Sunday, January 20, 2013

Kesederhanaan Dalam Dirinya


         
          Kadangkala senja tampak memukau dengan keindahan lembayung jingga, namun adakalanya mendung datang dengan membawa keindahan lain, yaitu hujan.
Banyak hal memang yang sebenarnya indah bilamana kita menghayatinya dengan hati, menggenapi setiap bagiannya dengan jiwa, dan berbaur di sana, di dalamnya menjadi satu intuisi rasa.
Kali ini aku ingin menceritakan keindahan lain dari seseorang. Keindahan yang membuat setiap mata dari bauran kehidupan ini simpati kepadanya. Aku ingin sedikit mengingat tentang seseorang yang langkah kakinya begitu menawan bak angsa putih yang bermahkotakan kesederhanaan.
Dia adalah cermin. Sosok nyata dari bait-bait yang diamanahkan Tuhan akan kehidupan. Dia hidup pada setiap helai nafas orang-orang yang mengaguminya, bercengkrama dalam perbincangan hati manusia.
Dia hanya salah satu pesan dari Tuhan tentang bagaimana semestinya langkah ini berjalan, tentang bagaimana senyuman itu seharusnya diperlihatkan, tentang bagaimana hidup itu seharusnya dihidupkan.

            Aku mengenalnya, sedikit memahaminya. Menjamahi degup jantung yang sama dari setiap pacuan adrenalin yang memompa. Aku, dia dan sebagian dari kesederhanaan. Katanya nyaris sama. Sebagian darinya, sebagian dariku, membentuk lingkar tarian makna yang tak akan pernah punah tertelan masa.
Aku sempat bertanya-tanya. Berlarian dalam jejak kebingungan. Aku sempat diam sesaat, menghidupkannya, mengenalinya lebih jauh.
Adakalanya memang rindu. Bukan rindu seperti katamu. Ini lain. Aku masih mencerna semuanya. Menjejaki sebuah kebingungan yang tak kasat mata.
           
            Kesederhanaan, bukankah hanya itu sebenarnya pesan dari senja yang hampir luput dari mata?? Ya, seharusnya aku sudah tahu dari awal tentang siapa dia, tentang pesannya.
“Hidup ini singkat, jadi hiduplah dengan sebaik-baiknya.”

Senja ini menguning dan hujan turun lagi. Ahh, biarlah begitu.. ini hidup.

No comments:

Post a Comment