Wednesday, October 9, 2019

GETARAN


         Kau tahu di mana pertama kali aku melihatmu? Mungkin kau akan menjawab di tempatku sekarang berada. Salah, kali ini kau keliru. Kalau saja kau tahu, aku pernah melihatmu pertama kali di sebrang jalan kala itu. Aku menatapmu begitu lama dari kejauhan dan getaran itu mulai hadir pertama kali, namun aku menghiraukannya dan menganggapnya angin lalu.

Hingga kemudian kau datang untuk pertama kalinya ke tempatku. Aku tidak ingat bahwa kau adalah orang yang aku lihat waktu itu. Tapi, getaran yang aku rasakan terasa semakin kuat, bahkan setelah kau berlalu, ada rindu hadir menggebu-gebu. Aku terus memikirkanmu.

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh hukum tarik menarik bahwa apa yang kita pikirkan terus menerus dengan penuh perasaan, maka kita akan menariknya ke dalam kehidupan kita, entah itu hal positif atau negatif, semuanya akan terwujud. Dan ajaib, semua yang aku pikirkan dan rasakan semua menjadi kenyataan. Seperti ketika aku menceritakan mimpi aku denganmu yang terasa seperti nyata dan beberapa lama setelahnya semua memang terjadi.

Aku tak pernah mengetahui apa isi hatimu, apa yang berkecamuk dalam kepalamu, dan bagaimana kamu memperlihatkan kebahagiaan, tapi yang aku tahu kemarin aku bisa mendapatkan apa yang aku mau. Kemarin-kemarin aku tidak mempedulikan banyak hal selain keinginanku bisa tercapai, namun lain dengan kali ini. Aku menundanya, padahal keinginan itu sudah tidak bisa ditahan lagi, bahkan kau pun ragu ketika aku “mengundur-undurnya”. Kau beberapa kali menanyakannya padaku, “Yakin ga mau hari ini?” dan aku mengiyakannya. Menolak keinginanku sendiri selama dua hari berturut-turut. Aku bahkan mengatakan kepadamu bahwa aku ingin kamu melakukan semuanya dengan hati dan aku tidak mau kamu melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan kata hatimu.

Aku ingin mengetahui isi hatimu lebih jauh. Mengenal apa yang bisa membuatmu benar-benar berbinar. Tapi, semakin aku berusaha masuk ke ranah itu, kamu semakin melupakan aku yang berusaha membahagiakanmu mati-matian. Kau terlalu mencintai dirimu sendiri, hingga kau lupa bahwa ada yang harus berkorban airmata untuk menebus satu senyuman dibibirmu.

Aku terbiasa disuguhi kepura-puraan, sandiwara dan drama romantis tanpa isi. Aku hanya mesin yang mereka kira bisa bahagia dengan cara dibodohi oleh sandiwara. Aku terbiasa ditinggalkan ketika mereka sudah mendapatkan apa yang mereka mau. Aku sudah terbiasa menikmati rasa sakitku sendiri. Hingga kemudian aku sadar bahwa aku benar-benar bodoh.

Andai aku bisa memasuki mesin waktu, aku ingin mengulangi semua yang pernah aku alami dan aku ingin memberikan banyak ruang untuk membahagiakan diri sendiri. Aku teramat lelah menjadi badut yang hanya bertugas untuk menghibur orang lain, tanpa ada satu pun yang memperhitungkan bagaimana perasaanku, apa yang aku mau dan bagaimana cara membuatku bahagia.

Gerimis turun di petala langit,
Mentertawakan kemarau di atas rumput yang tak lagi hijau..
Mengering, kuning dan layu,
Seperti kepura-puraan yang memasuki ambang waktu..
Batas di mana aliran air yang mengalir tidak lagi terlihat jernih.

Mereka sibuk berjibaku dengan peluru,
Menikam hujan dengan guyuran kepalsuan..
Dan hilang mematahkan sayup-sayup penghibur di balik senja..

Lagi-lagi aku harus menelan ludahku sendiri..
Mengunyah apa yang ayu dan menelan getaran yang menggebu-gebu.
Adalah aku budak nafsu..
Dan mereka adalah pemburu kebodohan..

Aku adalah boneka pajangan di depan mesin uang..
Boneka yang kerapkali menukar nominal dengan kebahagiaan.
Boneka yang kerap dijadikan tumbal demi kepuasan.

Aku lelah dan benar-benar lelah!
Mahalkah tanganmu membelai seperti 
belaian lembutmu terhadap
hewan-hewan itu?

Beratkah tubuhmu memeluk seperti 
pelukan tulusmu terhadap anak-anak kecil 
yang kau temui hari ini?

Sulitkah?
Susahkah?
Hingga semua harus kau tuliskan 
dengan kalkulator hitung-hitungan!
Aku ingin hati, bukan ego 
yang harus aku tebus mati-matian..
Ditoko berlian!

No comments:

Post a Comment