Friday, December 30, 2011

Sebuah Nama

Kalau pun bukan namamu..

Yang tertera indah di atas kertas bertinta emas

Kalau pun bukan namamu..

Yang terucap lembut di atas bibir sang penghulu

Kalau pun bukan namamu..

Yang bersanding di dalam hati tak berpintu

Kalau pun bukan namamu..

Yang kelak memeluk malam-malam dinginku

Kalau pun bukan namamu..

Yang bertakbir di atas sajadah takdir

Kalau pun bukan namamu..

Yang memanggil diantara rakaat-rakaat qiyamul lail

Kalau pun bukan namamu..

Yang berseru diantara ribuan restu

Tapi, namamu adalah rindu…

Sedang namanya adalah ikhlas sujud dan ruku ku

Meski namamu adalah pergolakan nafsu…

Sedang namanya adalah perisai kalbu

Tapi, namamu pernah ku tulis cinta…

Cinta semu abu-abu…

Yang esok lusa berseteru

Dan tenggelam di lautan mut’ah

Sedang namanya adalah titian lara…

Yang bermukim pada terang Allah dan Rasullnya

Meski tanpa rasa…

Meski tak bahagia…

Tapi, Dia berkata dalam Asma-Nya

“Al-Shabur” … maka, nafsuku kini terkubur

Hasrat dan mauku terpenjara

Di atas likuan fana dunia

Menuju syurga…

*Catatan : - Namamu : Orang yg kita cintai

- Namanya : Orang yang merupakan jodoh kita

“Dalam segala sesuatu, Dia memiliki ukuran yang sempurna dan waktu yang sempurna. Dia sabar, mencintai dan… beserta orang-orang yang sabar” (QS Al-Anfal 8:46).

*Kutipan (Syaikh Tosun Bayrak Al-Jerrahi, dalam bukunya The name and The Named)

Dalam ciptaan-Nya dan dalam tindakan-Nya, dalam perlakuan-Nya terhadap makhluk-Nya, tidak ada yang lebih besar atau yang lebih kecil, yang lebih baik atau lebih buruk, yang lebih awal atau yang lebih terkemudian dari yang telah ditentukan-Nya.

Dia tidak menunda sesuatu di luar waktu yang telah ditentukan atau gagal menyelesaikan sesuatu secara tidak sempurna seperti orang-orang yang ceroboh. Tetapi, Dia melakukan segala sesuatu pada saat yang tepat dengan cara semestinya.

Kesabaran adalah watak Allah; oleh karena itu, orang yang sabar mencerminkan watak yang mulia ini.

ORANG YANG SABAR MENOLAK HAL-HAL YANG DIINGINKAN OLEH HAWA NAFSUNYA KHUSUSNYA YANG TIDAK DAPAT DITERIMA OLEH AKAL DAN AGAMA. DIA GUNAKAN DIRINYA SENDIRI TERHADAP HAL-HAL YANG DAPAT DITERIMA OLEH AKAL DAN AGAMA, MESKIPUN HAL ITU MENYAKITI EGONYA, SEPERTI HALNYA DIA MENGETAHUI CARA MEMASANGKAN KENDALI PADA KUDA LIAR DARI HAWA NAFSUNYA.

SUATU PERUMPAMAAN YANG AMAT TEPAT SEKALI ADALAH, BERSABAR ATAS HUKUM ALLAH.SWT HENDAKNYA SEPERTI MAYAT DI TANGAN ORANG YANG MEMANDIKAN, DIAPAKAN SAJA MENGIKUTI KEHENDAK YANG MEMANDIKAN. (Sulaiman Al-Kumayi dalam buku Kecerdasan 99Q)

Kidung Do'a

Mom,

Aku berkidung dalam rahimmu

Melingkari sangkar terkapar

Dan pecah tangisku menggema...

Mom,

4 tahun aku terhangatkan

Dalam kasih bulat tanpa lara

Melilitkan tawa diudara

Bahagia..

Mom,

Berangsur gemulaimu mereda

Aku tersudutkan di lemah samudera

Terasing jeda...

Mom,

Semburat sendu kini berkaca

Mengurungku di rongga duka

Sengsara

Mom,

Sedihku terhimpit riang kakak dan bapak

Sepiku merapat dipangkuan senja

Terpenjara..

Mom,

Kemarin rahimmu menggeliat

Menelurkan masa..

Kau tersenyum berarak suka

Mom,

Kau hangatkan 'dia' lebih lama

Tanpa memilah seluk beluk rasa

Kau pinang hatinya diterjal belia

Mom,

Kau hamparkan gemerlap istana

Untuknya melepas lelah

Padahal langkahnya tengah buta

Akan dosa...

Mom,

Akuilah aku dalam doa..

Dalam sehelai sutera kata-kata

Merah jingga...

Bilik Hujan

Aku bukan jaring laba-labamu....

Tempat emas dan berlian bersarang

Mengendap dibilik hujan

Tersenyum kecut tergerus uang

Aku bukan jerami liarmu..

Tempat kaki berpijak tanpa hati

Mengotori khayal dan bumbu mimpi

Diam teriris menyudahi

Aku berbisik mengejarmu berlari...

Mencuci keras diri terpatri

Dimana lembayung kucari menyendiri

Berbalik arah memeluk duri

Di sini kau lihat gelap sisi..

Penjarakan nuraniku menyepi..

Sudah.. sudah.. sudahi saja,,

Bila awan malam pun menggerutu

Bila laut dan samudera pun mengancam..

Aku memaksa surauNya menggelegar!!!

Mengunci hujan...

Sajak Penghibur

Seringkali waktu bergelung pada awan

Membekukan wajah pucat yang nyinyir

Dan berteriaklah angin panji-panji

Pada gumpalan arus nyawa yang terhujat

Mengerutkan embun di lepas pantai sekarat

Dan rembulan terhunus parang penyempitan

Penyempitan lingkaran norma dan logika

Yang berbaris di ujung pusat pusara

Pada riang panah prajurit yang mengempis

Prajurit akherat yang mencambuk ujung pecut

Dan wanita lugu terlunta dilorong samudera

Terbelenggu rantai sutera bermahkota

Sedang jiwanya tercabik taring-taring serigala

Yang berjalan pada tarian detik

Hingga sihiran airmata mengubah panorama

Bergaung, mengutuk makian hina

Dari dukun manusia intelek

Dari serbuan serdadu tanpa pangkat

Dari lolongan sahabat dilepas kota malam

Dari setiap elemen bumi yang berdzikir

Semua bersatu menghunus wanita tak berbaju

Wanita bertelanjang tanpa jubah kebaikan

Yang batinnya tengah berperang dan menyerang

Yang nafasnya tengah berburu ketenangan

Dia bersekutu pada terang ilmu Tuhan

Dia berpeluru sendu pada untaian baris Al-Qur'an

Lalu, masihkah hidupnya terkucil kalimat kerdil??

Yang terlontar dipengadilan tanpa hakim

Terludahi cibiran basi sekeras besi

Hingga terisak di lautan kering bergerigi

Melemah dihamparan tombak yang runcing

Berusaha kuat memeluk takbir-takbir akhir

Yang seakan berlari menepi

Menjauh dari potret bernoda yang sengsara

Penuh dosa....

Kolam Kejujuran

Ku utarakan kalimat bersajak

Tanpa judul dan pinangan kata-kata,

Maknanya tertambat diwarna lembayung

Pesannya menggantung di langit bertudung

Dan kau cerna tanpa pilahan rasa

Berpuisi diranah mentari

Hingga hangatnya memecah bauran adrenalin

Mencairkan gelombang pikirku yang kau pilin

Masihkah kita berkelit di atas jembatan retak??

Padahal pondasinya tlah mengisyaratkan tanda

Bersama jendela terbuka dan rumput yang menghibur

Di bawah kolong langit yang bersahaja

Ku sampaikan angin rahasia

Yang mengedipkan kelopak jingga

Dan ku jauhi pantai masa

Yang tinggal bersama temaram cahaya,

Yang kau bawa..

