Monday, January 7, 2013

Tarian Mata Elang




             Duduk sinar matanya berpendar. Elang yang mengibaskan sayap-sayap kehangatan disela lara yang menggembala. Hangat.. seperti waktu yang menyublim tanpa permisi dipermulaan terik pagi.
Dia..  Ku sebut dia sebilah pedang yang menyabit hati.. mengerami bagian-bagian dari masa yang hendak menetas kala purnama. Dia.. Ku sulam namanya disebingkai kenangan tak berbentuk. Biar Aku pahat tarian matanya yang tengah menyelami bait jiwa.
Aku tertegun. Terpesona sesaat pada rasa tanpa nama. Membeku sejenak mengagumi semilir angin dihelaian daun syurga. Dia.. dia belum beranjak dari dakap ragu yang meluruh disepenggal kisah lalu. Ahh biar saja dia masih terbaring di sana.. terpejam di bawah cahaya lilin tanpa api. Aku menatapnya.. masih menatap raut itu.. Elang.
            Benar katamu aku terpenjara.. Benar katamu, kau menawanku pada cahaya. Lirih mendermaga aku tersapu jeda.. hmm, Elang… benar saja kini  aku tertawan.
Jelaskan saja pada barisan hijau yang merumput.. teriakkan saja pada gemercik hujan yang merintik.. Eja namaku yang kau sebut pada bahasa puisi tak bertepi..
Aku selami lerai keranda anai.. aku kaji perangai kosong diri, tapi kau masih berjelaga pada mimpi.. mencekal kungkungan nafas yang merenda pelangi hati..
            Elang, bilamana yang kau sisipi adalah tentang andaikata, maka rangkai saja jendela-jendela yang kau bahasakan lara..
Peluh sahaja pada tarian biru ombak yang memburu… kisah itu.. rengkuh liar bahasa yang terpenggal.. Kisruh jauh menyebut namanya dalam doa..
Rindu yang mengepakkan halus bahasa kalbu..
Elang.. terang matanya benderang..
Berpijar mengejar gurauan fajar..
Aku terpesona..
Terpenjara bait-bait kata..
Mata yang megeja..
Mata yang menyala..
Mata yang membidik mata-mata..
Ini bahasa..
Ini bilamana..
Ini andaikata..
Ini cinta..


 (19062012)

No comments:

Post a Comment