Wednesday, August 29, 2018

DAILY ACTIVITY 4




    Dua hari ini, meeting online sudah mulai dijalankan dan cukup efektif. Mengingat para peserta adalah rata-rata pengusaha dan pelaku UMKM, maka meeting online adalah solusi untuk mendiskusikan acara bazar nanti tanpa harus menyita banyak waktu.
   
    Menjadi ketua bukanlah hal mudah, terutama ketika kita harus memanage sumber daya manusia yang rata-rata memiliki pemikiran dan ego masing-masing. Seperti pada meeting online pertama, aku nyaris emosi karena ada dua orang yang ingin membatalkan lomba design dan fashion show dari sampah non organic, namun beruntung, peserta lainnya mendukung ideku itu dan lomba pun tetap dilaksanakan.

    Aku adalah orang yang cukup temperamen dulu, namun semakin lama aku bisa belajar mengendalikannya. Dari dunia asuransi aku belajar banyak hal, diantaranya adalah belajar bersabar, menjadi pendengar yang baik, ramah dan bisa mengendalikan emosi. Apa jadinya kalau aku masih temperamen dan marah habis-habisan kepada calon nasabah yang menolak untuk membeli polis.

    Hari ini aku masih demam, tapi aku ada kewajiban untuk menghadiri meeting di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat. Kali ini aku pergi dengan dua orang sekretarisku (yang satu adalah sekretaris baru yang masih berstatus mahasiswa).
Hadir dalam rapat kali ini orang-orang penting, diantaranya yang masih aku ingat adalah presiden direktur sebuah perusahaan, lalu Ibu ketua perwira (entah apa singkatannya aku lupa).
Rapat ini membahas banyak hal, diantaranya adalah komunitas ABCGM (Akademisi, Business, Community, Government, Media). Ini merupakan komunitas yang sangat bagus karena anggotanya terdiri dari berbagai orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda dan saling support untuk mencapai tujuan bersama.
Selain komunitas, yang dibahas tadi adalah tentang rencana pembuatan pabrik kelapa sawit di Pangandaran. Sabut kelapa sangat bermanfaat di sini, karena bisa dijadikan peredam untuk mobil Mercy, Ferari,dll. Yang jelas aku dengar tadi hanyalah satu kata, PANGANDARAN. Ah sudahlah, aku masih baper dengan nama kota itu.
Dan terakhir yang dibahas adalah E-Commerce untuk pelaku UMKM dengan fasilitas yang lebih canggih. Yang ini susah dijelaskan lebih detail, karena banyak sekali istilah-istilah IT di sana.
   
    Selesai meeting, Pa A mengenalkan aku kepada beberapa orang yang berada di sana dan  aku memberikan kartu nama di Perusahaan Asuransi. Dan ternyata Ibu Perwira mengatakan bahwa anaknya juga agen di sana, sedangkan beliau akan masuk di perusahaan merah karena diajak para dokter di RSHS. Luar biasa ternyata, sekarang agen-agen asuransi adalah orang-orang berkualitas dan dari kalangan-kalangan profesional, seperti dokter, pejabat, Direktur utama, istri jendral,dll. Jadi sekarang tidak ada lagi alasan untuk malu mengakui profesi sebagai agen asuransi.

    Sesampainya di rumah, perasaan baper itu datang kembali. Entah apa alasannya. Dan kali ini aku terbiasa curhat dengan T.Linda. Setelah aku tidak satu perusahaan lagi dengan T.Devi, aku menjadi lebih sering bercerita apapun dengan T.Linda, termasuk masalah pribadi tentang Jingga dan Biru. T. Linda sudah aku kenalkan kepada T Devi, saat kita bertamu dihari ulang tahun T. Devi. T. Linda adalah teman di Perusahaan B, dia juga nasabahku di Perusahaan Z dan temanku di Organisasi UMKM, sehingga aku intens berkomunikasi dengannya. Aku bahkan sering menjemputnya jika menghadiri meeting atau acara-acara lainnya. Dia tidak menghakimi apapun yang aku sampaikan, bahkan ketika aku murung, dia tau letak masalahnya dimana.

    Seperti malam ini, dia langsung tau bahwa aku sedang campur aduk memikirkan target asuransi, buku dan Biru yang akan segera melepas masa lajangnya. Bisa saja, ternyata dia adalah pendengar yang baik dan kakak yang begitu sabar dan bijaksana. Beruntung, dimanapun aku berada, aku selalu mendapatkan orang baru yang dijadikan saudara.

