Tuesday, May 28, 2019

LINTASAN KENANGAN



Menjadi pekat.. dan angin baru saja melahap senja. Apa kabar matahari di sana? Pijaran yang membuat dingin dilucuti panas. Hening.. dan kau hilang seperti udara yang menghalau geming.


    Bermukimlah, seperti tahun-tahun di mana jejak daun menuliskan keinginannya menumbuhkan bunga. Seperti kelopak-kelopak yang menenun rasa menjadi secerah warna merah muda. Kenapa tak bisa?


    Hari ini langit menjadi sengit. Hatinya jatuh pada tumpukan kenangan yang mulai tak tersentuh. Dan rindu menjadi satu-satunya penghubung agar pilu bernaung di bawah terik asa yang kini tengah bersenandung.


    Mengapa kau mesti menapaki jejak yang tak pernah bisa kau ajak untuk beranjak? Berlari pada hamparan yang tak pernah bisa kau bawa pergi.
Bahagiakah kau bercinta dengan angan-angan yang melelapkanmu di balik kenangan?


    Puisiku adalah tentang tiga sayap yang melebarkan hati dengan rasa nyeri. Bait-bait yang kemudian lahir dari luka yang mereka anggap sebagai obat. Kidung kehilangan yang kemudian mereka ikrarkan sebagai nyanyian kesalahan. Dan dosa adalah salam penutup yang mereka lambaikan diantara jalanan perpisahan. Selesai, lalu rindupun menjadi sebatang kara pada kerasnya lirikan setiap mata yang berjalan berpasangan, bergandengan.


    Kekasih.. apa itu kekasih?
Haluan yang pernah kau tuju dengan penuh kasih, namun kau akhiri dengan luka-luka yang terasa semakin perih. Ah, mungkin saja kekasih hanya bab lama pada buku yang tak bisa lagi dibaca oleh mata rabun dan buta. Kekasih, yang tersisih hanyalah soal waktu dan usia, bukan tentang huruf-huruf yang tetap sama ketika dieja. Bukan tentang rasa-rasa yang masih berdebar ketika diraba.


    Aku jatuh cinta.. masih jatuh pada surat-surat lama yang disimpan rapi di bawah meja. Masih jatuh pada suara yang bergetar di ujung gendang telinga. Masih jatuh pada belaian-belaian yang bergelora diantara lintasan kenangan.

    Dan bahagiaku kini terasa lebih mudah. Seperti ketika pagi mampu bercinta lebih dini dengan udara yang menghadirkannya kembali. Seperti kerumunan gairah yang saling berpelukan menghalau dinginnya jarak. Seperti rintihan peluh yang bersenandung, menyanyikan lagu-lagu kasmaran. Seperti hari-hari yang diulang-ulang menjadi kumpulan kenangan yang tak hilang. Seperti hari ini.. Seperti kemarin.. Dan seperti hari yang aku jatuh cintai berkali-kali, sekali lagi, kali ini, kini..


Saturday, May 18, 2019

Perempuan Maskulin


    Apa yang terbayang dalam pikiran kita ketika mendengar kata “perempuan”? Pasti yang terbayang adalah sesosok manusia dengan rambut panjang atau mengenakan jilbab yang seringkali mengutamakan perasaannya dibandingkan dengan logika? Atau barangkali yang terlihat adalah sosok lemah lembut dan bijaksana yang seringkali kita sebut dengan panggilan ibu?
Apapun yang kita bayangkan, kali ini saya akan membahas sosok perempuan dalam konteks yang berbeda, karena yang akan saya bahas sekarang adalah tentang perempuan “maskulin”.

    Sebelum membahas lebih jauh tentang perempuan maskulin. Kita harus tahu terlebih dahulu apa itu maskulin dan apa bedanya dengan feminim.
Maskulin biasanya identik dengan pria jantan, baik secara fisik, kepribadian, maupun pekerjaan. Salah satu contoh pria maskulin menurut kebanyakan orang adalah pria berotot dan terlihat kuat atau pria yang mengendarai motor besar dan bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan berat di lapangan, sedangkan feminim identik dengan perempuan yang lemah lembut, lemah gemulai, suka berdandan, memasak atau hal-hal lainnya yang biasa dilakukan oleh kaum hawa.

