Menjadi pekat.. dan angin baru saja melahap senja. Apa kabar matahari di sana? Pijaran yang membuat dingin dilucuti panas. Hening.. dan kau hilang seperti udara yang menghalau geming.
Bermukimlah, seperti tahun-tahun di mana jejak daun menuliskan keinginannya menumbuhkan bunga. Seperti kelopak-kelopak yang menenun rasa menjadi secerah warna merah muda. Kenapa tak bisa?
Hari ini langit menjadi sengit. Hatinya jatuh pada tumpukan kenangan yang mulai tak tersentuh. Dan rindu menjadi satu-satunya penghubung agar pilu bernaung di bawah terik asa yang kini tengah bersenandung.
Mengapa kau mesti menapaki jejak yang tak pernah bisa kau ajak untuk beranjak? Berlari pada hamparan yang tak pernah bisa kau bawa pergi.
Bahagiakah kau bercinta dengan angan-angan yang melelapkanmu di balik kenangan?
Puisiku adalah tentang tiga sayap yang melebarkan hati dengan rasa nyeri. Bait-bait yang kemudian lahir dari luka yang mereka anggap sebagai obat. Kidung kehilangan yang kemudian mereka ikrarkan sebagai nyanyian kesalahan. Dan dosa adalah salam penutup yang mereka lambaikan diantara jalanan perpisahan. Selesai, lalu rindupun menjadi sebatang kara pada kerasnya lirikan setiap mata yang berjalan berpasangan, bergandengan.
Kekasih.. apa itu kekasih?
Haluan yang pernah kau tuju dengan penuh kasih, namun kau akhiri dengan luka-luka yang terasa semakin perih. Ah, mungkin saja kekasih hanya bab lama pada buku yang tak bisa lagi dibaca oleh mata rabun dan buta. Kekasih, yang tersisih hanyalah soal waktu dan usia, bukan tentang huruf-huruf yang tetap sama ketika dieja. Bukan tentang rasa-rasa yang masih berdebar ketika diraba.
Aku jatuh cinta.. masih jatuh pada surat-surat lama yang disimpan rapi di bawah meja. Masih jatuh pada suara yang bergetar di ujung gendang telinga. Masih jatuh pada belaian-belaian yang bergelora diantara lintasan kenangan.
Dan bahagiaku kini terasa lebih mudah. Seperti ketika pagi mampu bercinta lebih dini dengan udara yang menghadirkannya kembali. Seperti kerumunan gairah yang saling berpelukan menghalau dinginnya jarak. Seperti rintihan peluh yang bersenandung, menyanyikan lagu-lagu kasmaran. Seperti hari-hari yang diulang-ulang menjadi kumpulan kenangan yang tak hilang. Seperti hari ini.. Seperti kemarin.. Dan seperti hari yang aku jatuh cintai berkali-kali, sekali lagi, kali ini, kini..
No comments:
Post a Comment