    Disela rasa baperku malam ini, aku berpikir juga tentang kesenjangan sosial. Bagaimana tidak, setelah pertemuanku dengan orang-orang penting, bisa makan enak, pernah merasakan nyamannya hotel bintang lima, dll, tiba-tiba aku melihat seorang ibu dan anaknya di jalanan tengah memakan makanan yang jatuh seraya tertawa. Airmataku menetes. Aku yang melihatnya ketika mengendarai motor merasa tersayat. Aku lalu memiliki keinginan kuat agar kelak orang-orang yang saat ini belum beruntung bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan bisa merasakan berada di tempat yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

    Hidup memang bukan hanya tentang seberapa banyak uang yang kamu miliki, seberapa luas dan mewah rumah yang kamu tempati, seberapa mahal barang-barang bermerk yang kamu pakai, seberapa tinggi pendidikanmu. Bukan, memang bukan itu inti dari hidup, tapi seringkali kita diremehkan, dipandang sebelah mata, disudutkan dan dianggap tak layak berada dalam sebuah kelompok hanya gara-gara hal di atas.
Akan tetapi, apapun penilaian orang terhadap kita, aku rasa diri kita lebih berkuasa untuk mengendalikan perasaan kita sendiri. Anggap saja biasa apa yang mereka katakan. Tetap tersenyum dan jalani hari ini dengan sebaik-baiknya, karena kita tidak pernah tahu tentang kejutan apa yang akan diberikan Tuhan setelah ini ketika kita mampu bersyukur setiap harinya.

   



Sunday, August 26, 2018

DAILY ACTIVITY 3




    Mendua itu melelahkan. Itu yang sering orang keluhkan ketika mereka harus membagi fokusnya selama ini. Ternyata memang benar, mendua itu tidak semanis yang dibayangkan selama ini, baik mendua dalam hal hati, maupun pekerjaan. Tapi kali ini yang akan aku bahas adalah masalah pekerjaan.


    Dari hari kamis, jadwalku kali ini sudah cukup padat, mulai dari harus datang ke Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat untuk mengikuti sosialisasi sebelum acara pelatihan dimulai pada bulan September, lalu hari selanjutnya adalah meeting di Cibaduyut, survey lokasi dan merampungkan proposal, serta mencari sekretaris baru yang digaji agar bisa stay di kantor kesekretariatan, dan terakhir adalah bertemu pengusaha yang sudah direncanakan jauh-jauh hari hingga aku dan teman harus menemuinya di Kebun cengkeh karena orangnya sangat sibuk dan kebetulan kali ini dia sedang berada di Bandung dan tengah survey ke perkebunan miliknya.

    Lelah? Pasti. Berangkat pagi dan pulang malam, itu yang aku lakukan selama ini, nyaris seperti ketika awal-awal aku kuliah, dimana waktu itu aku sibuk organisasi, berjualan, mengajar ditempat les dan menjalankan Event Organizer. Dan kali ini ceritanya hampir sama. Dan jika sudah seperti ini, susah sekali menjalankan semua dengan seimbang, karena kadang-kadang ada yang lebih kita utamakan dan yang lainnya kurang menjadi prioritas utama.
Seperti hari ini, aku tidak berangkat meeting ke Perusahaan Z, karena badan pegal semua dan masih ada tugas lain yang harus segera diselesaikan. Tapi syukurlah, hari ini aku mendapatkan seorang sekretaris dan IT baru, sehingga tugas-tugas mulai sedikit terasa ringan.

    Aku tidak pernah bisa setengah-setengah ketika berkecimpung dalam kegiatan apapun. Seperti sekarang, menjadi ketua pelaksana untuk acara besar yang mendatangkan Gubernur, para pengusaha, selebritis dan Presiden sungguh tidak bisa main-main. Bahkan, panitia sudah saling support untuk acara ini, salah satunya adalah Bpk S yang merupakan komisaris dari properti dan beberapa sektor bisnis lainnya yang sangat mendukung dan memfasilitasi kemajuan para anggota dan kesuksesan acara. Salah satu fasilitas dari beliau adalah sebuah tempat yang bisa dijadikan gerai pleh para pelaku UMKM, lalu fasilitas apartemen dan tempat untuk acara nanti tanggal 8 November.

    Dan karena kesibukan itulah, fokus didunia asuransi sedikit berkurang, meskipun aku memasukan asuransi dalam tiket acara, namun yang masuk adalah asuransi dari Perusahaan B, sedangkan untuk Perusahaan Z, aku merencanakan untuk menawarinya menjadi sponsor, sehingga nanti Perusahaan tersebut bisa membuka stand di sana dan mengisi acara sekitar 30 menit untuk persentasi.

    Selain mengurus hal-hal di atas, aku juga tengah sibuk untuk mempersiapkan sebuah buku yang bertema sastra yang nyaris selesai sekitar 60% dan hal ini sudah aku persentasikan ke beberapa pihak yang berminat untuk kerjasama.
Sedangkan untuk menjadi model beberapa produk yang sudah endorse, diantaranya dua merk tas dan sepatu hiking bisa aku lakukan tanpa perlu menyita banyak waktu. Yang aku tunda selain hal-hal itu adalah membuat film, padahal Bpk A sudah memfasilitasi dan beliau bahkan ingin aku untuk ikut serta dalam lomba film KPK, dimana proposalnya terlebih dahulu yang dikirimkan dan jika lolos seleksi, maka aku akan didanai untuk membuat film tersebut. Namun, sepertinya aku tidak bisa ikut lomba tersebut, karena deadline tanggal 30 Agustus. Untuk film, bulan ini aku sudah membuat skenario film pendek, dll untuk acara nanti tanggal 8 November dan rasanya ada kepuasan tersendiri ketika karya kita diapresiasi oleh orang lain.