    Lalu, jika mendengar tentang perempuan maskulin, mungkin yang akan terbayang dibenak kita adalah sosok perempuan macho yang mengerjakan pekerjaan laki-laki atau berpenampilan seperti laki-laki?
Tapi tidak selamanya perempuan maskulin hanya bisa dideskripsikan dari penampilan luarnya saja, karena sebenarnya hati dan kepribadiannya lebih mencerminkan jati diri seseorang.
Perempuan maskulin, bukanlah perempuan berambut cepak yang mengendarai motor sport atau perempuan dengan suara seperti laki-laki yang merokok atau minum-minuman beralkohol. Perempuan maskulin menurut saya adalah perempuan yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Perempuan tangguh yang bisa memikul beban dirinya sendiri dan beban orang lain. Perempuan yang bisa peka dengan perasaan orang lain, sehingga dia berusaha untuk membahagiakan orang-orang disekelilingnya. Perempuan maskulin adalah perempuan yang selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain sebelum kebahagiaannya sendiri.
Pernahkah kita menemukan perempuan seperti itu?
   
    Saya selalu kagum dengan perempuan yang bisa kuat dalam kondisi apapun. Kuat dalam artian bukan hanya kuat fisik, tapi juga kuat mental. Seperti seorang ibu yang bisa menjadi sosok ayah secara berasamaan. Perempuan yang tidak mudah menyerah dengan lika-liku kehidupan yang terkadang membuat sebagian orang putus asa.
Saya salut dengan perempuan seperti itu, kuat, tangguh, tapi juga bisa menyayangi dengan penuh perasaan. Maskulin, namun tidak menghilangkan sifat feminimnya sebagai seorang perempuan, karena bagaimanapun perempuan adalah makhluk istimewa dengan kelembutannya yang bisa menyayangi dengan penuh perasaan. Jadi, alangkah luar biasanya jika perempuan mampu mempertahankan sifat-sifat alami keperempuanannya itu, semaskulin apapun dia bersikap dan bertindak seperti laki-laki, tapi dia bisa bersikap lembut layaknya seorang perempuan.

Jadi, harus kita ingat bahwa perempuan maskulin bukanlah perempuan berambut cepak, merokok, memakai motor besar, bahkan binder bra (untuk meratakan dada agar payudaranya tidak terlihat), bahkan minum-minuman beralkohol, sex bebas dan dia merasa bangga dengan dirinya yang seperti itu. Setuju?

Wednesday, May 8, 2019

Sepatu Boots atau Sneakers?



Beberapa foto produk yang saya jual

    Sepatu pada mulanya diciptakan untuk melindungi kaki dari terik matahari atau dingin, serta untuk melindungi kaki agar tidak cedera ketika berjalan maupun berlari, namun seiring berjalannya waktu, sepatu sudah menjadi barang wajib yang harus dimiliki semua orang, bukan hanya sekedar untuk melindungi kaki, namun agar tampil fashionable.
   
    Dari sekian banyak model sepatu, saya lebih tertarik untuk membahas sepatu boots dan sneakers. Alasannya sederhana, karena saya paling menyukai kedua jenis sepatu itu dan saya sudah mulai berbisnis sepatu sejak tahun 2013 dan rata-rata sepatu yang saya jual adalah sepatu boots dan sneakers.

    Pada awal-awal berbisnis sepatu, saya seringkali menggunakan sepatu sneakers untuk beraktivitas sehari-hari, karena saya mencari kenyamanan saat memakai sepatu dan saya menemukan kenyamanan itu saat memakai sneakers. Selain empuk dan bisa melindungi kaki, solnya juga terbilang kuat dan lentur, sehingga cocok bagi saya yang banyak beraktivitas di lapangan.
Pada mulanya, sneakers dibuat sebagai sepatu olahraga, namun kemudian sneakers banyak dipakai bukan hanya untuk berolahraga, tapi untuk beraktivitas sehari-hari, bahkan di era milenial ini, sneakers banyak dipadupadankan dengan baju formal, seperti kemeja, bleazer, jeans dan sepatu sneakers itu sendiri. Sah-sah saja memang, memakai sneakers kapanpun dan dimanapun, selama penggunanya percaya diri memakainya.

