Sunday, November 7, 2021

KEMBALI

 


Dulu, jika ditanya tentang penyesalan apa yang paling besar dalam hidup, aku selalu menjawab hal-hal yang berkaitan dengan dunia, namun sekarang jika aku ditanya hal yang sama, maka aku akan menjawab, penyesalan terbesarku adalah ketika aku tidak menjadi seorang manusia yang hidup sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah.


Sekarang aku tahu rasanya damai puasa setiap hari dan shalat tahajud dimushola dengan ibu sejak pukul 03.00 hingga menjelang subuh dan tidak tidur lagi. Sekarang aku tahu indahnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin, meskipun saat ini aku sedang menghadapi banyak persoalan hidup, namun aku masih bersyukur karena diberikan kesempatan untuk bertaubat dan menyelesaikan semuanya.


Sekarang aku juga tahu bahwa tidak ada yang namanya sahabat sejati, karena yang ada hanyalah kepentingan abadi. Kekecewaan aku akhir-akhir ini saat Bu Tina dan Pa Erwin yang sudah aku anggap orangtua aku sendiri ternyata hanya memanfaatkanku. Mereka yang mengajukan KUR dengan memakai BPKB mobil dan meminjam toko aku sebagai tempat usahanya dan berjanji bahwa hasilnya akan dibagi dua, namun saat pencairan mereka hanya mengatakan bahwa aku hanya kebagian dua juta. Aku menolaknya dan sampai detik ini mereka juga tidak pernah datang ke sini lagi, padahal sebelumnya mereka datang ke rumah setiap hari. Aku sangat tidak menyangka mereka akan berbuat seperti itu dalam kondisi aku kekurangan modal untuk memenuhi orderan yang belum selesai.


Aku sekarang paham, kenapa kita hanya harus berharap 100% kepada Allah, karena berharap kepada manusia hanya akan melahirkan kekecewaan. 

Istri salah satu pejabat tinggi juga yang mau transfer 100 juta tidak ada kabarnya. Kepala panti dan pesantren yang mau pasang karpet untuk tiga lantai hanya PHP, dan banyak lagi ujian lain disaat aku sedang berusaha hijrah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, disituasi begini, aku sangat bersyukur Allah mendatangkan teman-teman baru yang satu iman yang saling tolong menolong. Aku sangat berterimakasih kepada Teh Deia dan organisasinya yang hampir setiap hari datang ke toko dan berbelanja. Teh Deia bahkan tidak mau aku berikan komisi karena dia mengatakan lilahitaala.


Semoga aku bisa kuat menjalani ujian demi ujian yang aku hadapi saat ini dan bisa istiqomah untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab kelak saat aku harus kembali kepada-Nya, aku tidak ingin malu dengan membawa banyak bekal dosa. Aku ingin total berserah diri, membersihkan diri, walaupun jalan untuk itu terjal dan berliku. Mudah-mudahan aku tidak tergoda agi oleh jebakan-jebakan setan yang menipu dan seringkali memperdayakan manusia agar tersesat.


Dalam sujud yang panjang

Iring-iringan tangis serupa rintihan rindu yang tertunda

Waktu yang memanggil sunyi untuk kembali

Dan rintik hujan basah mengisyaratkan kebahagiaan


Dia yang menunggu sejak lama

Pada pintu cahaya yang aku sebut lentera

Memampah rindu yang sejak lama terkubur pada kalbu

Kini merumah, menujukkan peta pada jalan-jalan yang berliku


Duhai Sang Penenang kegelisahan,

Aku ingin bisa mengetuk pintu-Mu setiap malam

Pada resah yang tidak bisa aku sembunyikan lagi

Ajak aku berlari..

Pada masa dimana aku belum mengenal nafsu diri

Aku ingin kembali!

Ajak aku pergi..



2 comments: