22 Oktober 2020, tepat pada malam jumat adalah kali pertama Nike Ardilla datang ke dalam mimpiku. Mimpi yang kemudian datang terus menerus selama satu minggu sehingga aku terus memutar lagunya karena perasaan aneh yang tiba-tiba aku rasakan sejak itu. Ada perasaan sedih, rindu, dll yang menurutku tidak masuk akal karena aku bukan fansnya.
Dulu, ketika Nike meninggal dunia, usiaku masih 5 tahun sehingga aku tidak terlalu ingat. Setelah itu juga aku pernah mendengar lagu-lagunya, tapi hanya sekedar mendengar dan memuji bahwa suaranya bagus, cukup. Namun, kali ini aku seakan didorong untuk mencari tahu lebih banyak tentang dia dan bahkan menyampaikan beberapa pesan yang memang secara tidak langsung dia utarakan di dalam mimpi.
29 Oktober 2020, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, aku dan keluarga pergi menemui nenek-nenek yang sudah dianggap sebagai keluarga di Lucky Square setelah sebelumnya kita datang ke khitanan tetangga. Pulang dari Lucky Square pada pukul 16.00, aku dan keluarga langsung pergi ke BRC Antapani karena mau me-ruqyah keponakan sekalian melakukan terapi bekam untuk aku dan ibu. Selesai dari BRC sekitar pukul 17.30, keponakanku dengan nada bercanda menyebut ingin ke Musem Nike Ardilla. Keponakanku yang masih kelas dua SD jadi tau tentang Nike selama satu minggu ini karena aku memutar lagunya. Aku tidak mengiyakan permintaannya, tapi aku langsung meminta supir untuk ke Museum tanpa sepengetahun keluarga. Ibu dan adik mengira bahwa aku akan langsung ke tempat makan. Tapi, ketika tiba-tiba sampai di Museum, semua orang kaget dan tidak mau ke luar dari mobil karena takut. Keluarga takut karena itu malam jumat dan sudah larut malam. Keponakanku juga tidak mau ke luar, namun setelah aku bersikukuh untuk ke luar, maka merekapun ikut masuk ke dalam Museum. Aku, ibu dan supir bahkan shalat berjamaah di dalam Museum, setelah sebelumnya mencari Masjid, namun tidak menemukannya.
Sebetulnya Museum tutup jam 17.00, tapi aku konfirmasi terlebih dahulu ke nomor Kakaknya yang ada di google bahwa aku ingin ke sana karena mimpi terus mendiang Nike, maka Kakaknya mempersilahkanku untuk datang.
Selesai shalat, aku dan keluarga berkeliling di Museum, sehingga ada perasaan plong di dalam hati. Namun, saat aku dan keponakan masuk ke dalam kamarnya, aku mendengar suara yang tidak begitu jelas di pojok kamarnya, sehingga aku berlari. Mulanya aku mengira bahwa keponakanku membunyikan handphone, padahal tidak. Aku menebak mungkin itu adalah jin yang ada di Museum ini, wallahuallam.
Sepulangnya dari Museum, masih ada perasaan mengganjal di dalam hati yang belum aku mengerti sama sekali. Dan malamnya aku masih tidak bisa tidur sendiri karena ada perasaan takut. Hari itu aku kembali bermimpi yang sama tentang Nike, namun dia tidak bersuara sedikitpun. Setiap kali Aku mimpi dengan orang yang meninggal, memang mereka tidak berbicara tapi hanya menunjukkan apa yang mereka ingin sampaikan.
Keesokan harinya, tanpa rencana dan konfirmasi kepada keluarga, aku mengundang kepala Panti Penghafal Al Quran dan anak-anak asuhannya untuk mendoakan almarhum di rumahnya dan alhamdulilah Pa Mustaqim mengiyakan. Aku pun kemudian meminta ijin kepada kakak almarhum untuk merealisasikannya dan Pa Alan juga setuju dan berterimakasih untuk niat itu.
Kami semua kemudian melakukan tawasulan dan membacakan surat yasin untuk almarhum. Aku juga sempat menceritakan bahwa ini adalah kejadian kedua yang aku alami setelah sebelumnya pada tahun 2012, hal serupa pernah terjadi kepadaku. Dia adalah Mahasiswi ITB yang meninggal saat arung jeram di sungai Cikandang, Garut Selatan pada usia yang sama dengan Nike yaitu 19 tahun, namun bedanya Mahasiswi itu beragama katolik.