    Kemudian, ketika saya memakai boots lagi pertama kalinya setelah dewasa (2014), saya jatuh cinta dengan boots sampai sekarang. Entah kenapa saya sangat menyukai sepatu boots, padahal tidak semua perempuan bisa tampil percaya diri menggunakan boots.
Bagi saya, boots adalah sepatu yang kokoh, kuat dan keren. Pada mulanya, saya mengoleksi dan menjual aneka sepatu boots, baik yang tampak maskulin, maupun boots dengan corak merak yang sangat cocok untuk perempuan. Namun, kini saya lebih banyak menjual dan memakai boots tanpa corak yang ramai.
Jika kalian melihat rak sepatu saya sekarang, maka di sana akan didominasi oleh sepatu boots, mulai dari docmart hitam 8 lubang, docmart maroon pendek, kickers relsleting (Safety boots yang paling sering dipakai sehari-hari, karena cocok untuk musim hujan seperti sekarang), delta cream (sepatu gunung), dan masih banyak lagi, sedangkan sisanya adalah snekers untuk nge-gym, sepatu slop on, sepatu wakai, sepatu-sepatu formal, wedges boots, dan sepatu sandal karet. Setelah dihitung-hitung, jumlahnya banyak juga (menurut ukuran saya), hingga saya memberikan beberapa pasang sepatu flat yang mulai kurang diminati.

    Bukan tanpa alasan saya gonta-ganti sepatu dan mengoleksi banyak sepatu. Saya memakai cara itu agar penjualan sepatu saya juga meningkat. Dan berhasil, setiap kali saya memakai sepatu baru, baik ke kantor, maupun ke acara-acara UMKM, maka selalu ada saja yang order, karena mereka tertarik dengan sepatu yang sudah mereka lihat langsung dan bisa dicoba juga, bukan hanya difoto saja. Karena hal ini pula, beberapa teman dikantor mulai memakai sepatu boots saat memakai rok, padahal mulanya mereka tidak percaya diri, tapi saya meyakinkan mereka bahwa memakai boots itu selain keren, anti air dan aman. Mendengar pendapat saya itu, mereka kemudian percaya diri menggunakan boots.

    Saya bukan hanya memakai sepatu boots biasa untuk beraktivitas sehari-hari, tapi saya memakai safety boots (yang ada besinya) yang seringkali dianggap sebagai sepatu tentara, satpam atau para pekerja tambang,dll. Apapun itu, saya tidak menghiraukan pendapat sebagian orang tentang safety boots, karena saya merasakan kenyamanan ketika memakainya, terutama bagi saya yang sering memakai motor untuk perjalanan jauh, beraktivitas dari satu tempat ke tempat lain hingga malam hari, maka safety boots cocok bagi saya, apalagi akhir-akhir ini sering hujan dan banjir, maka sepatu saya tidak basah karena itu. Beda halnya ketika saya memakai sneakers, ketika hujan turun, maka sepatu saya basah, dan ketika dulu saya pernah jatuh dari motor, sepatu sneakers saya sobek (meskipun tidak banyak, tapi tampilannya jadi jelek), sedangkan ketika saya memakai safety boots, selain bisa terhindar dari basah karena hujan, saya juga bisa terhindar dari bisa ular saat digigit ular king cobra, dan terakhir sepatu saya tidak rusak ketika tanpa sengaja keserempet mobil.

    Tapi sekali lagi saya katakan bahwa tidak semua orang, terutama perempuan bisa percaya diri memakai sepatu boots, padahal jauh dari dalam hatinya, mereka ingin sekali-kali mencoba untuk tampil beda. Jadi, apa salahnya mencoba? Karena tidak pernah ada aturan baku dalam dunia fashion tentang apa yang bagus dan tidak bagus untuk dipakai, karena dunia fashion terus berkembang dan perkembangannya cukup fleksible, sehingga kamu bisa menciptakan tren itu sendiri, dan bukan hanya mengikuti tren yang sudah ada.
Jadi, beranilah mencoba, selama apa yang kamu coba itu bisa memberikan kenyamanan dan keamanan bagi hidupmu, apa salahnya?
Boots atau sneakers? Kamu yang mana?   