    Lelah? Tentu. Tapi, aku bukan anak seorang pejabat, atau anak seorang pengusaha besar yang dengan mudah bisa membeli apapun dengan hanya menggesekkan kartunya. Aku perlu langkah dan keringat sendiri untuk mewujudkan apapun yang aku mau, entah itu pendidikan ataupun barang-barang baru. Jadi, karena hal itulah aku harus bisa menghibur rasa lelahku sendiri.
   
    Sekali lagi aku katakan, mendua itu sungguh melelahkan. Ini baru masalah pekerjaan, bagaimana jika mendua dalam urusan hati? Mungkin akan banyak skenario-skenario baru yang ditampilkan, entah itu tentang kejujuran atau kebohongan, tapi pasti ujung-ujungnya akan menyakitkan. Jadi sudahlah, jangan mendua ya, satu saja cukup. Tapi, satu yang tak hanya status palsu.hehehe


KEMELUT



Jalan-jalan menghujat dan angin turun melintasi.
Resahnya mengalir pada tanggal di atas kalender tua.
Bisik, berbisik kerikil-kerikil pada rongga dada.
Sesak,  hening, kosong.

Sepertinya kertas-kertas tengah bersorak-sorai.
Berpesta dengan lembaran-lembaran tanpa goresan.

Kosong,  sekali lagi kosong!
Meluap, tak tertahankan.
Terima saja dan berikan airmata!
Kalimatnya adalah penanda,
Dan usai,  selesai apa yang ingin langit bicarakan.

Gaduh adalah titik perhentian ketika nafas hendak diarak-arak.
Berhenti!  Dan ulangi sekali lagi!
Beri aku imajinasi.

Dan angka-angka dalam kertas  hanya berdesakan dikepala.
Nilainya berhamburan seperti potongan khayalan.

Hentikan!
Akhiri semuanya!
Biarkan nafasnya terbenam dan peluh itu tidur.

Kusut!
Dan wajah-wajah menjadi muram!
Selesai!
Harapnya tanggal dan malam berkemas tanpa sisa.
Putus asa..

Thursday, August 23, 2018

MELEPASKAN



Dan pada akhirnya, jarak akan memulai ceritanya sendiri.
Berjalan pada kegaduhan dengan apa yang ia sebut sebagai sepi.

Lalu fajar bercerita tentang bulan yang tidak ingin segera terbenam,  padahal mentari telah terbit disela pagi.

Apa kabar?
Dan hari-haripun menjadi sebentuk etalase tanpa ada satupun barang yang dipajang.

Jalanmu panjang,  jalanmu terbentang, tapi jangan kau beri judul "Perpisahan", tapi tulis saja "Kerinduan".
Selamat jalan.

- INDRIANI -

Monday, August 20, 2018

Biru, ini Rindu!


    Selepas suaranya menghilang di balik telepon, kebingungan menyergapku tiba-tiba. Biru dan Jingga, masih saja tentang mereka. Mereka datang bersama-sama, meski nyatanya Jingga lebih dulu menautkan hati, tapi Biru selalu ada mengiringi. Jingga, tak ada kata lain selain mengingatnya sebagai yang “pertama”, sedang Biru selalu aku kukuhkan dengan rasa rindu.

    Jingga sudah lama menghilang dalam debar-debar yang menggelitik dalam dada, padahal mulanya hanya Jingga yang mampu memporak-porandakan isi kepala, tapi kemudian Biru mengangkatku. Biru kerapkali menjadi sandaran tatkala Jingga menjatuhkan.
Jingga adalah debaran, sedang Biru adalah rasa nyaman.
Jingga tahu tentang Biru dan Biru mengenal siapa Jingga. Hingga kini, tiba-tiba semua tak ada. Hingga kini, yang tersisa adalah nama-nama yang tak bernama.

    Jingga, dialah yang orang katakan sebagai kegilaan cinta pertama, sedang Biru adalah ketenangan diantara lagu-lagu yang berujar akan pilu.
Jingga lalu hilang dan Biru baru saja tiada. Langit menjadi rapuh dan penyangganya berjatuhan.

    Kalau saja Jingga datang sekali lagi, aku ingin berkata bahwa dia istimewa. Kalau dia datang sekali lagi, aku ingin mengatakan bahwa aku kecewa. Bahwa sakit yang dia tinggalkan masih saja berkobar-kobar tak padam. Bahwa kenangan-kenangan yang telah susah payah dibingkai, baru saja menjadi bangkai. Jingga, satu kata yang disematkan dalam namanya, dusta.

    Kalau Biru kembali lagi suatu waktu, aku ingin berbisik padanya tentang kata terimakasih. Kalau biru datang lagi, aku ingin berteriak bahwa dia adalah bunglon dan aku tak bisa mengenali warna aslinya. Aku tak bisa mencerna kata-kata yang ia eja terbata-bata.
Aku mengenalnya, dia mengenalku, namun lidahnya selalu menyangkal bahwa aku mengenalnya.

