Aku ingin menjadi daun yang jatuh di halaman rumahmu.
Akan aku tahan sakitnya sesaat saat terlepas dari ranting.
Aku berharap dapat jatuh tepat di atas kepalamu, agar kau dapat berhenti sesaat ketika akan membuka pagar dan melangkah ke luar.
Tanganmu mungkin akan memungut benda yang baru saja jatuh di kepala, lalu sesaat kemudian kau akan melihatnya untuk memastikan benda apakah itu.
Kau tentu akan membuangnya begitu saja ketika kau menyadari bahwa yang jatuh hanyalah sehelai daun kering.
Aku sudah cukup merasa bahagia, ketika tanganmu menyentuhku dan matamu dapat melihatku saat itu, meskipun aku tau, aku tidak akan benar-benar bisa mengalihkan duniamu dan menghentikanmu untuk pergi hari ini.
Aku adalah sehelai daun jatuh yang berharap dapat mendapatkan tempat kembali di sana. Diantara ranting-ranting yang telah membuatku terjatuh.
Tadi aku berada tepat di atas teras rumahmu, di depan etalase toko, tempatmu berlama-lama duduk dan menunggu pembeli datang. Sekarang, aku berada sedikit lebih jauh dari sana, tepat di luar pagar rumahmu yang berwarna hitam pekat.
Kini aku sangat ketakutan, takut kalau-kalau angin menerbangkanku semakin jauh dan aku tak bisa lagi menggapaimu untuk melihat senyuman yang aku rindukan setiap waktu.
Aku berharap hujan segera turun, agar angin tak bisa menerbangkanku yang basah kuyup dan tengah terapung di atas kubangan air.
Aku ingin berlama-lama memandangmu dan aku tidak akan bertanya banyak hal seperti dahulu. Meski aku tau kemarin kau tengah bahagia dengan bunga yang durinya pernah merobek kulitku, dan kini kau tengah jatuh cinta dengan kuda yang dapat membawamu berlari dengan sangat kencang.
Sedang aku hanyalah daun jatuh yang sudah tak bernilai lagi, yang masih saja mencintaimu habis-habisan, seperti pagi ini.