Thursday, December 29, 2011

Pulang


Ada jejak yang hilang, ketika aku mengembara ditengah kekacauan. Ketika untaian airmata dan kerinduan menjelma menjadi bias duka dan kesepian. Aku tersesat dan membeku tanpa tujuan. Celah jendela yang pernah kita miliki, tak lagi memantulkan sinar harapan. Semuanya kosong... Tinggalah kini cerita berdebu tersapu diruang jeda, merapatkan hangatnya, meskipun musim tlah berganti, dan pucuk-pucuk hijau kini mengering berguguran.

Sulit bagi mimpiku berlabuh di dermaga, sementara kisah manis itu tlah kehilangan hangatnya. Dan sorot mata buta, menyeretku bermukim di ujung muara. Lihatlah, kini aku bak pecandu dengan angan masalalu, meneguk sedikit nikmatnya, hingga semua hancur bertebaran bagai debu, dan kau pun terus melaju tanpa pernah menolehku.

Aku tetap bersemayam diantara garis ini, di atas coretan-coretan kenangan yang masih menyisakan keheningan.

Biarlah kita berpelukan di bawah hujan dan membasuh kesedihan di bawah sinar rembulan, meski kau telah menghilang bersama ilalang, dan terbang menyertai kumbang, namun kisah ini terus mengerang,,, berselimut dalam genderang,, dan bertanya "Kapan kau akan pulang??"

(Untuk sahabatku yang satu setengah tahun ini menghilang dalam kehidupanku & tak ada di usiaku yg ke 21&22.. i miss u, kebencian tak akan pernah menghapuskan kenangan indah yg pernah terukir dalam persahabatan kita.. )

Sisi Lain

Pernah tersembunyi

Belukar usang diantara relung penghayatan

Dan jerami liar kusut tergerai penuh noda

Mencoba menikmati pelangi dalam sudut gelap

Pelangi yang tampak bagai bola api

Atau bola api yang tampak bagai pelangi..

Ah.. tapi rasanya menggiurkan..

Merapuhkan setitik iman yg masih berjelaga

Dan diantara belaian malam..

Rembulan menatap seantaro kalbuku yang kusam

Bergeming memecah salah dan benar

Prinsip yang berkedok nurani serta kepuasan

Tapi berjubah bagai bunglon..

Hingga hilang akal dan logika..

Tercebur dalam alunan nafsu

Mengawang bersama irama pikiran

Menunggu angan-angan..

Tanpa kelabu yang meradang

Walau terkekang

Simpul Rahasia

Aku berkisah pada rahasia,,

Berbaring dalam semburat lembayung senja

Ada rintik hujan menari bersama nyiur

Melukis bilur, menangis, tersungkur..

Bukanlah aku memecah jeda bait norma

Bukan pula waktu memicu perang kalbu

Tapi, disini kita berseteru..

Meneriaki endusan bau neraka

Lantas salahkah tak bersolek pada aturan Raja??

Yg menjelma bak koridor penjara

Membelenggu asa, menghamparkan duka cita

Bila memang tak dinyana..

Padamkanlah kobaran asmara yg menyala

Dan hapuskan rangkaian simfoni bersenada

Karena esok takdir pun kan bicara

Tentang rahasia,

Dibalik tabir cinta..

Bingkai Terimakasih

Kemarin, kulihat senyummu menipis..

Terhapus mendung dan gerimis



Kemarin, kulihat semangatmu terpenjara..

Goyah oleh gelombang samudra



Bila memang kau kecewa,

Kan ku rangkai bait-bait penuh makna

Dan merakit hatimu agar bahagia..



Kawan, senyum tulusmu masih menyala

Diantara koridor ikhlas dan jendela percaya..



Terimakasih ku pancarkan dari jiwa

Bersenandung dalam dahsyatnya doa..



Tetaplah berkelana dan untai hari kita

Dengan cerita gembira dan pesona mulia,

Di pesisir pantai syurga...

Entahlah

Kau bukan matahri,bukan pula rembulan

Kau bukan ombak, bukan pula badai,

Kau bukan angin, bukan pula debu..

Kau bukan gerimis, bukan pula hujan

Lalu siapakah kau??

Yang membayangi malam gersang..

Yang mengunci senyum kemarau..

Yang berdesir dalam surau hampa..

Berlari bersama riak bergejolak,,

Memenjarakan hariku tanpa jeda,,

Membelenggu catatan khayalan yg menyala..

Aku terpapah bingkisan senyummu yg rancu

Menerka baris katamu tanpa makna..

Entahlah..

Menit dan detikku tlah kau bawa

Hingga disini tertinggal jarum jam tanpa angka,,

Mencoba menunggu metamorfosa termangu penuh tawa

Seperti tawamu yg menggetarkan, bak gempa dalam jiwa..

Mengajakku berlari merakit barisan cinta..

Yg kosong dan tak bernyawa..

Tapi, entahlah..

Aku tlah buta atau dibutakan ketiadaan

Sosokmu berjelaga dan menelan kepunahan..

Entahlah,,,

Semoga esok segera terlupa..

Hari yang menyengsarakan..

Yg memburu keliru menyesatkan

Terhapus awan.

Senandung Perpisahan

Bila airmata ini mengering,,

Menarilah bersama debur ombak..

Dan lukislah namamu diatas awan..

Biarkan kebahagiaan berseri bersama pelangi,,

Jangan kau lirik awan mendung yg tengah berkidung..

Atau kau sulam jerami liar yang terbakar..

Karena aku tlah menyatu bersama debu..

Terkubur dalam tanah merah basah..

Berpalinglah,, dan biarkan aku terbang...

Menjauh dari gumpalan selimut duka..

Selamanya takdir takkan menjawab..

Bahkan mengikatkan tali ini..

Maka,, akhirilah..

Hapuslah sudah cerita rembulan dan gemintang malam,,

Yang takkaan bisa memiliki

Bahkan bersatu, melagu keindahan

Sudahlah,, lepaskan hatiku yang terikat gemuruh jiwamu..

Jangan membisu laksana batu.. atau tersungkur umpama nyiur

Tersenyumlah,, dan ukirlah cintamu diatas menara syurga,,,

UntukNya yang selalu terjaga..

Bukan untukku yang fana..

Yang esok atau lusa kan tiada..

Menangis.. menangislah tanpa airmata

Dan bersandarlah pada sajadah yang terhampar

Bukan pada bahuku yang mulai terkulai

Akhirilah sudah disini..

Berucaplah pada nyanyian kutub dan gelombang samudra...

Karena esok mungkin tlah tiada..

Peluklah salam terakhir ini..

Yang terbungkus balutan nestafa

Sementara serpihan cinta yang masih menyala,,

Padamkanlah..

Padamkanlah tanpa gelegar gempa

Dan kecewa..

Kecupan terakhirku membaur dalam butiran doa

Dalam senandung duka dan perpisahan selamanya

Dengan dunia...

Penantian Gila

Inilah sayap kupu-kupu darimu,,

Yg kini tengah merona..

Berharap dan berkhayal penuh damba,

Terbaring kaku diatas dipan asmara..

Andai kau meraba belahan jiwaku yg terluka,

Dan melihat kobaran rinduku yg membara..

Disini penantianku bak daun-daun layu tak bicara,,

Berguguran dan tersapu putus asa..

Aku tlah bosan dalam penantian..

Dan mendengar nyanyian janjimu yg karam..

Haruskah ku berlayar dalam kapal lain di lautan??

Dan menguburmu tanpa coretan kesetiaan..

Karena kau masih diam tanpa keputusan,

Membisu bersama maumu yg lugu

Senandungmu bagai melodi palsu..

Berirama tapi tak menyatu,

Pilu,,

Inilah puncak lelahku yg membuncah

Yg sekian lama menunggumu pasrah..

Tak pernah berpaling dan menerima kasih lain..

Karena pesonamu tlah melekat dalam daging,,

Menjelma dalam jiwa,,

Dan membaur bersama syaraf yg menggelora

Luluhkan cinta

Malu

Kubawa berlari malu ini...

Menjauh dari kubangan dosa,

Hasrat dan nafsu menggumpal bisu

Membusuk bersama gundukan bangkai & kotoran

Biar ku berlabuh pada tebing kebenaran...

Mengubur cinta semu di lautan,,

Asa mengajakku bersembunyi sendiri...

Menutup malu, membuka kehidupan

Haruskah ku telanjangi khilafku??

