Monday, November 1, 2021

TITIK NADIR

 


    Aku telah sampai pada titik ini. Titik dimana seleksi alam mulai berlaku, tentang siapa yang masih berada di dekat kita dan tentang siapa yang telah pergi dan menjauh.

Ini adalah hari ke delapan aku puasa dalam rangka puasa Nabi Musa (40 hari) untuk membersihkan diri. Aku dan ibu juga sekarang mulai membiasakan diri shalat di Mushola keluarga, bukan lagi dikamar. Jadi, pukul dua dini hari kita bangun dan shalat di Mushola hingga menunggu adzan subuh dan setelah subuh, aku langsung membuka toko. Walau jam tidur jadi berkurang drastis, tapi aku merasakan sesuatu yang belum aku rasakan sebelumnya, yaitu sebuah ketenangan jiwa.


    Aku sangat berterimakasih kepada orang tua, terutama ibu yang selalu ada dalam suka dan duka. Ibu yang selalu mau mendampingi berjuang hingga titik darah penghabisan. Aku juga bersyukur ada Pa Erwin dan Bu Tina yang selalu siap sedia 24 jam, bahkan di saat aku hampir putus asa dan ingin mati, mereka selalu ada untuk menssuport, baik materi (jika ada) ataupun tenaga. Ayu Fitri aku juga sangat berterimakasih untuk semua pengorbanan yang dilakukan hingga detik ini, walau mungkin kelak dia akan membatasi dirinya karena beberapa hal, tapi mungkin itu sudah menjadi pilihan baginya.


    Aku sudah melangkah terlalu jauh. Terbang tanpa kendali hingga menabrak banyak rambu-rambu dan melukai orang lain. Aku terlalu berambisi untuk menjelajahi semesata dan menggenggam beberapa bagian dari bintang-bintang, namun aku lupa bahwa banyak andil orang lain di sana. Jadi, di saat kendali aku lepas, dan semua tidak sesuai dengan rencana, aku kemudian membuat amarah mereka meluap.


    Tuhan tengah menegurku dengan beberapa kejadian agar aku total berharap kepada-Nya. Tuhan sedang mengujiku agar aku bisa membersihkan diri dari dosa-dosa masalalu. Jujur, kadang aku sudah sangat tidak kuat, tapi aku kemudian sadar bahwa Dia tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.


    Aku tidak akan pernah bisa mengulang waktu, namun mungkin aku bisa memperbaikinya. Tapi, aku tidak yakin apakah keadaan akan menjadi lebih baik atau tidak, namun yang pasti sekarang aku hanya ingin Dia menerima taubatku dan memberikan kesempatan bagiku untuk menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


    Malam ini aku ingin menganggap bahwa hari ini hari terakhirku, sehingga aku bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhanku dan orang-orang disekitarku. Aku sangat minta maaf kepada orangtua, saudara dan teman-teman karena aku belum bisa berguna dan memberikan yang terbaik untuk mereka. Semoga esok hari, saat aku diberikan kesempatan untuk hidup lagi, aku ingin berada dijalan yang lurus dan lebih berguna bagi orang lain.


Melepas banyak airmata pada hujan yang tak jatuh

Dan mereka pun gugur satu persatu

Pada belenggu yang mereka kira beku

Tinggallah kini sepasang ranting basah dan ulat yang tak hidup

Diam menghiburku tanpa melihat belenggu itu


Kini aku paham tentang seleksi alam

Tentang eliminasi persahabatan, persaudaraan

Tentang topeng kepura-puraan atau ketulusan

Tentang memanfaatkan atau mengorbankan

Tentang teman atau lawan

Tentang mana yang bertahan atau meninggalkan


November bersenandung tentang awan dan denting hujan

Tentang kehilangan dan kepergian

Dan tentang jiwa yang mulai kembali pada kesucian

Menuju Tuhan

   

No comments:

Post a Comment