Menatap dari bawah,
Pada pijakan-pijakan berlumpur tanpa atap..
Melihatmu semakin jauh, menjauh..
Terbang, terbang dan menjauhlah sejauh yang kau mau,
Dengan mereka, kawanan elang dan kupu-kupu,
Yang bersayap dan berparas ayu..
Aku tengah merangkak,
Membetulkan petak-petak yang kau acak,
Aku tengah berdiri
Memulihkan kaki yang kau patahkan dini hari,
Aku merindukanmu, sesekali, berulang kali,
Berkali-kali..
Pada ruang isolasi,
Tempatku terbaring sendiri,
Tak ada jejak atau jenakanya puisi,
Pada pagar-pagar yang masih kau bentengi,
Pergi!
Pergi!!
Dan pahami apa itu arti,
Bersama kawanan peri dan bidadari,
Tempatmu memintal kalung hati,
Aku adalah pelangi,
Pada lukisan yang masih dijemur tadi pagi,
Basah,
Basah terasa,
Bulir-bulir air mata,
Yang tengah aku seka..
Merdeka?
Maka, jadikanlah sukacita.
Aku hanyalah kerbau,
Kawan lamamu di tepi danau,
Tempat dulu kau berkicau dan mencari rumput hijau,
Aku hanyalah tanda koma,
Pada sampul bukumu yang dibiarkan tanpa nama,
Aku adalah naungan,
Tempat kau pernah tersesat tatkala kebingungan,
Aku adalah airmata,
Tempat rindu memantul kembali tanpa kata-kata..
Aku adalah rahasia,
Yang kini terjaga dan berbahasa,
Aku adalah lagu,
Setumpuk masalalu yang berdebu digudang pilu,
Lalu,
Berlalulah wahai kupu-kupu,
Biar aku punguti sisa-sisa kotoranmu,
Yang tercecer diteras waktu,
Lalu,
Berlalulah wahai kupu-kupu..
Laju dan teruslah berpacu,
Karena kerbau tak akan mampu melaju sejauh itu,
Laju, melajulah..
Dan rengkuh dunia bersama mereka yang kau namakan bahagia..
Biar saja aku beku, terbujur kaku
Senyum dan tertawalah..
Aku menyerah..
No comments:
Post a Comment