Tuesday, May 7, 2019

PERNIKAHAN

Saat menjadi model Makeup artist 


    “Kenapa kita harus menikah?”
Selain hanya untuk mendapatkan keturunan, kenapa kita harus menikah? Kenapa kita harus berpisah dengan orang tua dan hidup dengan orang baru? Apa tidak bisa kita bersama-sama hidup dengan keluarga kita sekarang sampai tua?
   
    Membicarakan tentang pernikahan memang tak akan ada habisnya. Tidak pernah ada jawaban yang pasti tentang kenapa dan mengapa kita harus menikah selain karena anjuran menikah dalam beberapa ajaran agama. Lalu, dosakah kita apabila kita tidak menikah?

    Tidak pernah ada yang mengatakan dosa bagi orang yang tidak menikah, selama dia tidak melakukan maksiat. Lantas kenapa kita tergesa-gesa menikah hanya karena banyaknya komentar negatif dari orang lain? Kenapa kita memutuskan menikah hanya karena takut terlanjur tua untuk bisa melahirkan, sehingga kita sulit memiliki anak? Kenapa kita harus menikah hanya karena kekhawatiran dimasa tua hidup sendiri?

    Banyak sekali pertanyaan “kenapa” dalam kepalaku yang mengakibatkan aku sulit sekali untuk memutuskan hidup bersama orang lain. Meskipun di sisi lain, aku beberapa kali membawa teman laki-laki ke rumah dan mengenalkannya kepada orangtua, namun orangtua selalu menyerahkan keputusan akhirnya kepadaku. Lucu memang, disaat orangtua teman-temanku yang lain selalu memaksa anaknya yang seumur denganku agar cepat-cepat untuk menikah, tapi lain halnya dengan orangtuaku, mereka memberikan kebebasan kepadaku, kapanpun aku siap menikah atau tidak menikah, itu bukan persoalan besar bagi mereka, karena yang terpenting bagi orangtua adalah kebahagiaanku

    Aku sangat bersyukur memiliki orangtua seperti orangtuaku. Aku bahkan tidak menyangka bahwa ayahku sangat mengerti sekali tentang diriku, ini bisa dilihat saat aku memperkenalkan seorang laki-laki pada bulan Desember 2018. Laki-laki itu adalah seorang guru di Gontor (Cabang Malaysia). Pendidikannya S1 di UIN, sudah mapan, sudah memiliki kendaraan, baik motor sport atau pun mobil, dan usianya tidak terlalu jauh denganku, usia dia 33 tahun. Dia adalah orang Sumedang, namun sekarang mengajar di Malaysia dan pulang setahun sekali ke Indonesia. Ayahku waktu itu kurang setuju aku menikah dengan laki-laki yang menurut teman-temanku sempurna (soleh, mapan dan baik), karena ayahku melihatnya dari kacamata yang lain, yaitu kebahagiaan diriku. Ibu juga kurang setuju. Mereka seperti mengetahui bahwa aku tidak ingin menikah. Ayahku mengkhawatirkan kebahagiaanku jika menikah dengan laki-laki itu, karena tidak bisa dipungkiri, lingkungan dia sangat agamis, teman-temannya memakai gamis, bahkan ada yang bercadar. Ayahku lalu membandingkan penampilanku sehari-hari yang katanya “ngoboi” dan tidak akan nyaman jika kemudian diharuskan memakai gamis,dll. Lain halnya dengan alasan ibuku, dia tidak ingin aku dibawa ke Malaysia. Selain khawatir, ibu hanya merasa kesepian, karena dua orang saudaraku yang lain sudah menikah dan hanya aku yang menemani dia saat ini.
Jadilah kemudian aku menolak menikah dengan dia dan dia sedikit marah saat itu, tapi aku tidak terlalu peduli, karena kebahagiaan orang tua adalah yang utama bagiku, di samping kebahagiaanku sendiri.

    Orangtuaku bahkan selalu menanyakan,
“Siapa yang selalu nyuruh cepat-cepat menikah? Ga usah didengar, karena kamu ga minta makan dari mereka.”
Itu yang selalu diucapkan oleh orangtua ketika aku tergesa-gesa membawa calon ke rumah. Tapi, jika harus berkata jujur, ketika aku membawa calon-calon itu menemui orangtuaku, hatiku justru berkata lain, aku tidak ingin menikah.

