Ada bait dalam sajakku yang Ku
biarkan tersembunyi di dasar danau.
Ada butiran-butiran kisah dalam prosaku
yang Ku biarkan menyatu dengan pasir di pesisir pantai. Ada arus-arus liar
dalam adrenalinku yang Ku biarkan hanyut di aliran sungai.
Ada rahasia-rahasia
kecil yang menggelikan yang Ku biarkan terselip diantara dedaunan rindang di
puncak gunung.
Untuk beberapa saat, aku memang
sempat melupakanmu.. Ya, hanya beberapa saat.. hanya untuk memulihkan jiwa yang
kemarin sempat meronta akan rindu. Agar aku tak lagi gila akan desau angin..
mencarimu bersama tarian udara yang berhembus..
Dimana?? Dimana.. Dimana lagi
harus Ku cari sosokmu yang begitu Ku rindukan??
Sedangkan semua seakan tak sempat
lagi..
Aku mencarimu diantara
semak-semak liar yang pernah kita injak bersama, tapi pijakkannya tlah hilang
tertelan masa..
Aku mencarimu diantara cahaya
rembulan yang pernah kau tatap malam itu, tapi rembulan tetap bisu.. bisu dan
membisu..
Aku menatapmu lekat.. menatap
tulisan OBITUARI dikoran itu.. BENAR??? BENAR??? BENARKAH ITU KAMU???
Tidak.. aku tidak ingin menatapnya
lagi..
Kau pun tak sempat mengembalikan
matahari terbit milikku yang kau simpan dibalik jiwa sederhanamu..
Kau pun tak sempat menaruh cahaya
malaikatmu diujung matahari yang tenggelam senja ini…
Kau belum menyelesaikan
semuanya.. BELUM.. :”
Aku berteriak dalam gua yang
sepi.. berharap kau datang lagi seperti kemarin..
Tapi, kosong..
Sempat ada yang bertanya tentang
kisah kita..
Aku diam..
Sempat ada yang bertanya tentang
kedekatan kita..
Aku membisu..
Haruskah aku perlihatkan apa yang
pernah terjadi diantara kita seperti mereka?? Seperti orang-orang terdekatmu
yang berkata pada dunia bahwa mereka adalah bagian penting dalam hidupmu??
Lantas mereka perlihatkan foto-foto yang tengah berfose denganmu??
TIDAK, aku tak ingin begitu..
Biar, biarlah alam yang merekam..
biar, biarlah hati kita yang menyimpan..
Biar-biarkan semua tetap begini..
menutupnya dari arus kebisingan..
Seperti katamu, tetaplah
berahasia..
Seperti katamu, jadilah mutiara..
Seperti katamu, cintamu
sederhana..
Hanya seperti sandal jepit dan
tuannya..
Atau seperti tas punggungmu dan
talinya..
Atau seperti senyummu dan
tulusnya..
Begitulah aku akan mengenang
tentangmu.. Aku tak usah berkoar terlalu banyak diantara lautan manusia.. Aku
hanya ingin menyalakan lilin diantara sudut kamarku yang sunyi..
Mengingatmu sejenak.. lalu pergi..
Bukan berarti melupakan.. aku
perlu untuk menata hati..
Mencoba menerima bahwa kau tak
akan pernah kembali..
Oya, satu lagi.. ada yang tak
sempat aku ceritakan padamu.. tentang seseorang..
Ya, seseorang setelahmu..
bolehkah??
Mungkin, dia adalah mentari yang
mengikatku untuk yang pertama kali.. Ya, karena aku dan kau tak sempat.. tak
sempat menautkan hati..
Pergi.. pergi.. pergilah dengan
tenang menuju rumah-Nya,,
Di sini aku tak akan menangis
lagi.. Di sini aku tak akan mencari-cari lagi.. Di sini aku tak akan
berteriak-teriak lagi..
Karena aku tau sebenarnya kau tak
pernah pergi..
Karena aku tau sebenarnya kau tak
ingin dilupakan..
Karena aku tau sebenarnya kau tak
ingin tergantikan..
Maaf.. maaf.. maaf, karena
kemarin, kau sempat.. TERLUPAKAN..
Terlupakan dalam genangan
airmata. Terlupakan dalam gerimis cinta. Terlupakan dalam kungkungan bejana
rindu..
Maaf.. karena kau sempat
terlupakan.. TERLUPAKAN DALAM DIRIKU..
Ya.. itu kata-kata terakhirku
untukmu..
Tidurlah, tidurlah dengan
tenang.. Aku di sisimu.. menyalakan lilin kedamaian, bilamana kau takut akan
gelap dan kesepian..
Tidurlah.. tidurlah.. tidurlah.. kau
tak sendiri.. kau tak ditinggalkan..
Tidurlah.. tidurlah.. tidurlah..
di sisi Tuhan..
Selamat jalan :”)
No comments:
Post a Comment