Saturday, April 18, 2020

Zona Merah


    Bulan April akan segera berakhir dan aku baru sempat menulis lagi sekarang. Banyak yang terjadi dibulan ini, diantaranya adalah kesempatan bertaubat, rasa damai memulai untuk hidup dengan memperbanyak istighfar, dan hal-hal tidak terduga yang terjadi di dalam keluarga, serta lingkungan rumah.

    Minggu kemarin, adik dan anak-anaknya pulang ke rumah. Dia sudah tidak kuat, sehingga ayah mengurus proses perceraiannya, meskipun suaminya sampai sekarang tidak mau menandatangani surat itu. Adik iparku melakukan poligami dan sudah memiliki dua anak laki-laki dari perempuan keduanya. Ini bukan kali pertama dia selingkuh, tapi kali ini adalah perselingkuhan yang paling fatal. Mulanya adikku memaafkan ketika dia baru memiliki satu anak dari perempuan itu, tapi ternyata mereka masih berhubungan hingga memiliki anak kedua. Adikku sempat minggat sebelum ini, tapi adik ipar terus memohon dan berjanji akan melepaskan selingkuhannya, namun ternyata semuanya bohong. Belum lama ini, mereka kepergok menginap satu keluarga di rumah kakak adik ipar, sehingga adikku tidak bisa memberikan lagi toleransi dan memutuskan untuk bercerai.

    Baru seminggu adik tinggal di rumah, tiba-tiba ada berita yang cukup menghebohkan, ketika salah satu warga yang masih satu desa denganku dijemput oleh para petugas berpakaian APD dan ditetapkan positif Covid 19. Panik? Tentu, karena setelah kejadian ini, daerahku ditetapkan menjadi zona merah, meskipun tadi ada kabar terbaru bahwa korban menderita TBC dan bukan Covid 19, tapi belum ada kepastian dari pihak rumah sakit dan kepolisian, sehingga beritanya masih simpang siur.

    Dampak perekonomian akibat adanya pandemi dari virus corona sungguh sangat terasa. Para pedagang mengeluh tentang penjualan yang menurun dan karyawan banyak yang dirumahkan. Tidak terkecuali aku. Penjualan sepatu ditoko memang mengalami penurunan, tapi penjualan online dan order dari lembaga mengalami lonjakan, karena aku menyesuaikan dengan keadaan, sehingga kemudian aku berjualan masker Bali, mukena Bali, hand sanitizer, kerudung cadar, dan makanan, sehingga aku bisa tetap mendapat pemasukan selain dari komisi asuransi.

    Kini aku memang tengah menjadi tulang punggung. Mulanya memang terasa berat karena disaat kondisi pandemi seperti ini aku harus bekerja keras dua kali lipat, tapi aku yakin bahwa Allah akan mempermudah semuanya karena aku tengah mencari rezeki untuk keluarga.
Selain itu, kemarin saat aku membagikan nasi jumat ke Kencana, banyak beberapa anggota keluarga yang kelaparan karena mereka menjadi korban lintah darat salah satu Bank Swasta yang memberikan pinjaman dana talang dengan jangka waktu satu minggu dengan bunga 30%, sehingga mereka tidak bisa makan. Miris dan sungguh menyayat hati.

    Sejak adik dan anak-anaknya tinggal dirumah, aku juga jarang memegang handphone, kecuali saat membalas pesan dari pembeli, mengecek email dan meeting online dengan orang-orang kantor. Aku cukup sibuk melakukan tugas rumah, toko dan mengirim orderan dan cek barang. Cukup melelahkan, tapi alhamdulilah aku masih sempat mengikuti lomba menulis cerpen dan puisi. Aku juga sangat bersyukur ketika fisik sangat lelah, aku bisa menghentikan kebiasaan begadang dan menonton youtube hingga larut malam. Aku bisa hidup dengan lebih sehat, karena tidur maksimal jam setengah sepuluh malam, bangun tahajud tanpa merasa ngantuk dan beraktivitas setelah shalat subuh.

    Alhamdulilah malam ini bisa menulis lagi karena dua orang keponakanku sedang menginap dirumah neneknya (orangtua adik ipar), sehingga aku bisa leluasa meluangkan waktu untuk menyalurkan hobiku.
Aku memang sering melihat youtube, tapi aku belum berniat untuk membuat vlog dan menghasilkan uang dari sana, padahal aku paling suka berbicara (aku sering menjadi pembicara dalam seminar dan juga menjadi narasumber di radio-radio di Bandung dan di Garut). Aku masih suka menulis, entah ada yang membaca atau tidak, karena aku menulis untuk diriku sendiri, agar kelak aku bisa membaca ulang apa yang pernah aku alami dan aku bisa mengevaluasi diri dan memperbaiki apa yang pernah salah dimasalalu, sehingga tidak jatuh pada kesalahan yang sama.

    Corona, social distancing, zona merah, PSBB, dll telah menjadi rangkaian cerita panjang yang terjadi ditahun ini. Kita tidak pernah tahu kapan wabah ini berakhir, tapi yang pasti akan selalu ada hikmah berharga dari setiap kejadian, wallahuallam. Semoga kita selalu diberikan perlindungan dari yang Maha Kuasa, kesehatan, keselamatan di dunia dan di akhirat, aamiin Ya Rabbal Alamin.



Anak-anak adik

No comments:

Post a Comment