Dan menjelma menjadi secercah hinaan...

Walau ku tau,

pondasi maafmu tetap berdiri angkuh & terus berpaling,,,

Tapi,

Akan ku kejar mentari, meski sulit..

Dan berlabuh dipucuk pelangi, meski tak mungkin..

Agar ku dapati uluran maafmu yg bening..

Kan ku rajut untaian penyesalan..

Dengan benang doa dan jarum taubat nasuha,,

Agar esok kembali kau percaya..

Tulus kasihku yg menyala...

Bukit Impian


Tak lelah langkah ini

Berkelana...

Menyusuri bukit-bukit penuh rongga

Meski kadang gelap,

Dan gersang terhampar

Di padang yg tandus

Tapi tekad berkobar di pelataran makna

Bak pedang pejuang Palestina

Meneteskan darah peradilan,

Akupun membidik impian..

Dari seribu impian jelata

Yang berteriak,

Memecah gaduh gedung konglomerat

Yg menggenggam keping kehidupan

Akan ku seret bimbang dan putus asa

Dalam jeruji kebodohan

Karena darahku tlah berkobar,,,

Mendidih...

Melihat pawai kemiskinan

Bercecer bagai debu jalanan

sementara kupu-kupu malam

Mengaung dalam gaduhnya

Dan pengemis merintih dalam malasnya,

Aku kan tertawa dalam marahku...

Mencaci pecundang bermuka dua

Yg berjalan dengan penipuan

Yg berucap tanpa kebenaran..

Akan ku habisi kuman-kuman negara

Yg kacaukan perekonomian

Dengan korupsi dan kebiadaban...

Akan ku kibarkan merah putihku

Diatas keruhnya polusi pertiwi,,,

Agar esok terwujud garuda kemenangan

Yang mampu kepakkan mimpi anak negri

Tuk melukis masa depan,,

Dengan senyuman...

Nyanyian hampa


Tertiup angin,,,

Hilang sudah butiran rindu ini

Walau kurasa masih bersemayam,

Tapi, kubuang jauh bersama arus samudra..

Kecewa menari dalam titik airmata

Hampa..

Terbakar sudah rumput hijau yang menari bersama ilalang..

Dan mentari pun tlah pudar cahayanya..

Apa yg kurasa?

Hanya ilusi kosong tanpa jeda,

Bermakna pahit, tapi menggiurkan..

Biarlah mimbar-mimbar suci berderu akan kemenangan,,

Sementara sendu berpaling dari khayalan..

Sendiri,,, berlari meluapkan api yg terpercik

Dari kegundahan...

The Winner (bagian 1&2)

The Winner
“ Ini hadiah buat kamu!!!”
Sebuah lilin putih berukuran kecil itu disodorkan Nerrisa ketangan Carla. Tatapan mata Nerrisa memancarkan satu pengharapan. Bias-bias keikhlasan tercermin dari senyumannya yang tulus. Carla tertegun, dua bola matanya sayu, jiwa melankolis itu kembali meradang, memecah pilu sayatan hati yang masih tergores luka.
“ Maksudnya? Kok lilin? Hadiahnya yang bermakna ke!! Hehe..”
Carla masih bisa menyembunyikan sembilu kesedihannya. Ia tertawa saat menerima lilin dari tangan Nerrisa. Carla tidak mengerti apa maksud Nerrisa memberikan lilin itu ketangannya, karena yang ia mengerti sekarang adalah Nerrisa telah menggoreskan sebuah luka dihati Carla dan Carla sangat sedih karenanya.
” Lilin itu sangat bermakna...ia mengorbankan dirinya untuk menerangi orang lain!!”
Mereka saling berpandangan, terbesit rasa kagum dibenak masing-masing. Sesaat, pilu dihati Carla sedikit terobati, rasa marahnya pun perlahan mencair. Carla menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kecut.
” Jadi...maksud kamu, aku ini seperti lilin?”
Nerrisa tersenyum dan meletakkan kedua tangannya diatas pundak Carla.
” Iya, hari ini kamu udah ngebuktiinnya!!! Kamu ngasih kesempatan buat aku menjadi penulis script film di Perancis, meskipun untuk itu kita harus bersaing dan akhirnya aku yang mendapatkannya, tapi kamu tetap ngedukung aku, padahal itu adalah impian kamu semenjak dulu bukan?”
Carla tersenyum mendengar ucapan Nerrisa. Ia malu pada dirinya sendiri yang tidak bisa meraih impian yang selama ini ia idamkan.
” Tapi...kamu bahagia kan?”
Kini, giliran kedua tangan Carla yang berada diatas pundak Nerrisa.
” Aku bahagia Carla...tapi, aku lebih bahagia jika melihat sahabatku bahagia!!! Aku nggak ingin melihat kamu terluka gara-gara aku!! Aku nggak mau persahabatan kita hancur.....lebih baik aku melepaskan semua yang telah aku raih daripada harus kehilangan sahabatku!!”
Carla memalingkan wajahnya dari hadapan Nerrisa. Ia kemudian melihat bintang yang berkelap-kelip dilangit. Airmatanya hampir saja terjatuh, namun sekuat tenaga ia tahan. Ia cermati satu demi satu bintang yang bersinar dilangit. Semua bintang itu bercahaya, namun tidak semua bintang memiliki cahaya yang sama. Ada bintang yang cahayanya sangat terang, ada juga yang redup, bahkan ada sebagian bintang yang tak terlihat cahayanya, padahal bintang-bintang itu memiliki kapasitas cahaya yang sama, namun yang membedakan terang tidaknya bintang adalah jarak antara bintang dengan bumi, semakin jauh posisi bintang, maka tampak reduplah cahayanya.
Sedikit demi sedikit, Carla mulai memahami apa artinya kesempatan, kesempatan yang selalu menimbulkan pengharapan, namun dari pengharapan, Carla selalu merasakan kekecewaan, padahal tak seharusnya ia berpikir seperti itu karena Tuhan telah menganugerahkan potensi yang berbeda-beda kepada setiap manusia, maka dari itulah saat penghrapan kita gagal, kita harus optimis dan memaksimalkan potensi yang dimiliki, karena kemenangan yang sesungguhnya itu muncul dari sebuah kepercayaan diri, kerja keras dan jiwa pantang menyerah yang tak lelah memanfaatkan peluang menjadi wadah optimalisasi yang berujung prestasi.
” La...kamu nggak ngebenci aku kan?”
Nerrisa kembali menatap Carla, sementara Carla masih membisu dengan tatapan dingin.
“ Emangnya kenapa?”
Wajah Nerrisa kini murung, sesekali ia menundukkan kepala dan kembali menatap Carla.
“ Aku nggak mau kamu ngebenci aku!!!”
Matanya mulai berkaca-kaca, namun sikap dingin Carla tidak juga mencair. Semenjak tadi, ia menatap lurus kedepan, tapi kali ini ia menoleh kearah Nerrisa dan tersenyum kecut.
“ Aku punya hak kan untuk ngebenci seseorang atau enggak!!!”
Nerrisa menunduk lesu, ia tidak tau harus berbuat apa lagi. Hati Carla belum juga luluh.
“ Ya...tapi aku nggak mau persahabatan kita rusak gara-gara hal ini!!!”
“ Kata siapa persahabatan kita rusak??”
Dengan cepat, Carla menepis pernyataan Nerrisa. Carla tidak pernah merasakan hubungan persahabatan mereka rusak, terutama karena hal ini.
Sesaat lamanya mereka terdiam. Tak ada sepatah katapun terlontar dibibir Carla maupun Nerrisa. Mereka masih mencerna perkataan masing-masing untuk mendapatkan titik terang dari permasalahan yang tengah terjadi.
Suasana Hotel bintang lima itu kini mulai sepi, tak terdengar lagi suara-suara peserta lain dari kamar sebelah, begitupun dengan Carla dan Nerrisa, keduanya mulai dihinggapi rasa kantuk yang menjalar diseluruh tubuh.
“ Udah malem, besok kamu kan harus berangkat pagi-pagi ke Bandara....ga baek buat kesehatan, jam segini belum tidur!!!”
Suara Carla memecah keheningan, tangannya kemudian menutup kaca jendela dan menyibakkan tirai diatasnya. Ia lantas berbaring, mematikan lampu dan mulai memejamkan mata.
“ Besok yang harus pergi ke Bandara pagi-pagi itu kita, bukan cuma aku!! Empat orang peserta yang mendapat hadiah berlibur di Perancis, termasuk kamu... juara satu hanya diberi kesempatan menulis script film,,itu aja!!”
Dengan tegas Nerrisa memaparkan informasi yang ia dapatkan dari panitia. Ia tak ingin Carla berubah pikiran untuk menerima hadiah itu.
“ Aku nggak akan ikut!!!”
Mendengar jawaban dari Carla, Nerrisa mulai kesal. Ia kemudian menyalakan kembali lampu kamar, hingga Carla yang sudah memejamkan mata kini terbangun kembali.
” Jadi... apa mau kamu sekarang ????”
Carla lalu menoleh kearah Nerrisa yang terlihat sedikit emosi. Ia hanya tersenyum dan kembali mematikan lampu.
” TIDUR!!!”

