Ada barisan kalimat penyemangat hadir ketika takbir memekik di atas lintasan kefitrahan. Namanya menyapa diantara pesan-pesan yang tertunda. Dia mengingat tugasnya laksana lebah yang tak lupa membuat madu. Manis, dan jadilah pagi ini aku tahu bahwa namanya masih aku utarakan dalam rindu.
Tepat pukul satu malam, dia masih bercengkrama dengan abjad-abjad yang menari di atas keyboard, sedang aku tengah bersitegang dalam mimpi yang tak kunjung bertegur sapa.
Aku memikirkannya, mengingatnya dalam selaksa semesta yang enggan berterus terang.
Dia, yang namanya bahkan telah dipahat pada jari manis milik orang lain. Dia yang bahkan telah memangku kupu-kupu kecil sebagai mahkota dari istana. Aku memandangnya dari jauh, seperti sang pengagum lukisan yang tak mampu memilikinya hanya dengan ungkapan kasih sayang.
Dari parfum itu, kupu-kupu menari ibarat tarian bola salju. Wanginya mengendap dalam labirin kerinduan. Kidung suaranya bersemayam pada ranah pengasingan yang aku namakan hati. Indah, resah, dan terus terngiang-ngiang apa yang tak bisa dimiliki oleh diri. Not-not balok yang tak bisa aku baca hanya dengan menerka-nerka. Dia misteri hidup yang belum bisa aku simpulkan hanya dengan satu sapaan biasa.
Andai saja dia tahu apa yang mengebu-gebu dalam kalbu. Getaran yang melaju pada frekuensi yang tak bisa didengarkan. Andai saja dia mengerti, apa yang terbayang-bayang dalam ingatan. Teduh-teduh yang bernaung di bawah langit hujan. Simpul senyum yang tak pernah bisa aku ajak pulang. Cincin ikatan yang tak pernah bisa aku pisahkan lagi. Dan bahtera bahagia yang tak akan bisa dibagi dua.
Aku mencarinya pada dunia kasat mata yang mereka katakan “dunia maya”. Namanya tak banyak terpampang di sana. Fotonya ibarat sampul buku pada novel misteri yang penuh teka-teki. Dia tak banyak bercerita. Dialah tanda tanya yang tak bisa aku utarakan langsung kepadanya. Ah, aku masih saja mengingatnya dalam balutan rasa bertemakan rahasia.
Kapan kemarau bisa berpendar dimusim semi? Menelurkan wajah baru dari daun-daun gugur yang tak bisa bercerita panjang. Aku ingin mengenalnya. Mendengar lebih jauh apa yang hilir mudik di dalam isi kepalanya. Aku ingin suaranya menggema bak senandung rindu yang kini menggenggam ranah kupu-kupu. Aku ingin dia. Ombak rasa yang masih membentur karang tanda tanya. Aku ingin namanya. Abjad-abjad halus yang aku pajang di atas dinding kerinduan. Aku ingin sapanya. Beberapa baris kalimat tanya, bukan tentang pekerjaan atau tugas-tugas yang menjadi batas kedekatan.
Aku ingin dia bertanya tentang pagi yang abadi atau tentang senja yang membuatku jatuh cinta. Aku ingin mengenalnya lebih jauh, seperti sunyi yang kini terasa utuh.
Bulir-bulir harapan seperti yang ia sematkan pada malam di ujung titik penantian.
Aku menunggunya bercerita panjang lebar. Tentang dia, tentang dunianya dan tentang rasa yang ia pikir tak lebih berharga dibandingkan dengan logika dan hitungan matematika.
Aku jatuh cinta..
Sekali lagi, pada harapan yang membuatku putus asa.
❤❤
ReplyDelete