Monday, September 10, 2012

Yang Terlupakan

Ada bait dalam sajakku yang Ku biarkan tersembunyi di dasar danau.
Ada butiran-butiran kisah dalam prosaku yang Ku biarkan menyatu dengan pasir di pesisir pantai. Ada arus-arus liar dalam adrenalinku yang Ku biarkan hanyut di aliran sungai.
Ada rahasia-rahasia kecil yang menggelikan yang Ku biarkan terselip diantara dedaunan rindang di puncak gunung.
Untuk beberapa saat, aku memang sempat melupakanmu.. Ya, hanya beberapa saat.. hanya untuk memulihkan jiwa yang kemarin sempat meronta akan rindu. Agar aku tak lagi gila akan desau angin.. mencarimu bersama tarian udara yang berhembus..
Dimana?? Dimana.. Dimana lagi harus Ku cari sosokmu yang begitu Ku rindukan??
Sedangkan semua seakan tak sempat lagi..
Aku mencarimu diantara semak-semak liar yang pernah kita injak bersama, tapi pijakkannya tlah hilang tertelan masa..
Aku mencarimu diantara cahaya rembulan yang pernah kau tatap malam itu, tapi rembulan tetap bisu.. bisu dan membisu..
Aku menatapmu lekat.. menatap tulisan OBITUARI dikoran itu.. BENAR??? BENAR??? BENARKAH ITU KAMU???
Tidak.. aku tidak ingin menatapnya lagi..
Kau pun tak sempat mengembalikan matahari terbit milikku yang kau simpan dibalik jiwa sederhanamu..
Kau pun tak sempat menaruh cahaya malaikatmu diujung matahari yang tenggelam senja ini…
Kau belum menyelesaikan semuanya.. BELUM.. :”
Aku berteriak dalam gua yang sepi.. berharap kau datang lagi seperti kemarin..
Tapi, kosong..
Sempat ada yang bertanya tentang kisah kita..
Aku diam..
Sempat ada yang bertanya tentang kedekatan kita..
Aku membisu..
Haruskah aku perlihatkan apa yang pernah terjadi diantara kita seperti mereka?? Seperti orang-orang terdekatmu yang berkata pada dunia bahwa mereka adalah bagian penting dalam hidupmu?? Lantas mereka perlihatkan foto-foto yang tengah berfose denganmu??
TIDAK, aku tak ingin begitu..
Biar, biarlah alam yang merekam.. biar, biarlah hati kita yang menyimpan..
Biar-biarkan semua tetap begini.. menutupnya dari arus kebisingan..
Seperti katamu, tetaplah berahasia..
Seperti katamu, jadilah mutiara..
Seperti katamu, cintamu sederhana..
Hanya seperti sandal jepit dan tuannya..
Atau seperti tas punggungmu dan talinya..
Atau seperti senyummu dan tulusnya..
Begitulah aku akan mengenang tentangmu.. Aku tak usah berkoar terlalu banyak diantara lautan manusia.. Aku hanya ingin menyalakan lilin diantara sudut kamarku yang sunyi..
Mengingatmu sejenak.. lalu pergi..
Bukan berarti melupakan.. aku perlu untuk menata hati..
Mencoba menerima bahwa kau tak akan pernah kembali..
Oya, satu lagi.. ada yang tak sempat aku ceritakan padamu.. tentang seseorang..
Ya, seseorang setelahmu.. bolehkah??
Mungkin, dia adalah mentari yang mengikatku untuk yang pertama kali.. Ya, karena aku dan kau tak sempat.. tak sempat menautkan hati..
Pergi.. pergi.. pergilah dengan tenang menuju rumah-Nya,,
Di sini aku tak akan menangis lagi.. Di sini aku tak akan mencari-cari lagi.. Di sini aku tak akan berteriak-teriak lagi..
Karena aku tau sebenarnya kau tak pernah pergi..
Karena aku tau sebenarnya kau tak ingin dilupakan..
Karena aku tau sebenarnya kau tak ingin tergantikan..
Maaf.. maaf.. maaf, karena kemarin, kau sempat.. TERLUPAKAN..
Terlupakan dalam genangan airmata. Terlupakan dalam gerimis cinta. Terlupakan dalam kungkungan bejana rindu..
Maaf.. karena kau sempat terlupakan.. TERLUPAKAN DALAM DIRIKU..
Ya.. itu kata-kata terakhirku untukmu..
Tidurlah, tidurlah dengan tenang.. Aku di sisimu.. menyalakan lilin kedamaian, bilamana kau takut akan gelap dan kesepian..
Tidurlah.. tidurlah.. tidurlah.. kau tak sendiri.. kau tak ditinggalkan..
Tidurlah.. tidurlah.. tidurlah.. di sisi Tuhan..
Selamat jalan :”)
Pulanglah.. Matahariku.. Pulanglah.. ke Rumah-Nya

No comments:

Post a Comment