    Biru, kalau saja Jingga masih di sisiku, kau akan menjadi malaikat penjaga yang menemaniku setiap waktu. Kalau saja Jingga masih menetap dalam pusaran-pusaran rindu, kau selalu setia sebagai pencinta yang menggaungkan kata tulus. Kalau saja Jingga ada, kau selalu menjadi yang paling tangguh diantara semuanya. Tapi, setelah tak pernah ada lagi nama Jingga yang aku sebut. Setelah Jingga lenyap bagai cerita yang tak bermula, kenapa kau mulai terasa beda? Apakah kau hanya ingin berebut piala dengannya? Apakah kau hanya ingin tahu rasanya memenangkan piala itu, meskipun setelah dia?

    Denganmu, aku mengerti tentang kata menghargai. Denganmu aku paham tentang ikatan yang tak hanya berupa debaran-debaran. Denganmu yang tak sama dengannya. Denganmu yang sekejap namun terasa begitu lama dan dengannya yang lama tapi terasa tak nyata. Dia adalah buncahan, sedang kau adalah kasih sayang.

    Aku bukan sebuah piala, camkan itu! Bisakah Biru masih sebiru yang dulu? Tak usah menjadi biru tua atau biru muda, tapi aku hanya ingin Biru. Biru yang pasti aku cari kapanpun sedih dan bahagia menyergapku. Biru yang siap sedia tatkala aku harus mengangkat senjata. Biru yang salalu ada mendampingi meski secara tak sadar aku menyakiti berulangkali. Masih adakah Biru yang seperti itu?

Warna adalah pemikat yang memiliki batas waktu. Batas di mana pendaran warnanya kelak menenggelamkan nama-nama dari keindahan. Jingga, langit tak akan lupa bagaimana mulanya aku terpana. Terpana yang akhirnya tertusuk panah cinta.
Biru, langit selalu tahu bagaimana dulu aku terpikat dengan tangguhmu. Tangguh yang lalu menikam dan membunuh.

Warna tak lain adalah rahasia. Rahasia di mana rahasia lainnya diletakkan. Kalau sudah begitu, maka sebenarnya mataku tidak sedang melihat warna yang berwarna.
Seperti ketika melihat Jingga yang tidak benar-benar berwarna Jingga, atau melihat Biru yang sebenarnya hitam kelabu dan abu-abu.

Untuk Biru, beri aku waktu!
Aku masih rindu..

Sunday, August 19, 2018

PATUH


    Pada hari ini, pada apa yang bisa aku tulis namun sulit aku ucapkan. Apa yang menjadi rahasia di bibir bulan. Apa yang menjadi perih di ujung pelita matahari. Jelaskan, jelaskan sekali lagi Tuhan, apa itu kebebasan? Jelaskan, apa lebih baik memakai topeng bahagia untuk bersanding dengan ribuan luka? Apa lebih baik seperti dia yang kerapkali bersembunyi dari suara hatinya sendiri?

    Bukan, bukan karena dia kelak akan “dimiliki”. Bukan, bukan karena tinggal menghitung hari dia akan berucap janji sehidup semati. Bukan, bukan karena itu air mata lantas turun berjatuhan. Bukan, sekali lagi bukan karena itu rasanya bumi tak sama lagi. Tapi, karena dia hendak memutuskan tali, tatkala kapalnya mulai berlayar pergi. Ada apa? Apa dia terlalu takut jika ada yang masih tertinggal di belakangnya, lalu dia teringat lagi? Ah entahlah, aku tak pernah mengerti bahasanya. Dia selalu berkata tentang kejujuran dihadapan semua mata, tapi tidak di depan mataku.

    Salah siapa, jika denganku kau masih mengeja debar-debar jantung itu? Salah siapa jika beriringan tak bisa membuatmu tenang menggandeng tangannya? Salah siapa? Ya, semua mungkin salahku yang hadir sebagai kata “dosa”, bukan kata “ibadah”.

    Gandenglah tangannya! Biarkan aku melihatmu bergandengan. Biarkan aku mendengar kelak ada suara-suara suci dari sang bayi. Biarkan aku berada di sana sebagai penonton, pendengar dan penikmat rasa bahagia yang tak sempat aku rasa. Biarkan aku! Tak perlu menguburku..

    Aku tak akan melepaskan tanganmu darinya! Aku tak akan mengungkit-ungkit siapa namamu dimasalalu. Aku tak akan seperti itu.
Salahkah aku jika aku hanya ingin melihatmu dengannya? Kalau begini, siapa yang sebenarnya tak kuat? Kau ataukah aku?

    Aku tak pernah paham bagaimana alur pikiranmu dari dulu. Apa yang selalu kau sembunyikan di ruang itu? Aku tak mengerti. Teriakkan padaku sekali lagi, kenapa kau mau menguburku setelah kapal itu datang menjemputmu? Bahkan kucing-kucing liar pun tak pernah bisa berlari dari sosok yang pernah menyentuhnya dalam hati. Kenapa? Kenapa kau begitu mudah memberi hati lalu menghempaskannya untuk mati?

    Daun-daun berjatuhan dari langit. Nama-nama menggurita mencengkaram kemarahan. Sang pendosa mengadu pada Tuhan, betapa dia merindukan dosa yang pernah ia lakukan. Sang pendosa marah, kenapa hatinya ia sebut sebagai dosa. Kenapa? Kenapa semua semakin menyudutkannya di balik jeruji  kebahagiaan yang kini menguncinya?

