Banyak yang menyukai hujan, namun tak sedikit yang mengutuk banjir. Banyak yang takjub dengan ombak, tapi lebih banyak yang takut akan tsunami. Manusia memang banyak menyukai banyak hal, selama itu tidak berdampak buruk dan merugikan dirinya sendiri.
Ketika ada gula, maka tak jarang banyak semut mengelilinginya, namun ketika gulanya habis, maka semut-semutpun berlalu begitu saja.
Sekarang aku tidak percaya lagi dengan persaudaraan, pertemanan, atau bahkan sahabat sejati. Semuanya bullshit, sebab semua akan menjadi baik ketika ada keuntungan bagi mereka, namun ketika mereka tidak mendapatkan apa-apa, maka mereka akan pergi tanpa permisi.
Dunia luar ternyata sangat kejam, seperti hutan rimba, dimana kita melakukan kesalahan dan menjadi lemah, maka siap-siap saja kita akan menjadi mangsa.
Aku tahu, ada banyak kesalahan yang telah aku lakukan dalam hidup. Ada banyak kekecewaan yang telah aku torehkan selama nafas masih bisa aku hirup. Namun, aku sadar bahwa aku tidak boleh kehilangan harapan, meskipun tidak ada satupun yang paham dan mengerti tentang posisi aku saat ini. Aku bersyukur, ibuku tidak berubah sedikitpun dan terus membantuku untuk bangkit.
Aku selalu percaya bahwa ketika kita berbuat baik kepada orang lain, maka kebaikan itu akan dibalas walaupun bukan dari orang yang bersangkutan. Dan begitupun sebaliknya.
Hanya saja kadang-kadang kita tidak cukup bersabar untuk memanen apa yang telah kita tanam. Bukan hanya tidak sabar, mungkin aku juga belum mengerti tentang ilmu ikhlas yang sesungguhnya.
Ada banyak badai dimusim hujan, dan kebanyakan orang tidak akan mau menemani kita turun menembus hujan dan membantu kita untuk meraih apa yang ingin kita tuju. Kebanyakan mereka tidak ingin basah dan celaka oleh badai, dan memilih diam ditempat hangat dan melihat kita berjuang sendirian di balik kaca jendela.
Kadang aku sudah muak dengan hidup dan merasa ingin mengakhirinya, tapi aku sadar bahwa mati bukanlah jawaban, bukan solusi dari semua persoalan. Aku harus menghadapi apapun yang memang harus aku hadapi, meskipun harus seorang diri. Terimakasih Tuhan telah menguatkan aku hari ini dan tetap membuatku tegar untuk bisa melewati pagar-pagar berduri dan tekanan dari manusia yang kadang membuat rasa menjadi semakin gila.
Aku baik-baik saja, semoga Tuhan segera turun tangan dan membantuku untuk bisa menelusuri kembali jalan kehidupan yang penuh rintangan dan ujian.
Jendela waktu,
Mereka mengunci rapat semua pintu!
Lalu berteriak tentang kata “menunggu”
Dan aku terbujur kaku..
Berjalan tertatih-tatih menembus hujan
Demi payung yang harus segera aku kembalikan
Hujan deras dan petir terus menyambar-nyambar
Aku ketakutan!
Badanku basah dan tubuh menggigil parah
Tapi, mereka tak peduli!
Mereka hanya ingin payung itu kembali
Sebab mereka mau berjalan di bawah hujan,
Tanpa perlu kedinginan…
Aku basah,
Pasrah..
No comments:
Post a Comment