    Sudah cukup bagiku melihat lemahnya perempuan yang dianiaya saat menikah, atau perempuan yang harus banting tulang sendiri untuk membiayai anak-anaknya, sedangkan suaminya selingkuh atau menikah lagi, atau perempuan yang hanya bisa menangis dikamar ketika suaminya malas mencari uang dan membentaknya dengan kata-kata kasar. Pengalaman dari saudara, teman, sahabat bahkan dosenku cukup membuat mataku terbuka tentang sisi lain dari pernikahan. Bagaimana sulitnya mereka mempertahankan pernikahan itu, meskipun berujung perceraian,dll. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa banyak juga pernikahan yang bahagia, tapi tetap saja, kita tidak pernah tahu pernikahan kita kelak akan bahagia atau tidak.

    Apa salahnya jika kita fokus beribadah, berbakti pada orangtua dan mengadopsi keponakan kita sendiri? Bukankah kita masih bisa bermanfaat bagi keluarga dan orang lain meskipun kita tidak menikah? Karena orang-orang yang sudah menikah belum tentu juga bisa berbuat seperti itu, karena mereka sibuk mengurus rumah tangganya?

    Ah sudahlah, aku tidak akan berbicara panjang lebar lagi tentang pernikahan, karena mau sepanjang lebar apapun alasan kita, selama kita masih hidup di Indonesia, pernikahan itu menjadi sesuatu yang sangat penting. Bahkan ada istilah yang sering aku dengar bahwa:

“Janda di Indonesia lebih dihormati dibandingkan perempuan yang belum menikah, karena janda itu menandakan dia itu laku, sedangkan perempuan single itu tidak laku, makannya menjomblo terus.”

Ada-ada saja ya. Menurutku pernyataan itu sangat salah. Janda menurutku seperti handphone bekas, sedangkan Perempuan single itu seperti seperti handphone model lama namun masih ada segelnya, yang masih ada digudang karena harganya dulu sangat tinggi dan pembeli tidak bisa menjangkaunya, sehingga belum terjual.

    Apapun itu, hati tidak seperti barang yang bisa diperjualbelikan. Hati bukan pula sesuatu yang bisa dipaksakan begitu saja. Kita semua berhak untuk memilih kebahagiaan kita sendiri. Dan kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang memilih pernikahan sebagai kebahagiaannya, namun tidak sedikit juga yang merasa kebahagiaannya hilang ketika dirinya masuk dalam mahligai pernikahan. Jadi, jangan tergesa-gesa mengambil keputusan. Hidup memang pilihan, namun kitalah yang seharusnya memilih, bukan orang lain atau bahkan keadaan.
Selamat memilih!

Sahabatku Nia


Monday, May 6, 2019

Terapi Al Quran (Bagian 2)


    Seperti janji saya kemarin, hari ini saya akan melanjutkan pembahasan Terapi Al Quran tentang “Tipuan dan Penyakit Taun” pada halam 9-10 (Al Quran Terjemahan Qordoba Al Aqso).

TIPUAN SETAN DAN PENYAKIT TA’UN  (QS Al Baqarah, 2: 58)

Tazkiyatun Nafs
    Diantara tipu daya setan ialah apa yang dilakukan terhadap Bani Israil, berupa perkataan yang batil, pendapat-pendapat yang rendah, dan khayalan-khayalan yang bertentangan. Padahal mereka bersama Nabi mereka, ketika Allah Swt berfirman kepada mereka, “...Masuklah ke negeri ini...” Menurut Qatadah, Ibnu Zaid, As-Suddy, Ibnu Jarir, dan lain-lain, bahwa negeri yang dimaksud adalah Baitul Maqdis. Lanjutan firman-Nya, “...makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk...” Menurut As-Suddy dan Ibnu Abbas, bahwa pintu yang dimaksud adalah satu pintu gerbang Baitul Maqdis. Kata Ibnu Abbas, makna sujud (sujjadan) pada ayat ini adalah membungkuk. Karena makna dasar kata sujud adalah membungkuk kepada orang yang dianggap terhormat. Maka setiap orang yang membungkuk kepada sesuatu sebagai penghormatan disebut sujud.