    Ah, sudahlah.. karena dia adalah sayap-sayap patuh yang kini ingin tahu rasanya terbang. Karena dia tak bisa terbang dengan kura-kura yang hanya bisa membuatnya merayap. Mungkin dulu dia yang tergila-gila dengan kura-kura dan tempurungnya yang keras, tapi setelah dia tau rasanya berjalan dengan kura-kura, dia tak lagi punya rasa penasaran. Dan kini dia ingin terbang berasama elang, menjelajahi langit-langit biru dengan anak-anak yang kelak akan memanggilnya dengan sebutan malaikat waktu.

    Aku tak ingin begitu, tak pernah mau seperti itu. Aku ingin berjalan ketika kakiku ingin berjalan. Aku ingin berlari ketika hatiku mengajaknya berlari. Dan aku tak akan kemana-mana, selama namanya masih bersemayam di sana.
Gajah, beruang, harimau, macan, semua tahu dimana hatiku bersemayam. Aku tak pernah bisa bersandiwara dengan hati. Aku tak bisa beramain teka-teki. Tak bisa, tak pernah bisa.

    Sebut aku pendosa! Sebut aku rumput liar! Sebut aku apa saja, selain kata “PATUH”. Sebut aku, sebut apapun itu! Aku tak peduli.

Dari rambutnya, jembatan-jembatan  dibangun sebagai pengingat masa lajang. Panjang,  terurai, tergerai, tak ada batas, tak bersekat. Dia bisa berlari ke mana-mana. Mungkin dia akan mampir sekali-kali saat bosan. Mungkin dia akan lupa selamanya, saat dia mengukir bahagia di sana.
Patuh, dia selalu mengangguk saat harus berjalan ke depan. Dia tahu kapan harus berpetualang dan kapan harus pulang. Dia tahu, dia mengerti, dia patuh.
Sedang aku tak ingin segera kembali. Aku masih ingin bermain di sini. Aku mengingat namanya seringkali saat sepi. Aku rindu suaranya setiap pagi.
Aku resah kali ini. Aku kacau. Aku.. aku pergi!


Thursday, August 16, 2018

Daily Activity 2



Sabtu, 11 Agustus 2018
   
    Di Rumah Indri Albis, pertemuan AHINDO kembali berlangsung. Agenda kali ini adalah rapat untuk acara Cibaduyut Kuliner Selebritis 2018. Setelah musyawarah panjang, akhirnya aku terpilih menjadi ketua pelaksana. Memang, awalnya aku sempat ragu, apakah aku bisa melakukan tugas sebagai ketua dalam acara yang besar seperti ini, dimana banyak pengusaha, pejabat dan artis terlibat di dalamnya. Tapi, ini justru tantangan baru bagiku dan aku senang bukan main karena bisa mengeluarkan ide-ide dalam kepala dan ide itu juga disetujui para pembina dan anggota. Dan hal yang aku syukuri  di sini adalah bahwa nanti aku harus koordinasi secara intens baik dengan Gubernur maupun Walikota untuk mensukseskan acara ini.

Minggu, 12 Agustus 2018   
   
    Pemotretan dengan tema Army. Kostum kali ini kurang all out, karena ada kesalahan teknis. Seharusnya aku memakai celana kargo, atasan army, hingga topi dan pistol mainan dan sepatu Delta, tapi jadinya aku hanya memakai kaos army, jaket parka warna hijau tosca dan sepatu boots Delta warna Krem. Aku sangat suka dengan sepatu Delta ini, karena selain nyaman, juga terlihat keren, hanya saja karena warnanya krem, jadi cepat kotor.

    Dan untuk makeup, rasanya kurang eksotis untuk di luar ruangan seperti ketika pemotretan di Forest Walk. Memang, setiap kali pemotretan, orang yang memakaikan makeup itu berbeda-beda (perias atau entah apalah istilahnya). Aku makeup nude dan gotik, sehingga kesannya terlihat misterius, meskipun kulit wajah jadi terlihat cokelat dan lipstick gelap, tapi itu keren menurutku, dibanding warna-warna cerah dan terkesan girly.

13 Agustus 2018
   
    Seharusnya hari ini meeting ke kantor, namun aku izin karena mag kambuh dan rasanya mual bukan main.

14 Agustus 2018

    Aku coaching dengan Agency Director di rumahnya. Bu Nisa heran dengan aktivitasku beberapa minggu ke belakang. Akhirnya aku berterus terang bahwa aku melakukan pemotretan dan aku ternyata menyukainya, tapi aku tau hal ini membuat fokusku di dunia asuransi jadi terganggu, hingga aku memutuskan untuk tidak terlalu serius untuk pemotretan. Bu Nisa kemudian memintaku untuk kembali fokus pada target dan dia meminta laporan rutin setiap harinya. Aku setuju dan dia memberi pinjam buku “Piece of MIND” karya Sandy MacGregor agar aku bisa memetakan pikiran dan mengaktifkan kekuatan pikiran bawah sadar untuk mencapai tujuan.

