Thursday, January 16, 2020

Rotasi Hati



    Sumbu itu, jarak yang seringkali kau namai dengan poros. Berlari ditempatmu,dan gravitasi akan menjatuhkan dirinya sendiri. Perihal apa yang kau gantungkan pada dimensi tanpa rotasi. Tentang lara dan angin yang menggelapar pada kerasnya jalan buntu.
Kau tahu, ada misteri di balik rotasi! 
Ada sumbu-sumbu kasat mata yang memaksamu mengelilinginya? Jatuh dan jatuh ditempat yang sama. Dan kau akan menemui titik tengahnya, meskipun kau merasakan tidak beranjak ke mana-mana dan masih berada di tempat yang sama.

    Langit memainkan perannya kali ini. Memayungi letih dengan awan yang semestinya bergerak memutar, bukan diam ditempat dan meratapi rindunya akan hati. 
Dan kebahagiaan-kebahagiaan lain baru saja kau peragakan di atas pentas, dengan kutub yang berlainan agar hidup dapat menelurkan pecahan-pecahan kecilnya  yang bernyawa.

    Kau kini menjelma menjadi bumi lain yang tak bisa aku kenali. Hijaunya apa yang kau lihat, tak sama dengan hijau yang aku ketahui sebelumnya. Kau tengah mencandu apa yang paling dulu kau takuti. Kau bersiap panen dari benih yang tak pernah kau rencakan untuk tumbuh. Semudah itu rotasi baru dari bumi yang tengah mabuk oleh skenarionya yang dulu dia bantah mati-matian.

    Aku kini percaya, kata-kata manis hanyalah omong kosong yang dibalut oleh bualan janji semu. Dan kelak, sandiwara-sandiwara itu akan luruh bersama waktu yang memberikannya ruang untuk bersekongkol dengan para pemain baru. Ya, orang-orang akan dengan mudah beranjak mendekati cahaya ketika gelap menerpa tiba-tiba.
Tak pernah ada pejuang sejati atau aktor tangguh yang bisa memperjuangkan skenarionya akan cinta, karena seringkali mereka takut akan penilaian setiap pasang mata yang kerap memenjarakan nama baik pada penghakiman-penghakiman sepihak. Mereka adalah pujangga-pujangga yang berlindung di balik punggung kebohongan. Komitmen adalah bagian dari kenangan yang suatu saat akan terdampar di museum tanpa satupun pengunjung. Menyedihkan, sungguh memilukan. Kisah-kisah hanyalah sampah yang dulu mereka pertaruhkan di atas noktah.

    Aku berdiri bersama harapan yang seringkali dikecewakan. Berjalan sendiri dengan satu lilin yang tak pernah melihat ribuan pasang mata dan belum pernah mendengar meriahnya tepuk tangan. Aku adalah sudut di antara gang-gang sepi malam hari. Tempat yang tak pernah disinggahi ketika setiap mata terlelap dalam tidurnya seraya berpelukan.

    Lelah, sungguh lelah berotasi pada harapan dan angan-angan. Lelah menggantungkan wajah mereka diatas langit, lalu dengan terpaksa melepasnya karena ketidakmungkinan  bumi meminang langit. Bersebrangan. Aku ingin menjadi kutub-kutub yang bersebrangan. Aku ingin menarik langit dan memeluk bumi dengan penuh kehangatan. Aku lelah terbangun di malam hari dan tersadar bahwa masalalu telah berakhir begitu saja.

    Tuhan, beri aku lintasan baru yang bisa membuatku berputar pada porosnya. Tumbuhkan rasa ditempat seharusnya dia bersemayam. Aku tak mau lagi tersesat pada galaksi lain, tempat di mana kutub-kutub hati menari tanpa bisa memiliki. Aku tak mau lagi!
Aku lelah mencintai, tapi tidak dicintai..


No comments:

Post a Comment