    Selanjutnya, dikatakan kepada mereka, “...Katakanlah, ‘Bebaskanlah kami...” Menurut Al Hasan, Qatadah, dan Ata, maksudnya adalah bebaskanlah kami dari dosa-dosa kami. Namun menurut Ikrimah dan lain-lain, maksudnya adalah “Katakanlah, La ilaha illallah.” Seakan-akan yang berpendapat demikian memandang bahwa kalimat yang dapat membebaskan dosa-dosa itu adalah kalimat tauhid. Sementara menurut Ibnu Abbas, maksud ayat itu adalah mereka diperintah untuk beristighfar. Dengan demikian, mengacu kepada kedua penjelasan di atas, mereka diperintahkan masuk itu menunjukkan makna diperintah bertauhid dan beristighfar. Hal itu menjadi jaminan diampuninya dosa-dosa mereka. Kemudian setan memperdayai mereka, sehingga mereka mengganti perkataan tersebut dengan perkataan lain yang tidak diperintahkan.

    Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Dikatakan kepada Bani Israil, (...Masuklah kalian ke dalam pintu gerbang sambil bersujud dan katakanlah, ‘bebaskanlah kami dari dosa’...)” (QS  Al-Baqarah, 2: 58). Namun mereka menukarnya dan masuk sambil merayap di atas pantat mereka sambil berkata, “hintah, hintah (buah gandum).” Mereka telah mengganti perkataan dan perbuatan yang diperintahkan kepada mereka secara bersamaan.

    Lalu Allah Swt menurunkan malapetaka dari langit kepada mereka. Kata Ibnu Zaid, malapetaka itu berupa wabah Ta’un (kolera). (Ibnu’l Qayyim Al-Jauziyyah, Igasatu’Ilahfani fi Masayidi Asy-Syaitani, Juz 2, t.t: 1063).

Medical Hadis
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Ta’un (kolera) adalah semacam azab (siksaan) yang diturunkan Allah kepada Bani Israil atau kepada umat yang sebelum kamu. Apabila kamu mendengar penyakit Ta’un berjangkit disuatu negeri, janganlah kamu datang ke negeri itu. Dan apabila penyakit itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu untuk melarikan diri darinya.” (HR Muslim) (Abu Anas Majid, Sahihu At-Tibbi An-Nabawi fi Daw’i’l Kitabi wa As-Sunnati wa Aqwali As-Salafi, t.t.:66).

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari penjelasan di atas, diantaranya adalah tentang bersyukur. Bani Israil adalah bangsa yang banyak diberikan kenikmatan oleh Allah, diantaranya dengan turunnya makanan langsung dari langit, diantaranya Manna dan Salwa, namun mereka masih mengeluh dan meminta agar Nabi Musa meminta kepada Tuhan untuk menurunkan makanan lain, seperti makanan yang ada pada masyarakat pada umumnya. Inilah salah satu contoh tidak bersyukurnya Bani Israil, hingga Nabi Musa memerintahkan mereka masuk kepada suatu negeri, namun mereka terbujuk rayuan setan dan mengubah apa yang diperintahkan Allah, hingga kemudian turunlah azab kolera itu.

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
(QS. Al-Baqarah: 57)

“Manna adalah istilah makanan yang diperoleh dengan cara yang mudah (tidak bersusah payah) seperti jahe, biji-bijian, roti (gandum) dan lain-lain. Adapun Salwa adalah burung kecil yang memiliki daging lembut dan enak. Maka diturunkan kepada mereka manna dan Salwa yang mencukupkan bagi mereka” (Tafsir As-Sa’di hal. 52)

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja, oleh sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Rabbmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya.” Musa berkata, “Maukah kamu mengambil yang lebih rendah sebagai ganti dari yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta!” Lalu ditimpahkanlah kepada mereka kenistaan dan kehinaan, serta mereka mendapat murka dari Allâh. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa sebab yang benar. Yang demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”
(QS. Al-Baqarah: 61)

Sunday, May 5, 2019

Terapi Al Quran (Bagian 1)


