Monday, August 29, 2016

Sedang di Bengkel


Sebuah tulisan dibalik kaos, “King Club Tangerang Selatan”.
Sore ini, di sini..
Bandung Timur..

Berjam-jam aku terpaku pada kaos montir itu,
Lalu ada yang memaksa dan terpaksa mengingat apa yang menyengat..
JARAK!
Tapi kali ini, bukan hanya masalah jarak, BUKAN!
Tapi hati yang kini tak lagi ada dalam satu petak.

Masih dibengkel ini,
Senja ini,

Aku terpaku..
Mengingatmu!


Saturday, August 27, 2016

Sepi


Dan kelak kau akan dapati aku bisu..
Kelak, ketika ibuku memberitahumu dengan suara tersedu-sedu!
Lalu, apa jadinya rinduku?
Yang tertolak hari ini karena seteru..

Bahkan aku dapati mimpi tadi malam,
Tentang daun jatuh, bertuliskan nama diriku
Dan seseorang yang terbujur kaku dengan galian baru di sisi kanannya..
Aku lalu berteriak, tak siap!

Lalu mataku menghitam,
Dan aku tak sanggup lagi melihat cahaya pagi..

Telah datang waktuku,
Dalam hitungan yang semakin dekat..
Diam berjam-jam,
Dalam gelisah dan wajah muram,
Aku ketakutan..

Dan berangsur-angsur mereka pergi!
Mengucapkan salam perpisahan,

Aku lalu terkubur sendiri
Dalam barisan puisi-puisi
SEPI!



Monday, August 22, 2016

Sepatu


Meleleh sudah mataku, membaca kembali percakapan kita tentang sepatu.
Kau begitu menyukainya..
Dan aku menyukaimu,
Lalu aku menyukai sepatu..

Berpasang-pasang sepatu aku berikan satu-satu..
Berjejer rapi di depan pintu kamar itu..

Kau tersenyum melihat kumpulan sepatu-sepatu,
Dan aku terpesona menatap senyum kupu-kupu..

Tapi, tak lama kau mengusirku..
Tanpa satupun sepatu,
Untuk kakiku..

Saturday, August 20, 2016

Selesai


Kau berjalan di bawah hujan, dengan mantel tebal dan sebuah payung ditangan. Lalu kau melihatku tanpa busana, menggigil kedinginan, basah kuyup dan tidak membawa payung. Kau lalu berkata, bahwa kau mencintaiku dan tetap memakai mantel dan payungmu untuk diri sendiri. Aku rasa cukup, dan aku tidak ingin mendengar kata-katamu lagi. Aku pamit.

Sunday, August 14, 2016

Tangguh


Seikat bunga aster putih dan jalanan berkelok-kelok.
Malam yang ramai dan penuh lalu lalang orang.
Aku tersesat..
Tak ada yang tau, bagaimana tubuhku menggelapar.
Dan mata tak bisa lagi mengenali gelagat pekatnya awan hitam.
Lalu badai kulihat di mana-mana,
Menghantamku yang kini berlari sendiri..

Tak ada yang lebih letih selain ditinggalkan ditengah-tengah lautan..
Dan aku harus tetap berdiri tegak sebagai seorang petarung tangguh.

Angin telah aku taklukan..
Dan lautan kini menjadi teman..
Namun, masih saja ada malam dimana semua terasa lebih menakutkan..
Lalu gigil datang, dan hampir menikam satu-satunya yang tersisa, hati!

Malang!
Bahkan angin saja mampu mentertawakannya kali ini..









Friday, August 12, 2016

Daun Jatuh


Aku ingin menjadi daun yang jatuh di halaman rumahmu.
Akan aku tahan sakitnya sesaat saat terlepas dari ranting.
Aku berharap dapat jatuh tepat di atas kepalamu, agar kau dapat berhenti sesaat ketika akan membuka pagar dan melangkah ke luar.
Tanganmu mungkin akan memungut benda yang baru saja jatuh di kepala, lalu sesaat kemudian kau akan melihatnya untuk memastikan benda apakah itu.
Kau tentu akan membuangnya begitu saja ketika kau menyadari bahwa yang jatuh hanyalah sehelai daun kering.
Aku sudah cukup merasa bahagia, ketika tanganmu  menyentuhku dan matamu dapat melihatku saat itu, meskipun aku tau, aku tidak akan benar-benar bisa mengalihkan duniamu dan menghentikanmu untuk pergi hari ini.

Aku adalah sehelai daun jatuh yang berharap dapat mendapatkan tempat kembali di sana. Diantara ranting-ranting yang telah membuatku terjatuh.

Tadi aku berada tepat di atas teras rumahmu, di depan etalase toko, tempatmu berlama-lama duduk dan menunggu pembeli datang. Sekarang, aku berada sedikit lebih jauh dari sana, tepat di luar pagar rumahmu yang berwarna hitam pekat.
Kini aku sangat ketakutan, takut kalau-kalau angin menerbangkanku semakin jauh dan aku tak bisa lagi menggapaimu untuk melihat senyuman yang aku rindukan setiap waktu.

Aku berharap hujan segera turun, agar angin tak bisa menerbangkanku yang basah kuyup dan tengah terapung di atas kubangan air.
Aku ingin berlama-lama memandangmu dan aku tidak akan bertanya banyak hal seperti dahulu. Meski aku tau kemarin kau tengah bahagia dengan bunga yang durinya pernah merobek kulitku, dan kini kau tengah jatuh cinta dengan kuda yang dapat membawamu berlari dengan sangat kencang.

Sedang aku hanyalah daun jatuh yang sudah tak bernilai lagi, yang masih saja mencintaimu habis-habisan, seperti pagi ini.


Tuesday, August 9, 2016

Geming



Hanya saja mataku tengah merantau kali ini, maka bergegaslah, sebelum kau melihat ada “gerak” yang tak bisa diamati..
Kau tak boleh hanya menatap apel itu, tapi gigit dan kunyahlah agar kau tau apa itu rasa, ketika bentuknya telah berubah..

Untuk mengenaliku, kau hanya perlu jatuh, karena aku tengah berdiri di dasar jurang yang sangat dalam dan begitu jauh dari tempatmu berdiri.

Di sini gelap, kau tak akan bisa mengenaliku hanya dengan melihatnya di atas sana, tanpa bergerak sedikitpun.
Aku tak akan pernah bisa merasakan hangatnya suhu tubuhmu, karena aku hanya berpelukkan suara-suara yang mengatakan tentang cinta, tentang rindu dan tentang hal-hal yang tak dapat aku kenali sedikitpun.

Cinta bukan melulu tentang kupu-kupu diperutmu yang menggelikan, tapi cinta butuh sedikit pengorbanan, dan juga adanya “kepercayaan”.

Bergeraklah! 
Kau hanya perlu menurunkan sebuah tali. 
Ada banyak cara yang bisa kau lakukan untuk menarikku dari kegelapan ini.
Dan untuk sekarang, aku tak butuh kata-kata atau sekedar ucapan sayang..
Aku hanya ingin melihat bagaimana caramu menyelamatkanku, hanya itu..