Menapaki relung, lalu senja memperkenalkan dilema atas nama kasih sayang. Wajahnya merekah diantara tumpukan foto-foto lama yang tidak lebih indah dari senyuman bunga matahari kali ini. Hijau, perkenalkan namanya hijau. Hijau adalah hadiah dari perjalanan panjang luka yang tak pernah selesai diobati.
Hijau, wajahnya mampu menyihir jutaan pasang mata karena sinarnya yang memancar. Diamnya adalah sejuk yang menenangkan riak-riak air yang mengalir. Aku memetiknya diantara pusara keheningan. Menggenapinya diantara waktu yang mulai menjemput senja. Matanya, hidungnya, bibirnya dan tariannya diantara bahasa angin, membuat mataku terpaku dan tak bisa kemana-mana.
Hijau adalah singgasana terindah yang aku temukan dipenghujung malam penuh buncahan. Aku terpana di bawah sinar rembulan. Geraknya menaklukan dinginnya ego dan kerasnya ujian hidup. Aku menyukai diamnya. Aku mencintai gemulainya yang mempesona. Aku masih tak percaya bisa memeluk hijau seerat ini.
Aku menginginkan waktu mengutarakan kerinduan. Menjemputnya dari tragedi airmata dan terjalnya perjalanan menuju gerbang impian. Aku ingin dia menyalakan api diantara dinginnya sunyi. Aku ingin dia hadir diantara kelopak mata ketika aku membuka mata. Aku menggilainya setiap lara menyapa luka. Dia adalah penawar, bahagia yang kemudian menjenguk malam dengan penuh kelembutan.
Hijau, bangunkan aku! Tampar kewarasanku agar aku mampu mengingat kapan bunga matahari mengecupku kala itu. Ingatkan aku pada setiap buncahan dan kupu-kupu. Peluk aku dalam diam bahasa yang kau namakan terimakasih. Aku menginginkannya sekali lagi.
Hijau menyelinap diantara luka yang menganga. Mengeringkan sayatan-sayatan yang tak pernah mengering oleh cinta. Hijau adalah lembaran baru yang memperlihatkan padaku tentang cerahnya hari-hari tanpa pilu.
Terimakasih untuk tumpuan rasa yang kemudian berlabuh pelan-pelan. Terimakasih untuk rekah kelopak-kelopak mawar pagi itu. Terimakasih karena membuat getaranku merona di balik payung rindu. Terimakasih untuk kecupan-kecupan ayu dibalik lukisan rahasia jendela airmata. Terimakasih banyak! Aku tak ingin lagi berkata-kata, sebab aku tengah jatuh cinta.
No comments:
Post a Comment