Kamar No.135 itu kini mulai sunyi. Lampu kamar yang semenjak tadi menyinari sudut-sudut ruangan telah padam. Disana tampak Carla dan Nerrisa yang terlelap tidur. Mereka memiliki harapan yang berbeda untuk menyambut hari esok. Dibenak Nerrisa mungkin terbesit harapan untuk segera memulai impiannya esok pagi, tapi...dihati Carla...tak pernah ada yang mengetahuinya. Hatinya sangat tersembunyi untuk dapat mengatakan apa yang ia rasakan saat ini, mungkin ia bahagia...tapi entahlah!!! Semua masih misteri really...


Pesawat yang membawa Nerrisa kini telah terbang melintasi awan, menerjang angin, dan bersiap menapaki cerita baru di penghujung dunia lain. Carla tertegun, hatinya tersayat menerima kenyataan ini. Sinar mentari yang mulai bersinar terang dilangit, seakan telah hilang cahayanya. Ia berjalan pasrah, pandangannya lurus kedepan, namun pancaran matanya kosong. Dalam benaknya, belum sempat terpikir rencana apa yang akan ia lakukan untuk meraih mimpinya. Ia masih menghayati sisa-sisa pilu itu, meskipun sesaat kemudian terbesit sebuah ide untuk membuat buku yang berjudul “Wajah Indonesia di Era Globalisasi”. Didalam buku itu, Carla berencana memperlihatkan kondisi Indonesia yang sesunggunhnya, mulai dari kemiskinan, meningkatnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen dan kriminalitas, serta sarana transportasi yang sangat memprihatinkan, seperti transportasi kereta api ekonomi dengan jumlah penumpang yang melebihi kapasitas yang seharusnya, sehingga akan membahayakan keselamatan penumpang, terutama masyarakat kalangan bawah. Namun, selain sisi negatif, Carla juga menampilkan sisi positif yang ada, seperti meningkatnya pembangunan gedung-gedung didaerah terpencil, meningkatnya perhatian Pemerintah mengenai pendidikan, serta meningkatnya pemberian pinjaman bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) oleh seluruh Bank yang ada di Indonesia.
Carla tersenyum setelah memikirkan ide cemerlang itu. Ia kemudian memikirkan rekan kerja yang akan ia ajak bekerjasama dalam menyelesaikan proyek ini. Tiba-tiba ia teringat Amet dan Sofy. Mereka berdua adalah teman kuliahnya yang selalu mendukung keberhasilan Carla, selain sahabatnya Nerrisa. Sesaat kemudian, Carla mengirimkan pesan singkat kepada Amet dan Sofi untuk bertemu dan membicarakan hal ini.
Setelah setengah jam menunggu di Kampus, Amet dan Sofy pun datang. Mereka tampak kebingungan. Carla hanya tersenyum melihat rekan kerjanya yang sudah ada didepan mata.
“Hai La,, dah lama nunggu??”
Pertanyaan itu diucapkan Amet dan Sofy secara bersamaan, sehingga mereka tersenyum malu.
“Haha… kalian tuh kompak banget,, sampe nanya aja barengan gitu!! Ya lumayan lah aku nungguin disini udah setengah jam yang lalu.. jadi pegel!! Kalian lama banget sih !!”
Carla memperlihatkan wajah gusarnya karena menunggu Amet dan Sofi yang datang terlambat.
“Maaf deh La,,, kamu ngedadak banget sih ngajak ketemuannya… jadi aja telat !! By the way, ada apa nih??”
Amet mulai penasaran dengan maksud Carla mengajaknya bertemu.
“ Iya,, ada apa nih kita disuruh kesini ngedadak?? Ada hal penting ya?? Jadi penasaran..”
Sofy tak kalah mengutarakan rasa penasarannya. Carla kemudian berdiri dan menatap mereka berdua dengan senyuman dibibirnya.
“ Aku punya ide bagus untuk bikin buku dan aku butuh kalian berdua untuk menyelasikan buku ini!”
Dengan penuh rasa semangat, Carla mengutarakan maksudnya kepada Amet dan Sofy.
“ Oh,, bikin buku?? Kirain apaan..”
Sofy tampak kurang tertarik mendengar pernyataan Carla. Tapi kemudian Carla kembali menjelaskan idenya dengan penuh semangat.
“ Ini beda dari buku biasa!!! Kita akan menampilkan wajah Indonesia saat ini, seluruhnya… dan kita akan menampilkan foto-foto asli mereka dan kita sertakan soft copy dalam bentuk DVD yang menampilkan gambaran asli dari apa yang telah kita rekam!! Gimana menurut kalian??”
Sesaat lamanya Amet dan Sofy berpikir, kemudian mereka berdua mengangguk tanda setuju dengan rencana Carla.
“ Setelah dipikr-pikir, ide kamu bagus juga!! Terus, tugas kita apa??”
Amet mulai terlihat tak sabar untuk segera memulai rencana ini.
“ Kita mulai besok!! Tugas Kalian adalah memotret lokasi-lokasi yang berkaitan dengan tema buku ini, seperti pengemis-pengemis jalanan, transportasi atau pembangunan-pembangunan di daerah-daerah. Nanti setelah selesai, kita satukan dengan disertai penjelasan dan argumentasi. Sehingga buku ini merupakan fakta yang kita rangkum dalam sebuah buku! Setuju??”
“ Sipp!!”
Sorot mata Carla mulai berbinar-binar, tersirat sinar terang yang akan datang esok hari, membawakan dua sayap malaikat yang dapat membawanya terbang lebih jauh dari Nerrisa. Carla membayangkan dirinya terbang jauh dari bumi. Mengelilingi alam semesta, memetik bintang yang berkelap-kelip dilangit dan tertidur dalam dekapan rembulan dengan bias-bias sinar yang menyejukkan.

Sudah hampir satu bulan mereka berjuang menyelesaikan buku ini, perjuangan mereka memotret kehidupan sungguh tak mudah. Terutama ketika mereka dihadapakan pada kehidupan liar jalanan yang sangat buas, dimana masyarakat menghalalkan berbagai cara ketika kebutuhan perut mulai tak bisa ditunda lagi. Perampokan, pembunuhan, bahkan penjualan anak manusia sudah menjadi potret sehari-hari yang mereka lihat ketika tengah merampungkan buku ini. Amet sempat masuk rumah sakit karena kepalanya terkena goresan benda tajam oleh gerombolan preman saat ia mewawancarai anak jalanan yang tengah meminta-minta. Sofy hampir jatuh dari kereta api ekonomi ketika tengah merekam kondisi didalam gerbong yang berdesak-desakan. Dan yang paling membahayakan, Carla hampir terbunuh saat memotret kondisi rumah-rumah kumuh didaerah-daerah terpencil diwaktu malam hari. Selain itu, Carla disalahkan oleh orang tua Amet karena anaknya masuk rumah sakit dalam keadaan kritis gara-gara menyelesaikan buku ini, orang tua Sofy pun tidak mengijinkan Sofy untuk melanjutkan kembali pekerjaan ini.
Keadaan ini membuat beban Carla semakin berat. Sulit baginya merampunkan buku ini seorang diri. Sesaat lamanya ia memandangi arus kendaraan dijalanan yang semakin meningkat tajam. Kemudian ia teringat ucapan Dosennya yang mengatakan bahwa apabila kita membuat rencana dan rencana itu kemudian dilakukan dan sukses, maka nilainya adalah satu, sedangkan apabila kita membuat sebuah rencana dan rencana itu kemudian dilakukan, namun gagal, maka nilainya adalah nol, sedangkan apabila kita membuat rencana, namun tidak dilakukan sama sekali, maka nilainya adalah minus satu dan itu lebih buruk daripada nol.
Sesaat lamanya Carla merenungkan pernyataan itu dan ia bertekad untuk menyelesaikan buku ini meskipun seorang diri. Kerja kerasnya mulai terlihat kembali. Carla berusaha agar buku ini selesai satu minggu kemudian sebelum Nerrisa pulang ke Indonesia.