15 Agustus 2018

    Hari ini fokus prospek dan membantu orangtua di pabrik. Dan hari ini aku mulai memikirkan cara meningkatkan usaha keluarga karena sejauh ini, belum ada inovasi yang cukup signifikan.

16 Agustus  2018

    Masih aktivitas prospek dan pergi ke Lembang karena hari ini ternyata pendaftaran terakhir pelatihan mengolah susu. Aku sangat bersemangat karena dari dulu aku butuh ilmu untuk itu. Hal ini dilatarbelakangi oleh produk susu kedelai yang aku buat selalu memiliki masalah dalam ketahanannya, sehingga aku ingin lebih mendalami bagaimana cara untuk mengantisipasi itu. Aku tidak hanya bisa membaca secara teori, tapi aku harus terjun secara langsung. Dan di sini tempatnya. Tadi aku mengirimkan persyaratan berupa fotocopy KTP dan foto 4 lembar, lalu mengisi formulir yang cukup panjang, seperti sedang melakukan psikotes. Menurut panitianya, nanti akan diseleksi lagi, lalu dikabari siapa yang terpilih. Jika terpilih, maka peserta akan diberikan penginapan gratis dan uang saku.
Kesempatan tidak akan datang dua kali. Aku tau, kemarin saat aku meminta ijin kepada Bu Nisa untuk ikut pelatihan ini, dia tidak setuju karena hal ini akan mengganggu aktivitas prospekku dan target produksi juga semakin lama tercapai. Mulanya aku mengiyakan bahwa aku tidak akan ikut pelatihan ini. Tapi, hatiku berkata lain. Aku harus ikut dan orang tua menyetujuinya. Aku sepertinya memiliki masalah dengan fokus, tapi sebetulnya aku hanya membagi waktu saja. Aku tetap memprioritaskan asuransi, tapi rasa ingin tahuku terhada inkubasi susu, pasteurisasi susu, dll susah untuk dihalangi.
PR aku sekarang lumayan banyak, selain membina tim dan mengejar target di Asuransi sebagai AM, memegang amanah sebagai ketua pelaksana pada acara Cibaduyut Kuliner Selebritis 2018 (8 September 2018), aku juga harus mengikuti pelatihan demi mengembangkan produk tahu dan susu kedelaiku selama ini. Semoga semuanya dimudahkan. Aamiin.

    Oya, dan terakhir masalah jodoh. Akhir-akhir ini banyak sekali temanku mengenalkan teman-temannya kepadaku, terakhir adalah seorang arsitek yang dikenalkan tadi malam. Jujur, dari semua yang mereka kenalkan, seingatku ada lima orang, sepertinya teman-temanku memberikan kenalan orang-orang yang punya uang banyak atau pengusaha atau orang-orang dengan profesi yang oke, tapi ujungnya jadi seperti bisnis dan tidak ada hati di dalamnya. Aku sering laporan juga pada Ibu dan jawaban Ibu tadi sungguh di luar dugaan. Dia bilang bahwa aku tidak usah cepat-cepat ingin menikah karena ayah dan ibu  juga tidak memaksa harus nikah. Ibu bilang, jangan mendengar omongan-omongan di luar, karena bagaimanapun orangtua ingin anaknya bahagia. Ibu tidak mau aku menikah karena terpaksa dan tergesa-gesa, lalu menyesal pada akhirnya.

    Ini sungguh aneh. Ibu aku juga sepertinya tahu bahwa aku memilih calon sepertinya tidak memakai hati. Dia tidak ingin begitu. Aku bersyukur memiliki orang tua yang memberikan aku kebebasan, tentang kapan aku mau menikah ataupun tidak menikah sekalipun, meskipun aku tahu bahwa yang mereka khawatirkan adalah ketika mereka berdua tidak ada, hidupku akan bagaimana? Mereka memikirkan itu karena tahu bahwa saudara kandung tidak akan sebaik orangtua. Entahlah, aku tidak ingin banyak berpikir kali ini, karena aku sudah sangat lelah.



Thursday, August 9, 2018

Wednesday, August 8, 2018

Belajar dari Film Cars 3



Tanpa sengaja hari ini aku melihat film Cars 3, karena keponakanku Zein yang berusia tiga tahun sangat menyukai film apapun yang berkaitan dengan mobil. Uniknya, kali ini aku menyukai alur ceritanya. Lightning McQueen yang selama ini selalu berjaya di sirkuit balapan, harus menerima kekalahan pertamanya oleh mobil balap baru yang lebih fresh dan canggih, Jackson Strom. Pada awal kekalahannya, McQueen tidak terlalu khawatir, meskipun sikap Strom yang sangat sombong, terutama ketika semua media mulai menyorotnya. Namun, lama-kelamaan, McQueen mulai mengalami masalah baru, terutama ketika satu persatu teman-temannya pensiun dan digantikan oleh mobil-mobil baru.
Dengan performa yang masih sama dan terbilang tua, McQueen mati-matian berusaha untuk mengalahkan Storm, namun apa daya, dia malah mengalami kecelakaan yang luar biasa di sirkuit.
   
