Dua hari ini, meeting online sudah mulai dijalankan dan cukup efektif. Mengingat para peserta adalah rata-rata pengusaha dan pelaku UMKM, maka meeting online adalah solusi untuk mendiskusikan acara bazar nanti tanpa harus menyita banyak waktu.
Menjadi ketua bukanlah hal mudah, terutama ketika kita harus memanage sumber daya manusia yang rata-rata memiliki pemikiran dan ego masing-masing. Seperti pada meeting online pertama, aku nyaris emosi karena ada dua orang yang ingin membatalkan lomba design dan fashion show dari sampah non organic, namun beruntung, peserta lainnya mendukung ideku itu dan lomba pun tetap dilaksanakan.
Aku adalah orang yang cukup temperamen dulu, namun semakin lama aku bisa belajar mengendalikannya. Dari dunia asuransi aku belajar banyak hal, diantaranya adalah belajar bersabar, menjadi pendengar yang baik, ramah dan bisa mengendalikan emosi. Apa jadinya kalau aku masih temperamen dan marah habis-habisan kepada calon nasabah yang menolak untuk membeli polis.
Hari ini aku masih demam, tapi aku ada kewajiban untuk menghadiri meeting di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat. Kali ini aku pergi dengan dua orang sekretarisku (yang satu adalah sekretaris baru yang masih berstatus mahasiswa).
Hadir dalam rapat kali ini orang-orang penting, diantaranya yang masih aku ingat adalah presiden direktur sebuah perusahaan, lalu Ibu ketua perwira (entah apa singkatannya aku lupa).
Rapat ini membahas banyak hal, diantaranya adalah komunitas ABCGM (Akademisi, Business, Community, Government, Media). Ini merupakan komunitas yang sangat bagus karena anggotanya terdiri dari berbagai orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda dan saling support untuk mencapai tujuan bersama.
Selain komunitas, yang dibahas tadi adalah tentang rencana pembuatan pabrik kelapa sawit di Pangandaran. Sabut kelapa sangat bermanfaat di sini, karena bisa dijadikan peredam untuk mobil Mercy, Ferari,dll. Yang jelas aku dengar tadi hanyalah satu kata, PANGANDARAN. Ah sudahlah, aku masih baper dengan nama kota itu.
Dan terakhir yang dibahas adalah E-Commerce untuk pelaku UMKM dengan fasilitas yang lebih canggih. Yang ini susah dijelaskan lebih detail, karena banyak sekali istilah-istilah IT di sana.
Selesai meeting, Pa A mengenalkan aku kepada beberapa orang yang berada di sana dan aku memberikan kartu nama di Perusahaan Asuransi. Dan ternyata Ibu Perwira mengatakan bahwa anaknya juga agen di sana, sedangkan beliau akan masuk di perusahaan merah karena diajak para dokter di RSHS. Luar biasa ternyata, sekarang agen-agen asuransi adalah orang-orang berkualitas dan dari kalangan-kalangan profesional, seperti dokter, pejabat, Direktur utama, istri jendral,dll. Jadi sekarang tidak ada lagi alasan untuk malu mengakui profesi sebagai agen asuransi.
Sesampainya di rumah, perasaan baper itu datang kembali. Entah apa alasannya. Dan kali ini aku terbiasa curhat dengan T.Linda. Setelah aku tidak satu perusahaan lagi dengan T.Devi, aku menjadi lebih sering bercerita apapun dengan T.Linda, termasuk masalah pribadi tentang Jingga dan Biru. T. Linda sudah aku kenalkan kepada T Devi, saat kita bertamu dihari ulang tahun T. Devi. T. Linda adalah teman di Perusahaan B, dia juga nasabahku di Perusahaan Z dan temanku di Organisasi UMKM, sehingga aku intens berkomunikasi dengannya. Aku bahkan sering menjemputnya jika menghadiri meeting atau acara-acara lainnya. Dia tidak menghakimi apapun yang aku sampaikan, bahkan ketika aku murung, dia tau letak masalahnya dimana.
Seperti malam ini, dia langsung tau bahwa aku sedang campur aduk memikirkan target asuransi, buku dan Biru yang akan segera melepas masa lajangnya. Bisa saja, ternyata dia adalah pendengar yang baik dan kakak yang begitu sabar dan bijaksana. Beruntung, dimanapun aku berada, aku selalu mendapatkan orang baru yang dijadikan saudara.
Disela rasa baperku malam ini, aku berpikir juga tentang kesenjangan sosial. Bagaimana tidak, setelah pertemuanku dengan orang-orang penting, bisa makan enak, pernah merasakan nyamannya hotel bintang lima, dll, tiba-tiba aku melihat seorang ibu dan anaknya di jalanan tengah memakan makanan yang jatuh seraya tertawa. Airmataku menetes. Aku yang melihatnya ketika mengendarai motor merasa tersayat. Aku lalu memiliki keinginan kuat agar kelak orang-orang yang saat ini belum beruntung bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan bisa merasakan berada di tempat yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Hidup memang bukan hanya tentang seberapa banyak uang yang kamu miliki, seberapa luas dan mewah rumah yang kamu tempati, seberapa mahal barang-barang bermerk yang kamu pakai, seberapa tinggi pendidikanmu. Bukan, memang bukan itu inti dari hidup, tapi seringkali kita diremehkan, dipandang sebelah mata, disudutkan dan dianggap tak layak berada dalam sebuah kelompok hanya gara-gara hal di atas.
Akan tetapi, apapun penilaian orang terhadap kita, aku rasa diri kita lebih berkuasa untuk mengendalikan perasaan kita sendiri. Anggap saja biasa apa yang mereka katakan. Tetap tersenyum dan jalani hari ini dengan sebaik-baiknya, karena kita tidak pernah tahu tentang kejutan apa yang akan diberikan Tuhan setelah ini ketika kita mampu bersyukur setiap harinya.