Carla tersenyum puas ketika buku karyanya telah rampung. Wajahnya merona, senyum simpul itu menggambarkan kemenangan yang luar biasa terutama ketika salah satu penerbit buku menerbitkan bukunya dan buku karya Carla masuk kedalam daftar buku best seller dan mendapatkan penghargaan dari Pemerintah. Betapa bangganya Carla atas pencapaian yang ia raih. Dengan segera, Carla mendatangi Amet, namun ternyata Amet sudah dibawa keluarganya ke Singapura untuk berobat, karena keadaannya mulai kritis. Carla membaca pesan singkat dari orangtua Amet
“KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB JIKA TERJADI APA-APA TERHADAP AMET”
Carla menangis tersedu-sedu dalam pelukan Sofy. Ambisinya merampungkan buku, telah mencelakai orang terdekatnya. Hatinya tersayat, sungguh berat cobaan yang harus ia alami saat ini.
“ Udahlah La, bukan kamu yang salah atas semua yang terjadi !! Jangan sedih lagi ya !!”
Sofy mencoba menghibur sahabatnya yang tengah gundah. Dihapusnya airmata diwajah Carla. Seraya tersenyum, Sofy meletakkan kedua tangannya dipundak Carla.
“Kamu orang yang kuat,,, coba tegarkan kembali hatimu!! Perjalanan yang harus kamu tempuh masih panjang,, coba tata kembali kehidupan kamu!! Aku akan selalu ada disampingmu sahabatku… dan terus mendukungmu!!!”
Mereka kembali berpelukan. Carla merasa bebannya sedikit berkurang karena kehadiran Sofy yang begitu sabar menguatkan dan terus mendukungnya. Airmatanya telah mengering. Bias –bias kebahagiaan mulai tampak diwajah Carla.
“ Makasih ya Fy… Aku bangga punya sahabat kaya kamu.. besok, aku harap kamu bisa datang ke acara ulang tahunku!!”
Sofy mengangguk seraya tersenyum melihat Carla bangkit dari kesedihannya.
“ Insya Allah, aku bisa datang..”

Tanpa disangka-sangka, diulang tahunnya yang kedua puluh tahun, Carla mendapatkan kejutan yang istimewa. Sofy membawakan kue tart yang berbentuk hati. Kue itu adalah pesanan Amet sebelum dia masuk rumah sakit. Carla baru menyadari bahwa Amet sungguh menyayangi dirinya, meskipun dia tak pernah mengatakannya. Perhatian dan pengorbanan Amet selama ini untuknya mungkin cukup menggambarkan bahwa Amet sungguh tulus menyayanginya.
“ Aku terharu Fy… aku sungguh terharu dengan kejutan ini”
Belum sempat Sofy membalas ucapan Carla, tiba-tiba sahabat Carla yang dulu pergi kini tampak didepan matanya, sebuah senyuman yang mengisyaratkan kerinduan tampak diwajah Nerrisa. Dengan cepat, Nerrisa memeluk Carla dengan binar-binar airmata kebahagiaan.
“ Happy Birthday La… Aku kangen banget ma kamu… sampai detik ini aku merasa bersalah karena kemenangan ini “
Carla bersikap luar biasa menerima kedatangan Nerrisa. Ia berusaha menyembunyikan kekecewaan yang telah ia rasakan semenjak dulu, karena rasa rindu dan sayangnya sebagai sahabat, mengalahkan egoisme yang semula tertanam dalam diri.
“ Ga ada yang harus disalahkan atas kejadian masalalu… karena aku yakin, kita punya kesempatan lain yang masih bisa kita capai dengan kerja keras dan kesungguhan hati!!”
Nerrisa kembali meneteskan airmata, melihat kedewasaan tercermin dalam diri sahabatnya.
“ Ok, sekarang potong kuenya ya!!!”
Nerrisa masih berdiri disamping Carla, ketika Carla tengah memotong kue pemberian dari Amet.
Semua yang hadir tampak memancarkan kebahagiaan, begitupun dengan Carla. Dengan perlahan, Carla memotong kue itu, dan alangkah kecewanya Sofy, saat Carla memberikan potongan kue itu kepada Nerrisa. Sofy meneteskan air mata. Ia kemudian menulis sepucuk surat untuk Carla lalu pergi dari acara itu. Carla tak mempedulikan kepergian Sofy, ia seakan lupa bahwa Sofy yang menemani perjuangannya selama ini, bukan Nerrisa.
Usai acara, Carla membaca sepucuk surat dari Sofy.

Dear Carla,
Aku selalu berharap kamu bisa membuka mata dan memberikan kasih sayang secara merata bagi semua sahabat-sahabatmu, seperti mentari yang memberikan sinarnya untuk semua objek yang ada dibumi, tanpa pernah membeda-bedakan objek apa yang akan ia berikan cahaya. Namun ternyata kamu berbeda. Kamu memang selalu menganggapku seperti bintang dilangit yang selalu memberikan cahaya, semangat dan motivasi untukmu, tapi anggapanmu itu hanya sebatas kata-kata yang tak pernah kamu lakukan ketika Nerrisa ada disampingmu,,, seperti hari ini, aku merasa seperti seonggok debu kotor yang terabaikan dalam keramaian, bahkan kamu tak melirikku sama sekali, apalagi untuk meraba hatilu yang mulai terluka. Maafkan aku jika aku tidak berpikir dewasa, tapi inilah yang aku rasakan saat ini.. sebuah kekecewaan… aku juga tak bisa menemani kamu lagi,, besok aku dan keluarga akan pindah ke Kalimantan.. aku harap kamu bisa tegar,, karena sahabatmu Nerrisa telah kembali…selamat tinggal,, happy birthday”
Carla tak bisa berkata-kata lagi. Lidahnya kelu, ia merasa telah melukai orang yang selama ini selalu mendukungnya. Ia kemudian menyalahkan diri sendiri yang tak bisa bersikap adil terhadap orang-orang yang ada disekitarnya. Hatinya kembali terluka. Kali ini ia harus kehilangan sahabatnya Sofy dan ia sangat terpukul menerima kenyataan pahit itu.
“ La..”
Tiba-tiba Sofy muncul dihadapan Carla, sehingga membuat Carla terkejut bercampur bahagia karena masih bisa melihat kehadiran Sofy didepan matanya.
“ Sofy..kenapa kamu nangis??”
Carla menghapus airmata Sofy yang mengalir deras.
“ Amet meninggal….”

