Rumah Jingga |
Pelangi untuk Jingga |
Khayalku
berjalan tanpa ruas kata. Ada kalimat tanpa titik berkejaran disepanjang baris
paragraf tak berjudul. Ku cari makna tak beralasan. Ku cari jeda tak
berhimpitan. Ku cari apa yang Ku cari. Ku cari apa yang tak lagi Ku temui.
Bingung. Bingung Ku sematkan pada pagi.
Warnanya berpendar tanpa nyala. Ada ruang-ruang tak bertuan berdiri tegak
melemparkan bejana kekosongan. Diam searah. Merenung..
Ada
yang terlupakan, yang terlupakan dari senja. Aku lupa meraba asa Jingga. Aku
lupa akan barisan yang membentengi hati. Aku lupa akan barisan hujan yang
datang setelah gerimis. Aku lupa akan guguran daun-daun kering yang berserakan
dipijaran mentari yang membakar asap pelangi.
Maafku berujar pada Jingga. Maafku
berbisik menyelinap pada selimut berbulu angsa.
Ku biarkan puisiku mengaduh pada riuh. Ku
biarkan ragaku menyesap lara berjelaga.
Berteduhlah Jingga. Lelaplah pada barisan
kata yang aku sematkan di ujung petala. Nyalanya riang. Bunyinya melenguh dalam
rindu.
Berteduhlah Jingga. Ku teduhkan sinar
matamu yang berbinar. Ku teduhkan degup jantungmu yang nanar. Ku teduhkan asa
cemburumu yang terbakar.
Berteduhlah... Akulah rumah hatimu. Akulah
embun bagi jiwamu yang gersang. Akulah karang bagi gulungan ombakmu yang
menerjang. Akulah aliran darah bagi adrenalinmu yang berpacu. Akulah jantung
bagi ragamu yang hidup. Akulah nyawa itu... Nyawa bahagiamu.
Maka, berteduhlah Jingga.. berteduh pada
kepingan hatimu yang rindu.
Berteduhlah.. berteduhlah.. berteduhlah
tanpa cemburu..
Aku
eja hingar bingar dan sorak sorai gelisah hatimu. Aku baca gagap gempita
aksaramu tanpa jeda. Aku memelukmu haru... Berbaur dalam lelehan airmata
bersalju dimata itu.. Ada gerimis tertahan yang kini beku. Ada buncahan bahagia
yang mengendap dibilik berkayu pilu. Aku merabamu... meraba jantung hatiku yang
diam diufuk waktu.
Mendekatlah.. dekati rasaku yang bermuara
pada rasamu..
Mendekatlah.. dekati semusim mimpiku yang
bermukim pada mimpimu..
Kaulah angka-angka pada tarian jarum jam yang
berputar..
Kaulah penghubung bagi jarak-jarak yang
terpisahkan..
Kaulah perekat dalam doa yang
terpanjatkan..
Kaulah cahayaku..
Kau adalah perahu yang membawa seribu
kedamaian..
Maka, menepilah.. menepi dipesisir rinduku
yang kesepian..
Lihatlah
Jingga, di sini ada langit tak berawan. Di sini ada nampan tak bertuan. Di sini
ada bejana-bejana kosong tanpa isi. Di sini ada ranting-ranting tak berbunga.
Di sini banyak sayap tanpa kupu-kupu. Di sini ada malam tanpa siang. Di sini
ada cinta tanpa rindu. Di sini ada aku.. Ya, ada aku.. Aku yang tanpa kamu..
Jangan kau tanyakan kenapa, Jingga..
Karena kaulah awan bagi langit biru
jiwaku. Karena kaulah tuan bagi nampan ceritaku. Karena kaulah isi bagi
bejana-bejana kosongku akan sajak rindu. Karena kaulah bunga bagi
ranting-ranting semangat hariku. Karena kaulah kupu-kupu bagi sayap mimpiku.
Karena kaulah siang bagi malamku tanpa bintang. Karena kaulah satu-satunya
rindu yang bermukim pada cinta. Dan karena kau itu aku.. Ya, KAU ITU AKU..
Maka,
tetaplah bermukim dirumah jinggaku. Akan Ku jamu kau dengan madu kesetiaan.
Akan Ku hangatkan kau dengan lilin-lilin kedamaian. Maka, tidurlah Kau di
sini.. Tidurlah di sini.. Bukan, bukan di sisiku.. Tapi, tidurlah di sini..
Di sini...
DIHATIKU.. ( JINGGA,
AKU MENCINTAIMU)
No comments:
Post a Comment