    Beberapa minggu yang lalu, saat saya sedang mencari buku Anthony Robbins, tiba-tiba saya jatuh cinta dengan salah satu Al Quran terjemahan dengan cover berwarna cokelat. Harus diakui, mulanya saya menyukai Al Quran ini karena covernya, namun kemudian setelah melihat isinya, saya semakin  tertarik dan kemudian membelinya.
Ini adalah Al Quran terjemahan yang sangat berbeda dengan yang saya miliki sebelumnya, dimana di dalamnya bukan hanya memuat ayat Al Quran dengan terjemahannya saja, namun juga ada 7 klasifikasi materi utama yang akan dibahas pada setiap halamannya, diantaranya adalah : Ibadah, Muamalah, Aqidah, Sirah Nabawi, Kisah Nabi dan Rasul, Asmaul Husna, dan Terapi Qur’ani. Dari ketujuh materi yang ada dalam Al-Haramin tersebut, saya paling antusias membaca setiap halaman yang diberi judul Terapi Qur’ani.
Setiap judul dari ketujuh materi tadi kemudian diuraikan kembali menjadi “Indeks Klasifikasi Tema Al Quran”, dimana dalam setiap judul materi tadi akan ada sub judul dengan tema yang berbeda-beda, misalnya dalam judul “Ibadah”, maka akan ada poin-poin di bawahnya, seperti Hakikat melaksanakan shalat pada halaman 2, Seruan melaksanakan shalat pada halaman 8, dll.
Sungguh, Al Quran ini sangat komplit, karena membahas tuntas segala hal yang belum dipahami oleh orang awam seperti saya. Maka dari itu, saya ingin sedikit membagi beberapa hal yang saya baca dalam Al Quran ini, khususnya materi tentang terapi Al Qurannya.

    Sebelum masuk pada bagian-bagian dari Terapi Al Quran, maka sudah seharusnya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu Terapi Al Quran itu sendiri dan apa manfaatnya bagi kita.
Pada halaman awal setelah kata pengantar, penulis Al Quran Qordoba Al Aqso ini menjelaskan tentang apa itu Terapi Al Quran:

“Al Quran itu adalah petunjuk yang Allah Swt turunkan untuk menjadi pedoman keselamatan manusia di dunia dan di akhirat, termasuk bagaimana cara memperlakukan dunia ini sehingga kita tidak merasa berat menjalaninya. Kehidupan yang tengah kita jalani kadang menyodorkan berbagai macam permasalahan dan kesulitan hidup sehingga terkadang membuat kita merasa lelah dan penat menjalaninya. Tidak hanya itu, keindahan dan kenikmatannya pun terkadang membuat kita terlena sehingga lupa akan tujuan hakiki.

Kedua keadaan di atas Allah janjikan menjadi seimbang hanya dengan ingat kepada-Nya, yaitu dengan cara menjauhkan berbagai macam kotoran jiwa. Keberadaan Al Quran akan mempermudah seorang hamba untuk sampai kepada Pencipta. Karena itu, Al Quran menjanjikan pengobatan psikis atau sesuatu yang ada dalam dada manusia (QS Yunus, 10:57). Inilah yang menjadi titik perhatian kami: mengompilasi dan menyajikan ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan pembersihan jiwa atau Takziyatun Nafs. Ternyata, Allah Swt pun tidak hanya menjanjikan terapi pengobatan jiwa. Dalam beberapa ayat, Allah memunculkan secara jelas dan tegas beberapa jenis pengobatan fisik.

Karena itu , dalam Al Haramin ini, akan disodorkan terapi yang mencakup kedua hal di atas, yaitu tuntunan Terapi Qur’ani berkaitan dengan kondisi psikis, kemudian dilengkapi terapi fisik dengan materi Medical Hadis, yaitu kompilasi hadis-hadis Rasulullah Saw yang berkaitan dengan pengobatan, hal ini menjadi penting untuk mendudukkan secara benar praktik-praktik pengobatan yang tidak bersandar pada Al Quran ataupun Sunnah Nabi.”

    Setelah mengetahui penjelasan dan manfaat tentang Terapi Al Quran, maka saya akan mulai menguraikan setiap halaman dari Al Quran ini yang termasuk ke dalam Terapi Al Quran, namun saya tidak akan menjelaskan semuanya sekarang, karena jumlahnya yang sangat banyak, sehingga saya akan menjelaskan secara bertahap pada blog ini.