Pejuang Tinta

Selembar tipis kertas putih
Tergores tinta peradaban..
Goresannya membentuk gugusan bintang,,,
Bersinar terangi sudut Kota..
Dari Pelosok hingga Pusat Negri..
Berkumandang suara pejuang…
Berkejaran menimba ilmu,,,
Bak haus akan kesejukkan…
Iramanya membentuk melodi,,,
Menorehkan ukiran harum bangsa…
Disana,,, diluar pagar mereka berkompetisi..
Dan pulang kibarkan bendera kemenangan..
Tiada lelah pejuang tinta bersahutan diatas menara..
Kibarkan panji-panji pendidikan…
Berjuang meraih mimpi diatas awan…
Walau awan kadang mendung ,,
Tapi semangat tetap memancar,,
Melukis langit membidik pelangi..
Karena esok kita masih berkelana..
Mencari buih masa depan,,,
Maka,,,
Lebarkanlah sayap kita,,,
Dan terbanglah…
Disana ada hidup dan kehidupan
Sementara yang tak bersayap
Janganlah tetap menunggu,,
Berlarilah,,,walau lelah
Karena peluh akan berwujud indah kelak..
Suatu saat,,,
Ketika mentari bangun dari tidurnya..
Maka bunga akan merona..
Menyambut hari baru kita…
Sebagai manusia,,,

Sahabat

Tetes bilur keringatmu
Adalah sakitku…
Dalam riak dan rekah bahagia
Kau ada…
Membentuk gugusan awan diatas padang pasir
Kaulah kornea dalam mata, jantung dalam tubuh dan roh dalam raga
Kau mampu membuatku hidup dalam redup jiwamu
Kau lah pelita dalam lorong gelap
Kaulah seuntai kehangatan dipuncak musim dingin
Kaulah segenap arah hidupku
Karena kaulah sahabatku…

Wednesday, December 28, 2011

Rindu

Mengering jiwaku,,,
Terkubur dalam penyesalan,,
Peluh rinduku menangis,,,
Terhempas diantara pekat malam,,
Disini bayangmu menari,,,
Berkejaran terkikis ombak,,
Andai mentari dan gerimis kembali,,,
Maka, akan kulihat pelangi,,
Bercahaya melukis rindu,,
Aku akan menelan duri ini,,,
Hingga terasa sesak dan menyakitkan,,
Agar malaikat jiwaku yang pergi
Datang kembali,,,,
Karena disini separuh jiwamu beku,,
Terkapar kedinginan,,
Menanti musim panas tiba,,,
Tapi mentari tak lagi menampakkan wujudnya,,,
Hanya langit mendung memayungi raga hampa,,
Menunggu kenangan menjelma impian,,,
Tapi semua sirna tertelan badai,,
Dan hatimu tak lagi bersemayam
Disini,,,
Pahit dan kelam kulepas jiwamu,,
Sepi,,,sepi,,,sepi,,,
Kucari hatimu dintara gugusan bintang…
Tapi sinarnya tlah memantulkan kebencian,,,
Keraguan,,,
Kucari kau diantara debur ombak,,,
Tapi,, hatimu tiada lagi untukku,,
Hanya sisa-sisa kehangatan masih kurasakan,,
Membelai rindu tanpa ujung…
Rindu,,, rindu,,, rindu tanpa batas,,,
Rindu akan serpihan jiwa yang pergi,,,
Rindu akan hati yang berpaling,,,
Rindu akan mentariku yang masih tenggelam
Dibelahan jiwa lain,,
Yang tak pernah aku tahu,,,
Sampai kapan dia berlabuh disana,,,
Dipelupuk matanya,,,,
Yang tlah menghujam jiwa ini,,,
Meluapkan asa,,,
Membakar kemarahan,,,
Hinggaku tak pernah lagi merasakan,,,
Hangatnya sinar mentari,,,
Indahnya warna pelangi,,
Merdunya debur ombak,,
Hanya kenangan masalalu berserakan tak tentu,,,
Membusuk,, bernanah,,,
Menanti sang malaikat berlabuh lagi,,,
Di samudra penantian,,,,
Yang bertabur rindu…
Dan kering merona…
Akan cinta,,,,

Mengubah Suasana Ketidaknyamanan Menjadi Peluang Untuk Berprestasi







Kondisi yang nyaman atau ‘comfortable ‘ tidak akan selamanya dirasakan oleh setiap individu yang hidup dalam lingkungan sosial, karena adakalanya setiap individu yang bersangkutan memiliki persoalan, bahkan mengalami konflik yang mengakibatkan suasana batinnya berada dalam kondisi ketidaknyamanan atau ‘uncomfortable’. Kondisi ketidaknyamanan ini muncul karena adanya beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain, diantaranya adalah faktor eksternal, seperti adanya perubahan dari lingkungan sekitar terhadap diri kita yang mengakibatkan terganggunya komunikasi dalam sebuah kegiatan sosial, sehingga pada akhirnya kita merasa tersudutkan dan tidak nyaman berada dalam lingkungan tersebut. Faktor kedua yang tidak kalah penting adalah faktor internal yang merupakan dampak yang akan muncul dari dalam individu itu sendiri, seperti perasaan bersalah dan terus menyalahkan diri sendiri maupun keadaan, merasa terasing, merasa kehilangan beberapa hal yang semula sangat berpengaruh dalam kehidupannya, dan muncul kecemasan yang tinggi dalam diri akan kemungkinan-kemungkinan negatif yang akan terjadi dari lingkungannya, sehingga individu yang merasakan hal-hal yang bersangkutan akan tertekan dan tidak ingin menerima kenyataan bahwa semuanya telah berubah.

Perubahan yang ditunjukkan oleh lingkungan atau orang-orang terdekat kita dalam sebuah pergaulan sosial dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian sikap maupun perilaku bahkan komunikasi yang saling bertentangan satu sama lain. Perbedaan persepsi dan sudut pandang juga dapat menjadi faktor terjadinya konflik. Apabila konflik yang tidak diharapkan ini terjadi, maka terjadilah sebuah ketidakharmonisan dalam pergaulan, permusuhan, bahkan perpecahan. Setiap individu dengan persepsi yang berbeda dan berasal dari latar belakang yang berbeda pula, ketika dihadapkan pada sebuah konflik, maka selalu timbul perasaan ingin menang sendiri dan membuat pihak lain lemah bahkan tidak berdaya. Sikap seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena dengan terus membiarkan perasaan seperti ini tumbuh, maka otak akan terus memproses hal-hal negatif yang kita pikirkan, sehingga secara perlahan akan membentuk perilaku kita menjadi negatif dan tidak dapat berproses menjadi lebih baik dengan pemikiran dewasa dan matang.

Sebuah niat dan tekad yang positif harus diciptakan sejak dini. Buatlah segala sesuatu yang ada disekitar kita terasa menyenangkan. Ambil langkah yang bijak ketika kita disudutkan dalam sebuah situasi tanpa harus mempertahankan egoisitas kita untuk tetap menang dan mengalahkan pihak lain dengan cara yang tidak semestinya. Dengan membentuk pola pikir yang sehat dan langkah yang kreatif, maka masa depan yang cerah yang selalu kita bayangkan sebagai suatu imajinasi, dapat tercipta dengan mudah. Sebagai contoh, ketika memasuki bangku sekolah, dimana saat itu kita tidak bisa melakukan apa-apa, namun kita selalu dituntut untuk bisa mengerjakan apa yang diajarkan oleh guru, maka secara perlahan kita terbiasa melakukan hal tersebut, bahkan kita dapat merasakan kenyamanan yang sebelumnya tidak kita dapatkan. Ketidaknyamanan saat pertama memasuki bangku sekolah terjadi, karena kita belum terbiasa dengan lingkungan yang baru kita kenal, kita juga belum dapat memahami seutuhnya aturan-aturan yang diterapkan disekolah, mata pelajaran yang diajarkan guru, dan yang terakhir adalah sifat teman-teman sekelas yang tidak kita kenal sebelumnya. Hal yang demikian akan akan kita rasakan sementara karena adanya proses dimana kita harus beradaptasi dan mencoba mengenal satu sama lain. Oleh sebab itu, sama halnya ketika kita berada dalam kondisi ketidaknyamanan yang membuat kreativiatas dan imajinasi kita terpenjara, maka langkah pertama yang harus kita ambil dan terapkan adalah berpikir positif dan memulai untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat yang dapat mengembangkan keterampilan kita terhadap sesuatu, baik itu mengembangkan hobi, fokus terhadap pelajaran sekolah, maupun kegiatan-kegiatan sosial yang akan sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.

Seseorang yang dapat melakukan introspeksi dan evaluasi terhadap dirinya serta berusaha melakukan perubahan bagi masa depan, dengan cara melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar, maka tak ayal lagi orang yang bersangkutan akan mendapatkan ilmu dan pelajaran-pelajaran baru yang sangat berguna dalam menjalani setiap fase dalam kehidupan. Satu hal yang sangat penting dalam perjalanan menemukan kehidupan yang lebih baik adalah menanamkan keyakinan dalam diri mengenai Sang Pencipta, keyakinan mengenai potensi diri dan keyakinan akan hal-hal yang akan terjadi diluar dugaan kita yang mengharuskan kita untuk siap menerimanya dengan lapang, baik ataupun buruk yang akan terjadi, anggaplah semuanya adalah proses dimana kita sedang diuji mengenai sebuah kedewasaan dan kematangan diri. Kubur dalam-dalam rasa putus asa dan ketidakberdayaan ketika kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ini. Hapus rasa benci ketika kita mengalami perbedaan persepsi mengenai sesuatu dan ubahlah permusuhan itu menjadi wadah untuk kita agar dapat saling memahami dan mengerti sifat dan karakter dari individu yang berbeda.