Selesai tawasulan dan berpamitan dengan keluarga almarhum, aku kemudian pulang dengan memesan grab. Dan ada hal yang unik saat aku berada di dalam grab itu. Supir grab bisa mengetahui banyak hal tentangku, bahkan sesuatu yang tidak diketahui oleh banyak orang. Dia juga bisa mengetahui tentang Nike ini dan juga pengalamanku sewaktu 2012. Jujur ini membuat aku kaget dan ketakutan. Aku sampai membuka kaca jendela. Aku berpikir mungkin ada jin di dalam mobil ini yang membisikkan banyak hal kepadanya. Tapi, supir tersebut mengatakan bahwa “aya nu ngaping” (ada yang membimbing) di dalam diriku yang tidak aku sadari. Entahlah, aku mengatakan bahwa aku penakut dan tidak mau tau lagi tentang hal mistis. Dia bahkan bisa tahu aku lahir pada hari jumat malam. Oya, dia juga menjelaskan bahwa pengalaman 2012 dan yang sekarang berbeda, karena kejadian 2012 sebetulnya akan mencelakakan aku, karena kalau aku waktu itu lengah, maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan saat aku datang ke sungai Cikandang. Namun, berbeda dengan yang terjadi saat ini, almarhum Nike ingin agar aku membuat sebuah kebaikan seperti yang dia lakukan semasa hidup. Supir ini juga menjelaskan bahwa kadang-kadang hal seperti ini terjadi kepada orang yang memiliki beberapa sifat dan karakter yang mirip, meskipun kita bukan keluarga ataupun penggemarnya. Entahlah, aku merasa aneh dengan supir ini. Aku yang tadinya akan turun di Cibiru, kemudian melanjutkan perjalanan hingga ke Rancaekek.
Oya, pesan terakhir dari supir ini adalah bahwa aku harus bisa konsisten membersihkan hati agar bisa mengasah apa yang sudah ada di dalam diri. Aku tidak mengerti apa maksud bapak itu berkata demikian, tapi yang pasti dia tahu bahwa ketika aku masih bayi, guru ayahku yang sering belajar ilmu makrifat, menurunkan ilmunya kepadaku. Bukan ilmu seperti perdukunan, tapi guru ayah adalah ahli sufi.
Malam harinya, aku bisa tidur lagi sendiri tanpa ada rasa takut. Dan seperti biasa, jam 03.00, ibuku membangunkan aku untuk shalat tahajud. Selesai shalat tahajud itulah aku kembali bermimpi bertemu dengan almarhum, namun kali ini mimpinya berbeda dengan yang sebelumnya. Di mimpi itu, dia menunjuk ke sebuah batu nisan (masih berbentuk kayu yang baru saja ditancapkan) dan tertera nama aslinya Raden Nike Ratnadilla Kusnadi binti Raden Edi Kusnadi. Dari situ aku paham bahwa almarhum ingin aku mendoakannya sesuai nama aslinya. Jujur, selama ini aku dan anak-anak panti kemarin, mendoakannya dengan nama Nike Ardilla, bahkan aku selalu mendoakannya dengan menyebut Nike Ardilla binti Adam, agar cepat karena aku tidak tahu nama ayahnya, padahal sebetulnya aku bisa mencarinya di google, tapi saat itu aku pikir mungkin sama saja, tapi ternyata tidak.
Setelah itu, mimpi berlanjut dan kali ini aku seperti melihat sebuah cuplikan saat terjadi kecelakaan dan aku kaget karena melihat sebelah wajahnya terluka cukup parah. Bahkan saat arwahnya ke luar dan menatap jasadnya di sebelahnya, wajahnya masih seperti itu. Almarhum diliputi dengan kesedihan. Ini adalah kali pertama aku mimpi sejelas dan sedetail ini.
Pagi harinya aku kemudian menceritakan hal itu kepada kakak almarhum dan juga kepala panti. Kakaknya juga mengatakan bahwa kemarin lupa untuk memberitahukan nama asli almarhum saat tawasulan. Tapi, hal baiknya adalah bahwa keluarga akan melakukan pengajian atau tawasulan rutin untuk almarhum.
Setelah kejadian ini, aku jadi banyak merenung seharian hingga aku mencurahkannya di sini. Mungkin Allah tengah memberitahu aku bahwa sudah sepantasnya aku bersyukur masih diberikan umur untuk hidup, sehingga aku bisa memperbaiki diri dan melakukukan taubat sebelum ajal kemudian datang. Allah juga ingin agar aku bisa mencontoh dan meneruskan kebaikan-kebaikan yang dilakukan mereka semasa hidupnya, karena kebaikan-kebaikan itu yang kelak akan menjadi amal jariah yang bisa menolongnya di akhirat.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Beristirahatlah dengan tenang almarhum Angelina Yofanka dan juga Raden Rara Nike Ratnadilla, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukan kalian ke dalam Surga-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
|
Alm Nike Ardilla |
|
Mendiang Angelina Yofanka |
|
Kunjungan kedua ke Museum bersama 40 anak panti Penghafal Al Quran (4Desember 2020) |
|
Kunjungan kedua ke Museum bersama 40 anak panti Penghafal Al Quran (4Desember 2020) |