
Aku masih berputar-putar, sementara kalian telah ke luar lebih jauh.. berlari lebih cepat dari syairku yang lambat.
Aku masih menikmati bait-demi bait yang aku ciptakan sendiri.. terkungkung dalam memori puisiku yang berarti..
Aku pun sama.. aku punya mimpi..
Seperti kemarin, kau, aku dan kita.. tertawa bersama-sama di sana.
Tapi kini, ku lihat tak ada siapapun di sana.. waktu yang telah mengubah segalanya.. meski hanya aku yang masih tertinggal sendiri.
Lupa, biar saja terlupa.. kenanglah aku.. sebagai kenangan.. sebab aku punya duniaku yang lain.. pada cerita-cerita roman diri yang tertambat dalam sajak malam..
Begini saja.. masih saja begini.. ini aku, duniaku, beberapa bait syair pilu akan ketertinggalanku..
Sebab pilihan telah memilih..
Jalan ini yang terpilih..
Begini saja.. ini aku.. ini pilihanku..
Entah denganmu.. siapapun kamu..
Urus saja duniamu..
Aku tak mau tau...