Kondisi ketidaknyamanan muncul karena kita sendirilah yang menciptakannya. Kita selalu berpikir negatif mengenai orang-orang dan lingkungan sekitar ketika kita mengalami konflik dengan mereka, padahal kita sendiri tidak pernah mengetahui dengan jelas apa yang mereka rasakan sebenarnya, karena bisa jadi apa yang mereka tampakkan dengan apa yang tersimpan dalam hati itu bertolak belakang, karena sifat manusia itu seperti satu keping mata uang yang memiliki dua gambar yang berbeda, yang apabila kita lemparkan uang itu hingga jatuh ke lantai, maka akan terlihatlah satu gambar dari uang itu yang merupakan identifikasi dan ciri dari uang yang bersangkutan dan terkadang kita selalu menganggapnya mutlak, padahal tanpa kita sadari masih ada gambar lain dari uang itu yang masih tertutup dan tidak dapat dilihat dengan mata terbuka kecuali kita membalikannya. Demikian halnya dengan manusia, tidak bisa dinilai dengan hanya melihat satu sisi, karena manusia terlalu unik jika kita menilainya dengan pikiran yang sempit. Ada banyak hal yang tidak bisa kita tebak mengenai manusia, sekalipun dia adalah orang terdekat kita. Selalu ada batasan untuk kita memahami segala sesuatu yang ada dalam diri manusia, karena manusia selalu menyimpan satu ruang dalam dirinya yang tidak ingin diketahui oleh pihak luar, dan dia selalu menyimpannya dengan rapat sehingga tampak sempurnalah segala sesuatu dengan cara yang dia tetapkan terhadap sesuatu itu.

Ada banyak cerita yang menggambarkan betapa sulitnya menjalani kehidupan sehari-hari dalam sebuah lingkungan, dimana lingkungan itu telah berubah dan individu-individu yang berada dilingkungan itu pun tidak menerima kita dengan baik seperti dahulu, sehingga kita terjebak dalam suasana ‘uncomfortable’ dan tidak betah berada dilingkungan tersebut. Salah satu kisah nyata yang penulis alami sendiri adalah ketika menjabat sebagai seorang ketua dalam sebuah organisasi di kampus. Sebagai seorang ketua yang menjabat dalam dua Organisasi sekaligus, otomatis figur seorang ketua selalu dinilai bahkan ditiru oleh mahasiswa lain, namun ketika penulis melakukan sebuah kesalahan yang fatal, dimana persoalan pribadi menjadi pemicu utama adanya konflik, maka penulis pun merasakan suasana ‘uncomfortable’, dimana semua keadaan berubah dan pandangan sebagian orang menjadi berbeda, bahkan banyak diantara mereka yang kecewa. Pada kondisi seperti ini, terlintas sebuah tekad untuk menunjukkan bahwa penulis dapat berubah dan menunjukkan sikap yang lebih baik dari sebelumnya. Berbagai dorongan dari dosen dan mahasiswa lain terus datang seiring dengan melemahnya kekuatan diri. Sebelumnya penulis berpikir untuk pindah kuliah, namun niat itu tak pernah terealisasikan, karena penulis masih mempunyai tanggung jawab dan komitmen terhadap organisasi yang tengah dipimpin. Selain itu, dosen dan mahasiswa lain juga tidak menyetujui rencana itu. Karena adanya semangat dan dukungan, serta tekad yang bulat untuk memperbaiki semuanya, penulis memutuskan berada disana, meskipun suasana perkuliahan selanjutnya yang penulis rasakan tidak nyaman, karena orang-orang terdekat telah menunjukkan sikap yang berbeda bahkan lebih acuh dari sebelumnya, akan tetapi, penulis mencoba menciptakan suasana senyaman mungkin yang dapat menentramkan jiwa dan menjernihkan pikiran. Waktu luang sebelum memasuki jam perkuliahan, penulis manfaatkan untuk pergi ke perpustakaan atau pun mencari informasi mengenai dunia luar, seperti lomba karya ilmiah, bisnis ataupun hal-hal lain yang bermanfaat. Padahal sebelumnya, jarang sekali penulis pergi ke perpustakaan untuk membaca buku perkuliahan, karena penulis banyak menghabiskan waktu berkumpul bersama mahasiswa lain tanpa ada tujuan yang jelas dan hanya membuang-buang waktu. Namun, setelah adanya konflik, penulis dapat mempergunakan waktu dengan lebih baik, berpikir tentang hari esok untuk terus berprestasi dan bersaing mendapatkan nilai perkuliahan yang memuaskan. Konflik itu telah berakhir, namun penulis dapat menata kehidupan yang sedang dijalani tanpa membuang waktu percuma. Dan satu pelajaran yang dapat penulis ambil dari kejadian ini adalah bahwa sebuah kenyamanan itu akan tercipta oleh diri kita sendiri, karena sebenarnya kita sendirilah yang membuat suasana ketidaknyamanan yang selama ini sering kita alami tanpa kita ketahui apa faktor penyebabnya.

Ubahlah kondisi ketidaknyamanan yang kita rasakan saat ini menjadi hal yang menarik untuk kita jalani. Tidak usah melihat hal-hal pahit yang terjadi dimasalalu sebagai mimpi buruk, tapi jadikanlah ia cambuk agar kita tidak jatuh pada lubang yang sama yang telah menjerumuskan kita sehingga kita berada dalam kondisi ketidaknyamanan yang sebenarnya kita ciptakan sendiri. Manfaatkanlah waktu luang yang kita miliki untuk mempelajari kembali ilmu-ilmu yang belum kita pahami secara utuh. Jangan biarkan waktu yang kita miliki terbuang percuma untuk hal-hal yang membentuk diri kita menjadi negatif. Ubah cara berpikir dan bertindak kita. Terus berkompetensi dengan dunia luar. Lupakan hal-hal yang tidak bermanfaat yang akan membuat hati sedih dan gundah. Mulailah bertindak untuk masa depan, perluas wawasan dengan terus mencari informasi yang bermanfaat, perluas jaringan pertemanan yang akan memberi dampak positif. Berhentilah berangan-angan mengenai masalalu yang sudah terjadi dan tidak dapat diubah lagi, karena itu hanya akan menyia-nyiakan waktu kita untuk dapat berkreastivitas dan berprestasai menjadi pribadi yang lebih baik. Tanamkan semangat, optimis dan pantang menyerah, karena masa depan ada ditangan kita dan hanya kita yang dapat membentuk masa depan itu menjadi seperti apa yang kita mau. Berpikir posiflah mulai detik ini juga, ciptakan kreasi dan tunjukan hal yang berbeda dari dalam diri kita dan persembahkan prestasi kita dimata dunia, karena dengan begitu, dunia dapat melihat siapa diri kita yang sebenarnya.




INDRIANI.MONICA

Pandangan Mahasiswa Tentang Pernyataan “ Pendidikan Adalah Filosopi Luhur “

Merujuk pada pernyataan yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah filosopi luhur, penulis berpendapat bahwa pendidikan di Indonesia akan sangat sulit untuk berpedoman pada pernyataan tersebut, hal ini dikarenakan oleh adanya pembentukan pola pikir masyarakat yang tidak memprioritaskan pendidikan sebagai pondasi perkembangan kualitas sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan prodiktivitas suatu bangsa dimasa yang akan datang. Dalam hal ini, ada korelasi timbal balik antara Pemerintah, Lembaga Pendidikan, serta masyarakat, yang mengakibatka pendidikan menjadi suatu formalitas biasa yang tidak didasari oleh aspek potensial manusia untuk memahami lebih dalam tentang hakekat pendidikan pada umumnya.