    Setelah kejadian itu, McQueen mengisolasi dirinya dan dia sering memutar rekaman mantan mentornya, Doc Hudson. Tapi, tak berlangsung lama, setelah itu dia mendapatkan kejutan baru dari Rusty dan Dusty (pemilik tim balap McQueen) yang mengirimnya ke pusat balap mutakhir yang baru milik Sterling. McQueen lebih terkejut lagi saat mengetahui bahwa mereka telah menjual Rust Eze kepada Sterling dan Sterling menugaskan McQueen untuk bekerja dengan pelatih wanita, Cruz Ramirez.

    Dari pertemuannya dengan pelatih inilah, McQueen mulai berlatih dengan lebih serius dengan mengadaptasi teknologi-teknologi baru agar bisa bersaing dengan mobil-mobil balap saat ini. Namun, semua tak berjalan semulus itu, McQueen yang keras kepala, kadang-kadang sering mengabaikan arahan dari Cruz. Sampai suatu ketika McQueen menggunakan simulator balapan dan mengacaukan semuanya, Sterling kemudian marah dan sedikit kecewa sehingga memutuskan agar McQueen pensiun. McQueen diiming-imingi dengan uang lain yang akan didapatkan dari penjualan produk-produk dengan merk McQueen. Namun, McQueen menolak dan memohon agar dia diberi kesempatan satu kali lagi untuk balapan dan jika dia kalah, maka dia setuju untuk pensiun. McQueen ingin agar dia sendiri yang memutuskan kapan dia pensiun. Sterling kemudian setuju.

    Sejak itu, McQueen berlatih sungguh-sungguh dengan ditemani oleh Cruz. Mereka seringkali berdebat, seperti dalam menentukan tempat untuk latihan, dimana McQueen memilih pantai untuk latihan dibanding simulator.
Cruz akhirnya menuruti kemauan McQueen dan dia juga ikut balapan, meskipun diawal-awal cukup kewalahan karena latihan langsung dilapangan jauh berbeda dengan latihan menggunakan simulator.
Hingga kemudian, mereka menemukan arena balapan di dekat pantai. Mereka berdua mendaftar dan McQueen tidak memberikan identitasnya yang asli, tapi dia melakukan penyamaran.
Setelah masuk ke dalam arena yang berlumpur, mereka kaget bukan main, karena arena itu bukanlah tempat balapan yang seperti mereka bayangkan, tapi itu adalah arena dimana mobil-mobil yang berada di situ saling menghancurkan satu sama lain. McQueen dan Cruz yang tidak bisa keluar dari arena, kemudian berjuang sekuat tenaga. McQueen memang bisa lolos setiap kali mobil lain akan menghancurkannya, namun terakhir dia tidak bisa melaju dari lumpur, meskipun lawannya yang sangat tangguh sudah tidak berdaya untuk melawannya lagi. Cruz kemudian memenangkan pertarungan ini. Penyamaran McQueen lalu terbongkar setelah dia kena semprotan air dan lumpur dalam bodynya luntur. Penonton sangat senang mengetahui bahwa McQueen berada di tengah-tengah mereka, namun berita yang muncul justru semakin menyudutkan McQueen dengan mengatakan bahwa McQueen benar-benar sudah layak untuk pensiun.

    Di perjalanan pulang, Cruz tidak bisa berhenti berbicara. Cruz senang bukan main karena bisa menang untuk pertama kalinya, namun McQueen tidak mengindahkan ucapan-ucapan Cruz dan dia justru frustasi karena latihannya selama ini sia-sia. McQueen tidak yakin bisa menang mengalahkan Strom, selain dia sudah tua, kecepatannya pun tidak bisa menyamai kecepatan Strom. Karena rasa frustasi yang menghantui McQueen, dia kemudian menjatuhkan piala yang didapatkan oleh Cruz hingga patah. Cruz kemudian marah dan memutuskan untuk keluar dari mobil dengan mengatakan bahwa dia dari dulu sangat ingin jadi pembalap profesional seperti McQueen, namun dia selalu dianggap tidak bisa. McQueen menyesal dan menyuruh Cruzz untuk masuk kembali, tapi Cruzz tidak mengindahkannya. Dia memutuskan untuk berhenti menjadi pelatih McQueen dan kembali ke pusat pelatihan.

    Setelah mengetahui bahwa Strom menetapkan rekor lap baru, McQueen kemudian meminta nasehat dari sahabatnya Mater. Mater menyarankan agar dia melacak mentor Doc, Smokey.
McQueen juga menyusul Cruz setelah dia mengungkapkan bahwa dia telah memperbaiki pialanya dan meyakinkan Cruz untuk ikut dengannya.
Cruz menerima permintaan maaf McQueen dan keduanya pergi ke kampung halaman Doc di Thomasville, Georgia.
Mereka kemudian bertemu dengan Smokey dan teman-teman lama Doc. Smokey mengungkapkan bahwa meskipun Doc tidak pernah balapan lagi setelah kecelakaan, namun Doc menemukan kebahagiaan baru yaitu ketika mengingat kenangannya saat bisa melatih McQueen. McQueen terharu mengetahui hal itu dan dia sangat merindukan masalalunya saat dia masih muda dan berjaya.
   
