Mendung, langit berduka sekali lagi. Kilatan cahaya, petir yang merangsak masuk mengusik kedamaian. Aku lelah menuliskan judul tentang kesedihan. Merangkai not-not yang bersenandung tentang pekatnya airmata. Hidup selalu memberikan peran tanpa mau berkompromi. Menikam tawa pada gelapnya realita.
Aku tak pernah punya pilihan untuk kembali. Untuk sejenak membayangkan bahagianya menjadi seorang anak kecil. Tak ada yang lebih baik, entah itu masa kanak-kanak atau sekarang ketika menginjak dewasa. Kadang-kadang aku mendengar orang lain selalu ingin kembali ke masa kecil karena tidak ada beban pada masa itu. Tapi aku?
Aku tidak ingin kembali kepada masa dimana aku diperkenalkan dengan ketidak bahagiaan dan pahitnya derita hidup. Aku tahu, kesedihanku saat ini juga merupakan warisan masa kecil dimana aku tidak tahu tentang apa itu kebahagiaan.
Sekarang, aku tahu bagaimana buasnya dunia luar yang dulu aku kira indah. Aku pun jadi tahu bahwa kita tidak akan bisa lari dari ujian hidup selama kita masih bernyawa. Padahal, waktu kecil aku ingin segera menjadi dewasa. Aku ingin bisa mewujudkan cita-cita. Cita-cita yang kadang berubah-ubah, dari mulai ingin menjadi guru, dosen, lalu pengusaha.
Aku sudah mewujudkan beberapa cita-cita itu dan yang terberat adalah menjadi seorang pengusaha. Banyak sekali rintangan dan tantangan yang aku hadapi didunia usaha. Rintangan dan tantangan yang seringkali membuatku berpikir ulang tentang tujuan hidupku sebenarnya.
Ada banyak PR yang harus aku selesaikan secepatnya. PR yang membuat aku tidak boleh menjadi seorang yang cengeng dan rapuh. Aku yakin, Allah akan memberikan kado terbaik atas semua ujian kesabaran yang kita alami. Aku tahu itu, meski kadang-kadang aku perlu untuk memotivasi diriku sendiri agar tetap bisa semangat dan optimis dan tidak terpengaruh oleh hal-hal lain yang bisa meruntuhkan keyakinan untuk bisa bangkit dan meraih sukses.
19, aku tidak tahu kenapa aku memberi judul dengan angka ini, namun aku masih penasaran dengan misteri di balik angka 19 yang kerap terjadi kepadaku. Angelina Yofanka berusia 19 tahun ketika meninggal dunia di Sungai Cikandang pada tahun 2012 (aku menjadi media perantara untuk kemudian mendoakannya di sana), 19 Juni 2012 pertama kali aku jadian dengan orang Jakarta yang merupakan kesalahan terbesarku, Nike Ardilla berusia 19 tahun ketika meninggal dunia (akhir 2020 dan awal 2021 almarhum datang lewat mimpi, dll dan aku menjadi media perantara untuk datang kepada keluarganya dan mengadakan tawasullan di sana), dan hari ini aku batal puasa dalam rangka puasa Nabi Musa (40 hari), karena menstruasi, sehingga total aku puasa hanya 19 hari (dari tanggal 25 Oktober 2021). Entahlah, banyak sekali yang aku alami dan semua berkaitan dengan angka 19.
Dan kali ini, di saat suasana hatiku sedang tidak menentu, aku memberi judul tulisan ini dengan angka 19. Angka yang aku pikir menjadi ujung kebahagiaan terbaik saat aku berusia 19 tahun, sebab ketika aku berusia 20 tahun, ujian-ujian hidup mulai datang satu per satu.
Sore ini, hujan masih turun dengan deras. Aku menulis sambil mendengarkan alunan piano yang indah yang sangat aku sukai sejak aku balita. Kadang-kadang hanya musik seperti itu yang bisa menggerakkan intuisi aku sehingga menjadi lebih peka terhadap apapun. Musik yang kali ini seakan tengah mewakili suasana hatiku yang begitu kusut.
Harapan
Dia yang duduk menggenapkan doanya,
Pada letupan amarah yang berapi-api
Sunyi yang menjadi genderang pada gentingny hari
Ranting-ranting patah yang tak bisa disatukan lagi
Aku bertanya kepada hujan,
Mengapa langit menjadi begitu basah?
Mengapa waktu tidak bisa menunda putarannya meski hanya satu detik?
Mengapa semua bisa berkelana, namun aku tersesat pada dunia maya?
Mengapa??
Mengapa lilin-lilin itu padam, di saat aku butuh cahaya?
Mengapa kuda-kuda itu pergi, di saat aku butuh untuk mengejar mimpi?
Mengapa peta itu hilang, disaat aku tengah mencari jalan pulang?
Tak ada satu pun yang tersisa,
Seperti setia yang hanya bualan kata-kata..
Semua menjauh,
Sebab hujan baru saja turun dan mereka tidak ingin menjadi basah..
Sendiri menjadi rumah paling setia untuk kita tahu apa itu “mandiri”. Seperti “harapan” yang akan terus memotivasi meski kita tengah berada di dasar jurang kematian.
Tak usah bergantung kepada siapapun yang akhirnya bisa pergi dan menyakiti. Sebab pada akhirnya, hanya Dia saja yang bisa mencintai, bukan menghakimi atau bahkan pergi dan membenci.
Jammin' Jars Casino $500M Return on July 15 - KCH
ReplyDeleteJammin Jars Casino 인천광역 출장마사지 Resort 남양주 출장샵 in Hanover is the second-largest casino in the 부천 출장마사지 world, behind 경산 출장마사지 The Chainsmokers, and is the only place to go 제천 출장샵 in