    Pada halaman 6, kita sudah bisa menemui Terapi Al Quran, yaitu:

HIKMAH DI BALIK PENCIPTAAN LALAT (QS Al-Baqarah, 2: 26)

Tazkiyatun Nafs

    Kecerdikan yang mengagumkan dimiliki oleh beberapa jenis hewan, seperti serigala, lalat, dan laba-laba. Serigala, ketika lapar dan tidak mendapati seekor buruan, maka dia pura-pura mati. Dia menggembungkan perutnya sehingga burung mengiranya mati lalu turun untuk makan bangkainya. Saat itulah ia menerkamnya.

    Kecerdasan yang menakjubkan juga ada pada lalat besar yang dinamai singa lalat. Anda lihat, ketika dia merasa ada lalat berada di dekatnya, dia diam tak bergerak seperti mati. Apabila lalat tadi dilihatnya telah tenang dan tidak mewaspadainya, dia merayap sangat hati-hati sampai berada pada posisi dia bisa menjangkaunya, lalu dia melompat dan menyergapnya.

    Perhatikan pula kecanggihan tipu daya laba-laba, dia membuat jaring sebagai perangkap mangsanya, dan dia bersembunyi di tengahnya. Apabila ada nyamuk atau lalat yang terjerat, dia melompat dan menghisap darahnya. Hewan ini memakai cara berburu dengan jaring dan perangkap, sedang yang pertama (singa lalat) mengikuti cara berburu anjing dan macan.

    Janganlah Anda meremehkan pelajaran dari sesuatu yang remeh, semisal biji sawi dan nyamuk. Sebabnya, suatu makna yang berharga dapat diambil dari sesuatu yang remeh. Meremehkan pelajaran dari sesuatu yang hina adalah warisan dari orang-orang yang akalnya tidak bisa menerima kenapa Allah Swt membuat perumpamaan dengan lalat, laba-laba, anjing, keledai, sehingga Allah Swt menurunkan QS Al-Baqarah, 2:26 ini.

    Alangkah banyak hikmah yang terkandung pada diri hewan-hewan yang bisa jadi Anda remehkan dan Anda hinakan ini. Berapa banyak dalil yang terkandung di dalamnya yang menyatakan tentang Sang Pencipta, juga mengenai kasih sayang dan hikmah-Nya. Tanyailah orang yang ingkar, siapa yang mengilhami hewan-hewan itu untuk membuat tipu daya, dan bertindak secara mengagumkan untuk menangkap mangsa yang menjadi makanannya? Siapa yang memberinya kecerdikan ini sebagai ganti dari kekuatan dan kemampuan yang tidak dimilikinya, sehingga dengan kecerdikan itu, dia dapat hidup meski tak memiliki kekuatan? Tiada yang melakukannya, selain Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemberitahu. (Ibnu’l Qayyim Al-Jauziyyah, Miftahu Daris Sa’adati, Juz 2, 1416 H/1996 M: 153-154)

Medical Hadis
    Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Apabila seekor lalat hinggap di tempat minum salah seorang dari kalian, hendaknya ia menenggelamkannya ke dalam minuman tersebut, karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat penawarnya.”
(HR Bukhari). (Abu Anas Majid, Sahihu At-Tibbi An-Nabawi fi Dhaw’i’l Kitabi wa As-Sunnati wa Aqwali As-Salafi, t.t.: 119)

    Itu adalah salah satu Terapi Al Quran yang terdapat pada halaman 5-6. Meskipun yang dibahas adalah tentang serangga yang kecil, yaitu lalat, namun ternyata kita bisa mengambil banyak pelajaran dari penciptaan serangga tersebut. Semoga penjelasan ini bisa memberikan banyak manfaat bagi kita. Dan setelah ini, saya akan membahas Terapi Al Quran pada halaman 9 dan 10 yaitu tentangn “TIPUAN SETAN DAN PENYAKIT TA’UN”, tapi saya tidak akan membahasnya sekarang, karena takut materinya terlalu panjang, sehingga membuat pembaca bosan, jadi saya akan menulisnya inyaallah besok.