Friday, April 22, 2016

Butuh Ilmu


Simpan ijasahmu!
Pada lipatan kerah baju..
Aku butuh ilmu,
Bukan hanya kertas palsu!

Kubur riasan dan togamu!
Pada foto-foto berparas ayu..
Aku butuh ilmu!
Bukan kata "Tepat Waktu"..

Aku bukan sang jenius!
Bukan si penurut ambisius!

Umbar gelar-gelar megah itu!
Pada catatan indah sejarahmu..
Aku butuh ilmu,
Bukan embel-embel penuh tipu..

Biar saja, biarkan mereka ragu!
Biar mencibirku tanpa malu..
Aku tidak dungu!
Aku butuh ilmu!

Wednesday, April 13, 2016

KALAH



Menatap dari bawah,
Pada pijakan-pijakan berlumpur tanpa atap..
Melihatmu semakin jauh, menjauh..

Terbang, terbang dan menjauhlah sejauh yang kau mau,
Dengan mereka, kawanan elang dan kupu-kupu,
Yang bersayap dan berparas ayu..

Aku tengah merangkak,
Membetulkan petak-petak yang kau acak,

Aku tengah berdiri
Memulihkan kaki yang kau patahkan dini hari,

Aku merindukanmu, sesekali, berulang kali,
Berkali-kali..

Pada ruang isolasi,
Tempatku terbaring sendiri,

Tak ada jejak atau jenakanya puisi,
Pada pagar-pagar yang masih kau bentengi,

Pergi!
Pergi!!
Dan pahami apa itu arti,
Bersama kawanan peri dan bidadari,
Tempatmu memintal kalung hati,

Aku adalah pelangi,
Pada lukisan yang masih dijemur tadi pagi,

Basah,
Basah terasa,
Bulir-bulir air mata,
Yang tengah aku seka..

Merdeka?

Maka, jadikanlah sukacita.

Aku hanyalah kerbau,
Kawan lamamu di tepi danau,
Tempat dulu kau berkicau dan mencari rumput hijau,

Aku hanyalah tanda koma,
Pada sampul bukumu yang dibiarkan tanpa nama,

Aku adalah naungan,
Tempat kau pernah tersesat tatkala kebingungan,

Aku adalah airmata,
Tempat rindu memantul kembali tanpa kata-kata..

Aku adalah rahasia,
Yang kini terjaga dan berbahasa,

Aku adalah  lagu,
Setumpuk masalalu yang berdebu digudang pilu,

Lalu,
Berlalulah wahai kupu-kupu,
Biar aku punguti sisa-sisa kotoranmu,
Yang tercecer diteras waktu,

Lalu,
Berlalulah wahai kupu-kupu..
Laju dan teruslah berpacu,
Karena kerbau tak akan mampu melaju sejauh itu,

Laju, melajulah..
Dan rengkuh dunia bersama mereka yang kau namakan bahagia..

Biar saja aku beku, terbujur kaku

Senyum dan tertawalah..
Aku menyerah..











Wednesday, April 6, 2016

Hitam Putih

Di bawah temaram malam, satu tahun dibulan itu.
Selimut yang dijadikan penutup antara hasrat dan rasa malu.
Berteriak, tatkala nafas masih terengah menyesap candu.

Hitam yang dijadikan batas pemisah antara nikmat atau laknat.
Merenung, namun nafsu murung.

Berbalik, tapi tercekik.

Tuhan tertawa, terkadang murka.
Disodorkannya tiket neraka.

Sedikit kenangan, buncahan-buncahan, erangan-erangan.
Itukah keindahan?
Atau mungkin setapak jalan kehancuran
Pelan-pelan, perlahan..
Membinasakan

Kita,
Dalam gejolak-gejolak yang katanya cinta.

Kita,
Dalam hilir mudik mesra yang kata-Nya dosa.

Lalu?
Dimanakah bumi masalalu?
Tempat menampung resah gelisah rasa rindu.

Dimanakah rembulan kemunafikan?
Tempat berahasia angin dan hujan yang bertopeng kebaikan.

Aku dan dua sisi yang diamini,
Mengamini atau mungkin teramini.

Aku dan segenap kalut penuh kemelut.
Berjihad pada solekan dosa dan rintangan asa.

Masihkah akan mengira-ngira?
Kalian yang berangan atau berjubah kepalsuan?

Berdoa, memaksa atau menantang siksa?

Tergiur pada bulir-bulir di luar skenario takdir.
Berdzikir atau mungkin tengah tersihir?

Rumit.
Sempit.

Diruangan berdesakan antara iman dan kemunkaran.
Ada hamparan, ada pula tamparan.

Hitam atau putih?
Pilih!
Tak usah berdalih.