Membangunkan malam diantara fajar yang mengintip pelan-pelan diantara kenangan, seperti angan yang tak bisa mengusir pagi pergi dari buncahan-buncahan yang sudah dikubur dalam-dalam.
Pagi telah pergi, tapi terik sebentar lagi berpijar menandai apa yang pernah membara dalam hati, meletup-letup dan sulit diredam oleh kelopak mata yang terpejam.
Gairah itu dan belaian yang tertinggal diantara pori-pori wajah pagi. Wanginya, baunya dan kelembutan tak bisa disodorkan terik siang yang gaduh.
Pagi adalah pengulangan. Lembaran dari rasa yang dihafal berkali-kali. Bernafas pada pagi yang terpisah, seakan tengah berebut udara pada dalamnya air yang siap menenggelamkan raga. Sepi, hampa, dan rindu masih tak bisa beranjak ke mana-mana.
Wajahnya berada diantara tarian jarum jam. Diantara waktu yang aku hitung namun tak terhitung. Diantara sudut-sudut kamar yang tanpa celah hingga mata tak bisa menjangkaunya.
Ada apa?
Kenapa?
Gejolak ini seakan berpacu ke mana-mana. Memompa apa yang tengah tertidur sekian lama. Aku menginginkannya.
Rasa..
Dosa?
No comments:
Post a Comment