Selain itu, Pemerintah yang memberikan kebijakan mengenai pendidikan dan Lembaga Pendidikan itu sendiri yang menyediakan fasilitas dan layanan pendidikan, tidak dapat sepenuhnya menyediakan sarana dan pengembangan pendidikan kepada masyarakat sesuai standarisasi pendidikan yang seharusnya, sebagai contoh, biaya pendidikan yang mahal telah menjadi faktor utama bagi masyarakat untuk mengenyanm bangku pendidikan, terutama di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, padahal seharusnya biaya pendidikan dapat dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, sehingga proses untuk mencerdaskan bangsa dapat terwujud, sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang merupakan landasan awal dibentuknya Negara Kesatuan RI.

Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk mewujudkan sebuah pendidikan yang berdasarkan pada filosopi luhur, maka seluruh system di Indonesia harus diubah secara mendasar, terutama dalam hal teknis dan kurikulum yang berkaitan langsung dengan pendidikan yang ada.

The Winner


“ Ini hadiah buat kamu!!!”
Sebuah lilin putih berukuran kecil itu disodorkan Nerrisa ketangan Carla. Tatapan mata Nerrisa memancarkan satu pengharapan. Bias-bias keikhlasan tercermin dari senyumannya yang tulus. Carla tertegun, dua bola matanya sayu, jiwa melankolis itu kembali meradang, memecah pilu sayatan hati yang masih tergores luka.
“ Maksudnya? Kok lilin? Hadiahnya yang bermakna ke!! Hehe..”
Carla masih bisa menyembunyikan sembilu kesedihannya. Ia tertawa saat menerima lilin dari tangan Nerrisa. Carla tidak mengerti apa maksud Nerrisa memberikan lilin itu ketangannya, karena yang ia mengerti sekarang adalah Nerrisa telah menggoreskan sebuah luka dihati Carla dan Carla sangat sedih karenanya.

” Lilin itu sangat bermakna...ia mengorbankan dirinya untuk menerangi orang lain!!”
Mereka saling berpandangan, terbesit rasa kagum dibenak masing-masing. Sesaat, pilu dihati Carla sedikit terobati, rasa marahnya pun perlahan mencair. Carla menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kecut.
” Jadi...maksud kamu, aku ini seperti lilin?”
Nerrisa tersenyum dan meletakkan kedua tangannya diatas pundak Carla.
” Iya, hari ini kamu udah ngebuktiinnya!!! Kamu ngasih kesempatan buat aku menjadi penulis script film di Perancis, meskipun untuk itu kita harus bersaing dan akhirnya aku yang mendapatkannya, tapi kamu tetap ngedukung aku, padahal itu adalah impian kamu semenjak dulu bukan?”
Carla tersenyum mendengar ucapan Nerrisa. Ia malu pada dirinya sendiri yang tidak bisa meraih impian yang selama ini ia idamkan.
” Tapi...kamu bahagia kan?”
Kini, giliran kedua tangan Carla yang berada diatas pundak Nerrisa.
” Aku bahagia Carla...tapi, aku lebih bahagia jika melihat sahabatku bahagia!!! Aku nggak ingin melihat kamu terluka gara-gara aku!! Aku nggak mau persahabatan kita hancur.....lebih baik aku melepaskan semua yang telah aku raih daripada harus kehilangan sahabatku!!”
Carla memalingkan wajahnya dari hadapan Nerrisa. Ia kemudian melihat bintang yang berkelap-kelip dilangit. Airmatanya hampir saja terjatuh, namun sekuat tenaga ia tahan. Ia cermati satu demi satu bintang yang bersinar dilangit. Semua bintang itu bercahaya, namun tidak semua bintang memiliki cahaya yang sama. Ada bintang yang cahayanya sangat terang, ada juga yang redup, bahkan ada sebagian bintang yang tak terlihat cahayanya, padahal bintang-bintang itu memiliki kapasitas cahaya yang sama, namun yang membedakan terang tidaknya bintang adalah jarak antara bintang dengan bumi, semakin jauh posisi bintang, maka tampak reduplah cahayanya.

Sedikit demi sedikit, Carla mulai memahami apa artinya kesempatan, kesempatan yang selalu menimbulkan pengharapan, namun dari pengharapan, Carla selalu merasakan kekecewaan, padahal tak seharusnya ia berpikir seperti itu karena Tuhan telah menganugerahkan potensi yang berbeda-beda kepada setiap manusia, maka dari itulah saat pehrapan kita gagal, kita harus optimis dan memaksimalkan potensi yang dimiliki, karena kemenangan yang sesungguhnya itu muncul dari sebuah kepercayaan diri, kerja keras dan jiwa pantang menyerah yang tak lelah memanfaatkan peluang menjadi wadah optimalisasi yang berujung prestasi.
” La...kamu nggak ngebenci aku kan?”
Nerrisa kembali menatap Carla, sementara Carla masih membisu dengan tatapan dingin.
“ Emangnya kenapa?”
Wajah Nerrisa kini murung, sesekali ia menundukkan kepala dan kembali menatap Carla.
“ Aku nggak mau kamu ngebenci aku!!!”
Matanya mulai berkaca-kaca, namun sikap dingin Carla tidak juga mencair. Semenjak tadi, ia menatap lurus kedepan, tapi kali ini ia menoleh kearah Nerrisa dan tersenyum kecut.
“ Aku punya hak kan untuk ngebenci seseorang atau enggak!!!”
Nerrisa menunduk lesu, ia tidak tau harus berbuat apa lagi. Hati Carla belum juga luluh.
“ Ya...tapi aku nggak mau persahabatan kita rusak gara-gara hal ini!!!”
“ Kata siapa persahabatan kita rusak??”
Dengan cepat, Carla menepis pernyataan Nerrisa. Carla tidak pernah merasakan hubungan persahabatan mereka rusak, terutama karena hal ini.
Sesaat lamanya mereka terdiam. Tak da sepatah katapun terlontar dibibir Carla maupun Nerrisa. Mereka masih mencerna perkataan masing-masing untuk mendapatkan titik terang dari permasalahan yang tengah terjadi.
Suasana Hotel bintang lima itu kini mulai sepi, tak terdengar lagi suara-suara peserta lain dari kamar sebelah, begitupun dengan Carla dan Nerrisa, keduanya mulai dihinggapi rasa kantuk yang menjalar diseluruh tubuh.
“ Udah malem, besok kamu kan harus berangkat pagi-pagi ke Bandara....ga baek buat kesehatan, jam segini belum tidur!!!”
Suara Carla memecah keheningan, tangannya kemudian menutup kaca jendela dan menyibakkan tirai diatasnya. Ia lantas berbaring, mematikan lampu dan mulai memejamkan mata.
“ Besok yang harus pergi ke Bandara pagi-pagi itu kita, bukan cuma aku!! Empat orang peserta yang mendapat hadiah berlibur di Perancis, termasuk kamu... juara satu hanya diberi kesempatan menulis script film,,itu aja!!”
Dengan tegas Nerrisa memaparkan informasi yang ia dapatkan dari panitia. Ia tak ingin Carla berubah pikiran untuk menerima hadiah itu.
“ Aku nggak akan ikut!!!”
Mendengar jawaban dari Carla, Nerrisa mulai kesal. Ia kemudian menyalakan kembali lampu kamar, hingga Carla yang sudah memejamkan mata kini terbangun kembali.
” Jadi... apa mau kamu sekarang ????”
Carla lalu menoleh kearah Nerrisa yang terlihat sedikit emosi. Ia hanya tersenyum dan kembali mematikan lampu.
” TIDUR!!!”

Kamar No.135 itu kini mulai sunyi. Lampu kamar yang semenjak tadi menyinari sudut-sudut ruangan telah padam. Disana tampak Carla dan Nerrisa yang terlelap tidur. Mereka memiliki harapan yang berbeda untuk menyambut hari esok. Dibenak Nerrisa mungkin terbesit harapan untuk segera memulai impiannya esok pagi, tapi...dihati Carla...tak pernah ada yang mengetahuinya. Hatinya sangat tersembunyi untuk dapat mengatakan apa yang ia rasakan saat ini, mungkin ia bahagia...tapi entahlah!!! Semua masih misteri really...


To be continue
By : Indriani