    McQueen masih ragu bahwa dia akan bisa secepat Strom, namun Smokey dan teman-temannya meyakinkan McQueen dengan mengajarinya cara mengemudi lebih cerdas daripada Strom. McQuenn kemudian balapan dengan Cruz (Cruz berpura-pura sebagai Strom). Namun, saat balapan terakhir, Cruz tiba-tiba menyusul McQueen hingga McQueen kembali teringat pada pengalamannya saat kalah dari Strom dan mengalami kecelakaan. McQueen mulai tidak percaya diri lagi.

    Balapan dimulai dan berkat dorongan dari Smokey dan teman-temannya, McQueen bisa melewati barisannya secara bertahap. Namun, Sterling masih meragukan kemampuan McQueen dan yakin bahwa McQueen tidak akan menang. Sterling kemudian memerintahkan Cruzz untuk kembali ke pusat balap untuk mulai mempersiapkan pembalap lain untuk mengisi acara berikutnya, tapi Cruz bersikeras untuk tetap tinggal dan menyaksikan balapan. Cruz kemudian menuruti perintah Sterling setelah Sterling marah dan mengatakan bahwa Cruz bukan seorang pembalap, sehingga tidak semestinya berada diarena balapan.

    McQueen yang mendengar hal itu, meminta Cruz kembali dan menggantikannya pada putaran selanjutnya. Sterling menolak dengan keras, namun akhirnya Cruz menggantikan McQueen dengan nomor yang sama seperti McQueen yang ditempelkan dalam tubuhnya.
Dan setelah perjuangan panjang, Cruz kemudian bisa mengalahkan Strom.
Cruz lalu muncul pada sebagai pemenang, disertai oleh McQueen.

HIKMAH FILM DARI INI:
   
    Roda tak selamanya di atas. Tidak selamanya kita muda, berjaya dan diliputi oleh kemenangan. Setelah pesaing muda datang dengan sesuatu yang masih fresh dan dengan inovasi baru, maka sudah seharusnya kita pun melakukan inovasi. Kesalahan besar bahwa kita mengharapkan hasil yang berbeda dengan performa yang sama.
Menjadi tua itu pasti. Sehebat apapun kita dimasalalu, estafet atau regenerasi itu diperlukan.
   
    Seperti saat ini, dimana internet sudah merajai segala bidang, para pedagang konvensional yang tidak melakukan inovasi terus mengeluh bahwa dagangannya tidak laku seperti dulu, padahal hampir semua transaksi jual beli saat ini semuanya online. Bukankah sudah seharusnya para pedagang konvensional mulai mengikuti perubahan itu dan belajar hal-hal yang diinginkan oleh konsumen pada masa kini.

    Ini pula kesalahan yang dilakukan oleh Alm Kakekku yang meninggal tahun 2015. Dia memulai usaha tahu sejak ia muda dan mendirikan pabrik tahu pada tahun 1950. Dulu, pabrik tahu ini tidak ada saingannya, sehingga keuntungan yang didapatkan sangat besar, tapi lambat laun, pesaing baru bermunculan, sedangkan kakek tidak melakukan ekspansi. Padahal jika dipikir lagi, seharusnya dia membuka cabang-cabang baru yang dipegang oleh anak-anaknya. Cabang yang memproduksi tahu juga atau adanya diferensiasi produk, sehingga bisa menyentuh segmen pasar yang berbeda. Tapi dia tidak melakukannya. Bahkan untuk sekedar mengurus BPPOM, mengemasnya dan memasukkan ke supermarket pun tidak dia lakukan.

    Memang bisa diacungi jempol bahwa pabrik tahu ini hingga sekarang masih ada, padahal ketika krisis moneter dan harga dollar naik, para pengusaha tahu banyak yang gulung tikar. Tapi yang sangat disayangkan adalah usaha ini sungguh minim akan inovasi, baik dari sedi produksi, maupun pemasaran. Sehingga akhirnya pada tahun 2016, ketika pertama kali pabrik ini dipegang oleh orangtuaku (dengan modal dari nol, karena modal sebelumnya sudah dibagikan), aku kemudian mulai ikut campur tangan dan lebih banyak ikut andil dalam pemasarannya. Sejak saat itu, sering pula ada acara-acara yang dilakukan di sini, seperti KOAS para dokter, acara entrepreneurship beberapa sekolah, puskesmas, dll. Aku juga turut memasarkan produknya di kantor, di Bank Indonesia dan di komunitas-komunitas yang aku masuki, seperti perkumpulan UMKM, komunitas di tempat Gym, dan memasarkan kepada teman-temanku yang memiliki cafe. Aku tahu bahwa aku harus meneruskan usaha ini kelak dan aku harus belajar lebih banyak untuk meningkatkan penjualan produk ini. Maka dari itu, aku juga membuat diferensiasi produk dengan memproduksi susu kedelai dan kedepannya aku akan membuat nata de soya dan biskuit yang terbuat dari ampas tahu.

    Dunia terus berubah dan kita harus bisa beradaptasi dengan perubahan itu, karena jika tidak, maka kita akan tergerus oleh kemajuan jaman.
“Kegilaan adalah melakukan sesuatu dengan cara sama berulang-ulang dan mengharapkann hasil berbeda.”
Albert Einstein